بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Rabu, 16 April 2008

KECURANGAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Ketika seseorang mulai mencoba untuk melakukan kecurangan/korupsi (karena sudah mulai ada kesempatan), biasanya pada awalnya akan terjadi pertarungan antara perasaan bersalah/berdosa dengan perasaan senang karena memperoleh pendapatan ekstra. Namun, jika hal ini diulang dan terus diulang kembali, maka perasaan bersalah/berdosa tersebut berangsur-angsur akan berkurang dan pada akhirnya bisa menghilang. Hingga yang tersisa tinggallah perasaan senang karena memperoleh pendapatan ekstra tersebut.

Celakanya, dengan berjalannya waktu, biasanya yang bersangkutan semakin terampil dan berpengalaman dalam melakukan kecurangan/korupsi tersebut. Sehingga tidak tertutup kemungkinan, kesuksesan demi kesuksesan justru dapat diraihnya. Rasanya semua pintu-pintu kesenangan semakin terbuka untuknya. Dan dia bergembira dengan apa yang telah diberikan kepadanya. Seolah-olah dia akan hidup untuk selama-lamanya. Seolah-olah maut tidak akan pernah menyapanya. Seolah-olah semua perbuatannya tidak akan pernah dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya, kelak dikemudian hari.

Dia lupa, bahwa dalam Al Qur’an surat At Takaatsur, Allah telah berfirman: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (QS. At Takaatsur. 8).

Saudaraku…,
Pada saat yang sama, dia (mungkin) juga tidak menyadari, bahwa sesungguhnya dia benar-benar berada di bawah ancaman siksa Allah. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam: 44). Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku". (QS. Al An’aam: 15). Dan “Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’raaf: 55).

Semoga, kita tidak sampai terperdaya oleh kehidupan dunia ini. Dan semoga kita tidak sampai tertipu oleh syaitan, hingga mampu memperdayakan kita tentang Allah. “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Faathir. 5).

Semoga bermanfaat.

Kamis, 10 April 2008

SABAR DALAM MENGHADAPI COBAAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Pada hakekatnya kehidupan di dunia ini adalah sarana untuk menguji kita, apakah kita dapat menjalaninya dengan baik atau malah sebaliknya. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (QS. Al Baqarah. 214).

Jadi, jangan heran jika masalah demi masalah datang silih berganti. Bahkan, tantangan hidup dari hari ke hari terasa kian bertambah berat. Namun kita harus tetap menghadapinya dengan penuh kesabaran. Betapapun beratnya masalah yang kita hadapi, sesungguhnya kita tidaklah sendiri. Orang lain juga menghadapi masalah yang sama, bahkan mungkin lebih berat dengan bentuk yang berbeda. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, (QS. Al Baqarah. 155).

Saudaraku…,
Jika saat ini kita telah mempunyai kelebihan rezeki, kita telah mempunyai kedudukan, atau kita telah meraih kesuksesan-kesuksesan lainnya, maka jangan serta merta kita merasa bangga dengan semuanya itu. Karena sesungguhnya, hal itu semua justru merupakan cobaan yang sebenar-benarnya yang justru lebih berat lagi. Karena sesungguhnya, hal itu semua justru dapat membuat kita terlena serta dapat melalaikan kita. Oleh karena itu, kita tetap harus waspada.

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At Taghaabun. 15). “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (QS. At Takaatsur. 8). “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal. 28).

Saudaraku…,
Dalam Al Qur’an, Allah juga telah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa’. 35).

Sedangkan dalam sebuah hadits, diperoleh keterangan bahwa: Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ. (رواه الترمذى)  
Sesungguhnya besarnya balasan itu tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya apabila Allah mencintai satu kaum, Ia akan menguji mereka. Barangsiapa ridha (dengan ujian tersebut), dia akan mendapatkan keridhaan (dari Allah), sedangkan barangsiapa yang murka, dia juga akan mendapatkan kemurkaan (dari Allah)". (HR. At Tirmidzi).

Semoga kita senantiasa mendapat bimbingan, pertolongan serta ampunan dari-Nya. Amin!

Semoga bermanfaat!

Rabu, 09 April 2008

ORANG YANG PINTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Orang yang pintar biasanya identik dengan orang yang dalam hidupnya selalu dapat mengambil keputusan dengan tepat. Tidak hanya untuk jangka pendek saja, tetapi juga meliputi jangka waktu yang panjang, bahkan hingga waktu yang tak terhingga, yaitu hingga ke alam akhirat nanti.

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar". (QS. Al Qashash. 80).

“Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfa`atnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu)”. (QS. Al An’aam. 104).

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”. (QS. Al ‘Ankabuut. 43).

Semoga bermanfaat.

Selasa, 08 April 2008

ORANG YANG SUKSES

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tentunya kebanyakan diantara kita sangat berharap akan dapat menjadi orang yang sukses. Karena orang yang sukses biasanya identik dengan orang yang dalam hidupnya diliputi oleh kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan karena keberhasilan demi keberhasilan telah diraihnya dengan baik.

Namun, betulkah keberhasilan demi keberhasilan yang telah diraih tersebut akan mampu menjamin seseorang untuk mandapatkan kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang hakiki (kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang sebenar-benarnya)? Jika memang demikian, mengapa masih bisa dijumpai orang-orang yang frustasi justru ditengah limpahan harta? Mengapa masih bisa ditemui orang-orang yang gelisah justru ketika karirnya sedang menanjak? Mengapa masih ada saja orang-orang yang selalu murung, justru ketika segala pujian datang menyapanya?

Saudaraku…,
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih”. (QS. Ali ’Imran. 188). Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Untuk apa harta yang melimpah, jika hal ini hanya menjauhkan kita dari-Nya? Untuk apa jabatan/pangkat yang tinggi, jika hal ini hanya menjauhkan kita dari-Nya? Untuk apa segala pujian datang menyapa, jika hal ini malah menjauhkan kita dari-Nya? Untuk apa …, dst., jika semuanya ini justru menjauhkan kita dari-Nya?

Saudaraku…,
Sesungguhnya ukuran kesuksesan itu adalah: apabila keberhasilan demi keberhasilan yang telah kita raih tersebut mampu membawa kita untuk semakin dekat kepada-Nya. Karena hanya dengan jalan inilah kita akan mampu menggapai kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang hakiki, dimana kita akan memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah kita kerjakan dan kita akan aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi karena kelak Allah akan memasukkan kita ke dalam rahmat (surga)-Nya.

”Dan di antara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do`a Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. At Taubah. 99).

”Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)”. (QS. Saba’. 37).

”Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti”. (QS. Al Israa’. 57).

Semoga bermanfaat.

NB.
Semoga kita semuanya tidak hanya bisa meraih kesuksesan dari sudut pandang manusia, namun juga bisa meraih kesuksesan yang hakiki (kesuksesan yang sebenar-benarnya) bukan kesuksesan yang semu belaka. Amin!!!

Senin, 07 April 2008

ORANG YANG KUAT

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Abu Dawud dan Ibn Abid Dunia meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَى إِنْفَاذِهِ مَلَأَاللهُ قَلْبَهُ أَمْنًا وَإِيْمَانًا.
“Siapa yang dapat menahan marahnya, padahal ia kuasa untuk melampiaskan marahnya itu, maka Allah SWT. akan memenuhi hatinya dengan iman dan rasa aman ketenangan”.

Atthabarani meriwayatkan:
مَنْ دَفَعَ غَيْظَهُ دَفَعَ اللهُ عَنْهُ عَذَابَهَ
“Siapa yang dapat menahan marahnya karena Allah, maka Allah akan menghindarkan dari siksa-Nya”.

Rasulullah SAW. bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيْدُ باِلصُّرْعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. (رواه البخارى) 
“Orang yang kuat bukan yang banyak mengalahkan orang dengan kekuatannya. Orang yang kuat hanyalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Al-Bukhari)

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali ‘Imran. 134).

“Jadilah engkau pema`af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al A’raaf. 199).

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa mema`afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. Asy Syuura. 40).

“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan”. (QS. Asy Syuura. 43).

Saudaraku…,
Bagaimanakah keadaan kita saat ini? Apakah ketika kita kuasa untuk melampiaskan amarah, kita masih mampu untuk menahan amarah kita? Apakah ketika kita sedang berada di atas angin (karena pada posisi yang benar), kita masih mampu menahan diri untuk tidak memanfaatkannya demi mengumbar hawa nafsu amarah kita?

Saudaraku…,
Hanya orang-orang yang kuatlah, yang mampu menahan amarah ketika kesempatan untuk itu ada di depan mata. Ingatlah, bahwa jika kita berbuat baik, sesungguhnya kita telah berbuat baik bagi diri kita sendiri dan jika kita berbuat jahat maka sesungguhnya kejahatan itu adalah bagi diri kita sendiri. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”, (QS. Al Israa’. 7).

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya)”. (QS. Fushshilat. 46).

Semoga bermanfaat.

Minggu, 06 April 2008

ORANG YANG KAYA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Secara naluriah, kebanyakan diantara kita, pasti ingin hidup senang dan berkecukupan dalam harta. Secara naluriah, kebanyakan diantara kita pasti sangat berharap akan dapat menjadi orang yang kaya. Karena orang yang kaya biasanya identik dengan orang yang dalam hidupnya diliputi oleh kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan karena dengan limpahan harta kekayaan yang dimilikinya, maka semua kebutuhan hidupnya/keinginannya dapat diraihnya dengan mudah. Sehingga tidak mengherankan jika kebanyakan diantara kita akan berusaha keras untuk menggapainya.

Namun, betulkah limpahan harta kekayaan yang telah diraih tersebut akan mampu menjamin seseorang untuk mandapatkan kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang hakiki (kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang sebenar-benarnya)? Jika memang demikian, mengapa masih bisa dijumpai orang-orang yang gelisah, ketakutan, kekhawatiran akan hari tuanya, frustasi/putus asa, bahkan mengakhiri hidup secara tragis (na’udzubillahi mindzalika!), dst. justru ditengah limpahan harta yang dimilikinya?

Saudaraku…,
Bagaimana mungkin seseorang dikatakan kaya (meski hidup ditengah limpahan harta) sedangkan pada saat yang sama, dia senantiasa kekurangan/membutuhkan harta yang teramat banyak? Sehingga (jika dia seorang pegawai/pejabat) uang negara/uang perusahaan-pun dia ambil secara tidak syah, karena gaji yang selama ini dia terima dirasa sangat kurang? Demikian juga (jika dia seorang pedagang) dia harus mengurangi timbangan karena keuntungan yang selama ini dia peroleh dirasa sangat kurang? Sehingga (jika dia seorang polisi) dia harus melakukan pungli (pungutan liar) karena pendapatan yang selama ini dia terima dirasa sangat kurang? Dst…, dst. Jika memang demikian, bukankah orang yang demikian itu pada hakekatnya adalah orang-orang yang miskin (meski secara kasat mata hidup ditengah limpahan harta)?

Saudaraku…,
Orang kaya yang sesungguhnya itu adalah orang yang dalam hidupnya sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepadanya. Cukuplah Allah baginya, sehingga dia merasa tidak perlu dan tidak membutuhkan perbuatan meminta-minta atau mengemis kepada orang lain, apalagi sampai melakukan kecurangan, melakukan pungli, korupsi, dll., karena dia teramat yakin, bahwa Allah akan memberikan kepadanya sebahagian dari karunia-Nya dan demikian pula Rasul-Nya.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW. bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ. (رواه البخارى ومسلم)   
“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati.” (HR. al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 2417)

Rasulullah SAW. juga bersabda dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri r.a:
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ. (رواه البخارى ومسلم)   
“Siapa yang menampakkan kecukupan niscaya Allah akan membuatnya kaya.” (HR. al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 1745)

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

Di samping itu, dia juga senantiasa menafkahkan harta kekayaannya pada jalan Allah sebagai perwujudan rasa syukurnya kepada-Nya. Karena dia tahu, bahwa jika dia bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, sedangkan apabila dia tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Sebaliknya, jika dia kikir, maka sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan dialah yang membutuhkan-Nya. Dan dia juga bergembira dengan kurnia Allah serta rahmat-Nya, karena dia tahu bahwa kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang dia kumpulkan.

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman. 12).

”Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan (Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)”. (QS. Muhammad. 38).

Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus. 58).

”Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al Hajj. 64). ”Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman. 26). Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni`mat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim. 8).

Abuhurairah r.a. berkata: Rasulullah bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ. (رواه البخارى و مسلم) 
“Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah rasa cukup yang ada di dalam hati.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 05 April 2008

ORANG YANG CERDAS

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Saat ini, kita masih bisa bersenda gurau, kita masih bisa saling bertegur sapa, kita masih bisa saling berkirim kabar, kita masih bisa saling bertukar cerita. Dan yang pasti, kita masih bisa bersama-sama.

Namun, dibalik itu semua, sadarkah kita, bahwa pada saat yang bersamaan, satu per satu saudara-saudara kita telah dipanggil kembali untuk berpulang menghadap kepada Sang Kholiq, Pemilik seluruh alam semesta ini? Sementara yang lain (termasuk kita), baik disadari atau tidak, sedang menunggu untuk mendapatkan giliran yang sama. Yah…, cepat atau lambat, pada akhirnya kita akan kembali jua kepada-Nya, untuk selama-lamanya.

Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa jika masa itu telah tiba (yaitu masa ketika kita harus meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya, ketika kita telah tutup usia), maka kita akan berjalan seorang diri, segala sesuatunya harus kita urusi sendiri?

Pada saat itu, tidak ada seorangpun yang peduli dengan urusan kita, sekalipun itu adalah orang tua kita, istri/suami kita, anak-anak kita, saudara kita, sahabat kita. Karena masing-masing sudah teramat sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Pada saat itu, sudah tidak ada kesempatan untuk bersenda gurau lagi, untuk saling bertegur sapa lagi, untuk saling bertukar cerita lagi. Dan yang pasti, kita sudah tidak bersama-sama lagi, seperti saat ini.

Saudaraku…,
Sudahkah kita mempersiapkan diri kita untuk menghadapi masa yang telah pasti itu? Dimana kita harus mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita perbuat selama masa hidup kita di dunia yang teramat singkat ini? Dimana kita harus sendiri? Dimana tidak ada seorangpun yang peduli dengan kita? Sekalipun itu adalah orang tua kita, istri/suami kita, anak-anak kita, saudara kita, sahabat kita?

Atau, apakah kita masih saja terlena? Seolah-olah kita akan hidup untuk selama-lamanya? Seolah-olah maut itu tidak akan pernah menyapa kita? Seolah-olah kita akan terus bersama-sama? Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,

Ingatlah, bahwa orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling sibuk mempersiapkan bekal untuk menghadapinya, dialah orang yang paling cerdas.

Rasulullah SAW. bersabda:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah).

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞