بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Senin, 11 Februari 2008

BERNIAGA DENGAN ALLAH

Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Semua artikel yang aku tulis di: http://imronkuswandi.blogspot.com/ , jika dipandang baik, misalnya: ingin digunakan sebagai bahan untuk kultum (kultum = kuliah tujuh menit) atau lainnya, saudaraku tidak perlu izin dan tidak perlu membayar royalty. Bahkan aku dengan senang hati jika bisa disebarkan kemana saja, kepada siapa saja, kapan saja.

Gratis…!!!

Karena dalam hal ini, aku lebih senang berniaga dengan Allah. Biarlah Allah yang akan memberi bayaran kepadaku (semoga Allah mau mendengar dan menerima perniagaanku ini, amin!). Karena sesungguhnya berniaga dengan Allah adalah perniagaan yang paling menguntungkan, bahkan keuntungannya tidak hanya sebatas di dunia ini saja!

Sebagai ilustrasi, mengapa setiap kali kita sholat/i’tikaf di masjid, kita tidak pernah dipungut bayaran/uang sewa? Bukankah untuk membangunnya diperlukan biaya yang tidak sedikit? Sementara ketika kita di terminal bus/stasiun KA, masuk ke kamar kecil saja harus membayar? Padahal modal untuk membangunnya jauh lebih kecil daripada modal untuk membangun masjid?

Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah. 111).

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki** yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS. Faathir. 29).

Saudaraku…,
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,” (QS. Al Hadiid. 11).

Saudaraku…,
“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun". (QS. At Taghaabun. 17).

Semoga bermanfaat!

NB.
*) Kultum = kuliah tujuh menit. Di masjid-masjid yang ada di kampus sering diadakan acara pengajian/ceramah agama singkat (selama/sekitar 7 menit) setelah selesai sholat berjamaah. Mungkin karena itulah, muncul istilah kultum

**) Menurutku, yang dimaksud dengan rezeki itu tidak mesti berupa harta kekayaan, tetapi bisa juga berupa kesehatan, ilmu pengetahuan yang telah diberikan Allah kepada kita, dan lain-lain (wallahu a'lam).

***) Jika ada pihak lain yang membukukan semua artikel yang aku tulis di: http://imronkuswandi.blogspot.com/ , jelas ini tidak termasuk kategori pemberian ijin di atas. Karena di sini ada unsur mencari keuntungan finansial. Yang aku maksudkan di sini adalah jika ditujukan untuk aktivitas dakwah yang tentu saja tidak ada niatan / unsur mencari keuntungan finansialnya.

Minggu, 10 Februari 2008

SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN!

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sekalipun tantangan hidup dari hari ke hari terasa kian kompleks. Sekalipun masalah demi masalah datang silih berganti. Sekalipun kesulitan demi kesulitan seolah datang tiada henti. Namun tidak sepantasnya jika kita berputus asa. Dimanapun, kapanpun, kemanapun kita melangkah dalam menjalani hidup ini, kita tetap harus optimis. Optimis bahwa semuanya pasti akan ada jalan keluarnya. Optimis bahwa semuanya pasti akan bisa teratasi. Optimis bahwa kita akan mendapatkan pertolongan-Nya. ”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah. 5). Bahkan hal ini ditegaskan kembali dalam ayat berikutnya: ”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Alam Nasyrah. 6).

Namun bukan berarti sesudah kita mengalami kesulitan demi kesulitan tersebut, lantas kemudahan itu datang dengan sendirinya. Kita tetap harus berusaha keras sebagai upaya agar secepatnya terlepas dari derita hidup yang (mungkin) mendera kita, sambil berharap hanya kepada Allah!

Jangan berharap kepada yang lain! Karena yang lain-pun sama seperti kita, yang tercipta dalam keadaan yang sangat lemah. “..., dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisaa’. 28).

Berharaplah hanya kepada Allah semata, karena “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. 112. 2). Karena “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al Anfaal. 40). “Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahriim. 2).

Saudaraku…,
Kita tidak boleh hanya berpangku tangan. Jika kita telah menyelesaikan suatu urusan, maka harus segera diikuti dengan mengerjakan urusan yang lainnya. Jadi, jangan hanya diam!!! Dengan kata lain, jangan bermalas-malasan! “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (QS. Alam Nasyrah. 7 – 8).

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 09 Februari 2008

PERTOLONGAN ALLAH ITU AMAT DEKAT

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah. 214).

”Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman”. (QS. Ash Shaf. 13).

Saudaraku…,
Dari dua ayat tersebut di atas, nampak sekali bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Oleh karena itu, mohonlah pertolongan kepada-Nya dan bersabarlah. Jangan mudah berputus asa, karena sesungguhnya pertolongan-Nya amatlah dekat. Dan hendaklah kepada-Nya saja kita bertawakkal!

“Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal”. (QS. Ali ’Imran. 160).

Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al A’raaf. 128).

”Dan apa saja ni`mat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan”. (QS. An Nahl. 53).

Semoga bermanfaat.

Kamis, 07 Februari 2008

SIKAP ORANG TUA TERHADAP ANAK

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Jika kita merujuk kepada Al Qur’an, jelas sekali bahwa seorang ibu tidak boleh membuang/membunuh anaknya. Karena sesungguhnya “Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya”. (QS. Al Baqarah. 233). Demikian juga, seorang bapak tidak boleh menipu anaknya atau mendzalimi anaknya. Melainkan harus memperlakukannya dengan cara yang ma`ruf.

Saudaraku…,
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Baqarah. 233).

Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya). (QS. Al An’aam. 151).

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezkikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (QS. Al An’aam. 140).

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al Israa’. 31).

Semoga bermanfaat!

{Tulisan ke-3 dari 3 tulisan}
{Berbakti Kepada Ibu dan Bapak I & II, Sikap Orang Tua Terhadap Anak}

BERBAKTI KEPADA IBU DAN BAPAK (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak”, (QS. Al Baqarah. 83).

“janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa”, (QS. Al An’aam. 151).

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (QS. Al Israa’. 23).

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa”, (QS. An Nisaa’. 36).

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman. 14).

Saudaraku…,
Jika kita perhatikan kelima ayat tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa kelima ayat tersebut memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak, dimana perintah tersebut beriringan dengan perintah untuk beribadah/ menyembah serta bersyukur hanya kepada-Nya. Hal ini menunjukkan, betapa berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak itu benar-benar menduduki tempat yang sangat tinggi.

Dalam Al Qur’an, banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak. Hal ini juga menunjukkan betapa berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak itu benar-benar merupakan hal yang teramat penting dan tidak boleh tidak (tidak boleh ditawar-tawar lagi) harus dilaksanakan dengan setulus hati demi mengharap keridhoan Allah. Demikianlah, Allah telah mengingatkan kita, bahkan secara berulang-ulang. “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang”, (QS. Az Zumar: 23).

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al Ahqaaf. 15).

Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman. 14).

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. Al Israa’. 24).

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim. 41).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-2 dari 3 tulisan)
{Berbakti Kepada Ibu dan Bapak I & II, Sikap Orang Tua Terhadap Anak}

BERBAKTI KEPADA IBU DAN BAPAK (I)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Mas Imron ......
Sudah banyak sekali artikel yang mengharuskan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua yang telah berkorban banyak untuk kita.

Tapi.....
Kita lihat saat ini banyak sekali kasus semisal seorang ibu membuang anaknya, seorang bapak menipu anaknya atau kasus lain yang mengakibatkan seorang anak dizalimi oleh kedua orang tuanya.

Nah....
Bagaimana sikap kita terhadap orang tua yang bertindak seperti tersebut diatas.

Matur Suwun

Wassalamu'aaikum Wr. Wb.

Dari: Hendrijatno Gunawan, alumnus SMAN 1 Blitar '89.

-----

BERBAKTI KEPADA IBU DAN BAPAK (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dalam Al Qur’an surat Al ‘Ankabuut, Allah telah berfirman: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al ‘Ankabuut. 8).

Dalam Al Qur’an surat Luqman, Allah juga telah berfirman: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman. 15).

Saudaraku…,
Dari dua ayat tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa sekalipun kedua orang tua kita memaksa kita untuk mempersekutukan Allah, ternyata Allah tetap memerintahkan kita untuk berbakti kepada keduanya / mempergauli keduanya di dunia ini dengan baik. Padahal perbuatan syirik (mempersekutukan Allah) itu adalah dosa terbesar dari semua dosa, hingga Allah tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ berikut ini: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).

Nah…, jika keduanya memaksa kita untuk mempersekutukan Allah saja, ternyata Allah tetap memerintahkan kita untuk berbakti kepada keduanya / mempergauli keduanya di dunia ini dengan baik, lalu bagaimanakah jika keduanya hanya melakukan kekhilafan yang kecil saja, bahkan tidak sebanding dengan dosa syirik?

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 3 tulisan)
{Berbakti Kepada Ibu dan Bapak I & II, Sikap Orang Tua Terhadap Anak}

Selasa, 05 Februari 2008

IBU…, MA’AFKAN KAMI!

Ibu…,
Rasanya tiada kata-kata yang mampu kami rangkai,
Untuk menggambarkan betapa besar kasih sayangmu,
Untuk menggambarkan betapa besar pengorbananmu,
Untuk menggambarkan betapa besar jasamu.

Ibu…,
Ma’afkan kami, jika selama ini kami telah melupakan kasih sayangmu,
Ma’afkan kami, jika selama ini kami telah melupakan pengorbananmu,
Ma’afkan kami, jika selama ini kami telah melupakan jasamu.

Entahlah…,
Kami tidak tahu lagi,
Dengan apa kami harus membalas semua budi baikmu.
Ma’afkan kami, ibu…!

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS. Ibrahim. 41).

-----

Saudaraku…,
Dalam surat Al Ahqaaf, Allah telah berfirman: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al Ahqaaf. 15).

Dan dalam surat Luqman, Allah juga telah berfirman: Dan Kami perintahkan kepada manusia (supaya berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman. 14).

Abuhurairah r.a. berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَارَسُولَ اللهِ مَنْ أَحَقَّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. فَقَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوكَ. (رواه البخارى و مسلم)
Seseorang datang kepada Rasulullah S.A.W. dan bertanya: “Ya Rasulullah, siapakah yang berhak untuk aku layani (untuk aku patuhi)?”. Jawab Rasulullah: “Ibumu!”. Kemudian siapa?”. Jawab Rasulullah: “Ibumu!”. Kemudian siapa?”. Jawab Rasulullah: “Ibumu!”. Kemudian siapa?”. Jawab Rasulullah: “Ayahmu!”. (HR. Bukhari, Muslim).

“Jagalah ibumu, karena surga itu di bawah tapak kakinya”. (HR. Ibn Majah, Annasa’i, dan Alhaakim).

Saudaraku…,
Bagi kita yang sudah tidak mempunyai ibu / bapak karena sudah wafat, kita tidak perlu berputus asa. Karena kita masih tetap mempunyai kesempatan untuk berbakti kepada keduanya, sebagaimana penjelasan hadits berikut ini:

بَيْنَمَانَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ يَارَسُولَ اللهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّأَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبِرُّهُمَابِهِ بَعْدَمَوْتِهِمَا؟ فَقَالَ نَعَمْ: اَلصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا أَيِ الدُّعَاءُ وَالْإِسْتِغْفَارُلَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا. وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لَا تُوصَلُ إِلَّابِهِمَا وَإِكرَامُ صَدِيْقِهِمَا (رواه ابو داود وابن ماجه)
Ketika kami duduk bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba datang seorang dari Bani Salimah bertanya: “Ya Rasulullah, apakah ada amal untuk berbakti kepada kedua ayah atau ibu sesudah wafat keduanya?”.
Jawab Rasulullah: Ya!
1. Mensholatkan keduanya.
2. Membacakan istighfar bagi keduanya.
3. Melaksanakan wasiyat keduanya.
4. Menghubungi kerabat dari keduanya.
5. Menghormat sahabat-sahabat keduanya. (HR. Abu Dawud, Ibn Majah).

Semoga bermanfaat!


Foto Kenangan Saat Ibunda Tercinta Menunaikan Ibadah Haji Pada 1432 H.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞