بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Sabtu, 27 September 2008

TEMAN SEJATI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bung Fulan adalah seorang alumnus SMAN 1 di Blitar. Dahulu, semasa masih bersekolah di SD, Bung Fulan mempunyai seorang sahabat bernama Bung Andi. Kebetulan rumah orang tuanya berdampingan dengan rumah orang tua Bung Fulan sehingga persahabatan antara keduanya dapat berjalan dengan indahnya. Tiap hari, keduanya seringkali berangkat sekolah dan pulang sekolah bersama-sama, bermain bersama, belajar bersama, ke masjidpun juga sering bersama-sama. Rasanya, dimana ada Bung Fulan disitu pula ada Bung Andi. Namun menjelang lulus SD, Bung Andi harus pindah ke Aceh mengikuti orangtuanya. Sejak saat itu, terputuslah persahabatan antara keduanya.

Ketika menginjak SMP, Bung Fulan menemukan sahabat baru yaitu Bung Mutu. Sebagaimana persahabatannya dengan Bung Andi, persahabatannya dengan Bung Mutu juga berjalan dengan baik. Namun ternyata persahabatan dengan Bung Mutu tidak berlangsung lama, karena Bung Mutu telah wafat dalam sebuah kecelakaan yang menimpanya. Dan tentunya sejak saat itu terputus pulalah persahabatan antara keduanya.

Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTP, Bung Fulan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dan SMAN 1 Blitar adalah pilihannya, karena SMAN 1 Blitar merupakan SMA terbaik dan terfavorit di kota Blitar. Tidak lama setelah diterima di SMAN 1 Blitar, Bung Fulan berkenalan dengan Bung Dhoni. Karena merasa memiliki banyak kesamaan, maka Bung Fulan dapat membina hubungan persahabatan dengan Bung Dhoni. Sebagaimana persahabatannya dengan Bung Andi serta Bung Mutu, persahabatan dengan Bung Dhoni juga dapat berjalan dengan baik. Singkat cerita, begitu indah masa-masa SMA mereka lalui berdua. Teramat banyak kenangan yang terukir di sana. Namun, ternyata masa itu begitu cepat berlalu.

Selepas SMA, Bung Fulan menempuh pendidikan tinggi di Universitas Airlangga Surabaya. Sedangkan Bung Dhoni memutuskan untuk merantau ke Kalimantan dan tak lama kemudian menikah dengan teman seperantauan. Karena semakin larut dengan kesibukan kerja serta keluarganya, maka Bung Dhoni sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Bung Fulan. Sejak saat itu, lagi-lagi Bung Fulan telah kehilangan seorang teman/sahabat tercinta.

Namun, duka Bung Fulan ternyata tidak berlangsung lama. Setelah menyelesaikan pendidikan di Universitas Airlangga dan menjadi dosen di universitas yang sama, secara kebetulan Bung Fulan bertemu dengan teman SMA-nya, yaitu Mbak Dhina yang sedang mengantarkan adiknya untuk daftar ulang setelah sukses diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Airlangga. Dalam waktu singkat, karena merasa memiliki banyak kesamaan, maka Bung Fulan segera memutuskan untuk melamar dan menikahi Mbak Dhina. Begitu baik dan setianya Mbak Dhina, sehingga Bung Fulan merasa bahwa kali ini dia benar-benar menemukan teman sejati yang senantiasa setia bersamanya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Hingga akhirnya, cobaan itu datang. Tiba-tiba Bung Fulan menderita sakit parah hingga maut menjemputnya.

Setelah Bung Fulan wafat dan kemudian dimasukkan ke liang lahat, barulah Bung Fulan menyadari bahwa Mbak Dhina yang selama ini dia sangka sebagai teman sejati, ternyata hanya mau mengantarkannya sampai di sini saja. Ternyata Mbak Dhina tidak mau menemaninya sampai di liang lahat. Begitu prosesi pemakaman selesai, Mbak Dhina segera meninggalkan Bung Fulan sendirian begitu saja, bahkan tak lama kemudian malah menikah lagi dengan orang lain.

Dari sini, barulah Bung Fulan menyadari bahwa ternyata tidak ada seorangpun teman sejati selama hidup di alam dunia ini, karena pada akhirnya semuanya akan pergi meninggalkannya, kecuali amal baik/amal saleh yang telah dia lakukan. Dari sini, barulah Bung Fulan menyadari bahwa ternyata teman sejati itu hanyalah amal saleh. Dialah yang senantiasa setia menemaninya hingga ke liang lahat, bahkan untuk selamanya. Demikian penjelasan Rasulullah SAW. Dalam sebuah Hadits:

Dari Anas bin Malik r.a., Rasulullah SAW. bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ؛ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ؛ فَرَجَعَ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، رَجَعَ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ   
“Tiga perkara yang akan mengantarkan mayit: keluarga, harta, dan amalannya. Dua perkara akan kembali dan satu perkara akan tetap tinggal bersamanya. Yang akan kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tetap tinggal bersamanya adalah amalannya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Sedangkan dalam Al Qur’an, diperoleh penjelasan dalam beberapa ayat berikut ini: 
 
"Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (QS. Al Haaqqah. 24).
”Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”, (QS. Al Israa’. 9).

”Maka barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya”. (QS. Al Anbiyaa’. 94).

”Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Qashash. 67).

Semoga bermanfaat.

NB.
Bung Fulan, Bung Andi, Bung Mutu, Bung Dhoni serta Mbak Dhina pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon maaf jika secara kebetulan ada kemiripan / kesamaan nama!

Jumat, 19 September 2008

MARILAH KITA BERBAGI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Perhatikanlah di sekeliling kita, ternyata begitu banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam kesulitan. Begitu banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam kekurangan. Begitu banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam kemiskinan.

Sebagian diantara mereka ada yang jatuh miskin karena secara tiba-tiba bencana datang menimpa mereka, seperti yang dialami saudara-saudara kita di Yogyakarta yang terkena musibah gempa beberapa waktu yang lalu. Juga saudara-saudara kita di Aceh yang terkena musibah tsunami. Dan masih banyak kejadian serupa yang dialami oleh saudara-saudara kita yang lainnya.

Namun, tidak sedikit diantara mereka yang sudah menjalani hidup dalam kesulitan bertahun-tahun. Mereka terlahir dari keluarga yang miskin, kemudian menjalani hidup dalam kemiskinan, dan (mungkin) akan mewariskan kemiskinan ini kepada anak cucu mereka kelak. Entah sampai kapan? Tiada yang tahu!

Saudaraku…,
Apakah mereka adalah orang-orang yang malas? Apakah mereka telah puas dengan kehidupan yang mereka jalani saat ini? Sehingga tiada upaya untuk secepatnya terlepas dari derita hidup yang terus mendera mereka?

Saudaraku…,
Secara naluriah, kebanyakan diantara kita, pasti ingin hidup senang dan berkecukupan dalam harta. Sehingga tidak mengherankan jika kebanyakan diantara kita akan berusaha keras untuk menggapainya. Namun, pada kenyataannya, tidak semua orang diberi kesempatan untuk kaya.

Saudaraku…,
Jika saat ini kita diberi kelebihan rezeki, maka jangan dikira bahwa keberhasilan ini adalah karena kita cerdas, karena kita hebat, karena pendidikan kita tinggi, atau karena kita mempunyai banyak kelebihan. Yang benar adalah karena Allah telah menghendaki kita untuk mendapatkan kelebihan rezeki tersebut. {Baca kembali: “Ternyata kita sangat bergantung kepada-Nya”}.

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51. 58). Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. 42. 19). Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS. 3. 37). Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. 2. 212). Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 29. 60). Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. 24. 38). 

Oleh karena itu, marilah kita berbagi. Semoga kelebihan rezeki yang telah kita miliki saat ini, dapat membawa kita untuk semakin dekat kepada-Nya, bukan malah sebaliknya!

Saudaraku...,
Ketahuilah, bahwa siapa saja yang menghilangkan kesempitan seorang mukmin dari kesulitan-kesulitan di dunia, maka Allah akan menghilangkan kesulitan yang menimpanya dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Dan barang siapa yang meringankan seseorang yang sedang tertimpa kesulitan, Allah akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang menutup kejelekan seorang muslim, Allah akan menutup kejelekannya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong seorang hamba apabila hamba tersebut menolong saudaranya. Demikian penjelasan Rasulullah SAW. dalam sebuah hadits:

Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ. (رواه مسلم)
“Barang siapa menghilangkan kesempitan seorang mukmin dari kesulitan-kesulitan di dunia, Allah akan menghilangkan kesulitan yang menimpanya dari kesulitan-kesulitan di hari kiamat. Dan barang siapa yang meringankan seseorang yang sedang tertimpa kesulitan, Allah akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang menutup kejelekan seorang muslim, Allah akan menutup kejelekannya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong seorang hamba apabila hamba tersebut menolong saudaranya. Dan barang siapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju ke surga.” (HR. Muslim).

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.” (QS. 30. 38)

Saudaraku…,
Berikut ini aku sampaikan beberapa nasehat berkaitan dengan ajakan untuk berbagi. Semoga kita terhindar dari adzab-Nya yang teramat pedih. Amin!

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. 3. 180).

Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu". (QS. 9. 34 – 35).

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at.” (QS. 2. 254).

Semoga bermanfaat.

Senin, 08 September 2008

PANTASKAH KITA MENGHINA PIHAK LAIN?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya pada saat kita sedang memandang rendah orang lain, maka pada saat itu pulalah (tanpa kita sadari) kita telah merasa lebih tinggi dari padanya. Pada saat kita sedang meremehkan orang lain, maka pada saat itu pula (tanpa kita sadari) kita telah merasa lebih hebat dari padanya. Dan pada saat kita sedang menghina orang lain, maka pada saat itu pula (tanpa kita sadari) kita telah merasa lebih mulia dari padanya. Demikian seterusnya...


Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ تَعَظَّمَ فِى نَفْسِهِ وَاَجْتَالَ فِى مِشْيَتِهِ لَقِىَ اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ (رواه أحمد)
“Siapa yang merasa dirinya besar, lalu sombong dalam jalannya, maka ia akan menghadap pada Allah, sedang Allah murka padanya”. (HR. Ahmad).

Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Hujuraat, Allah telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Hujuraat. 12).

Saudaraku…,
Bertawadhu’lah, karena tawadhu’ (merendahkan diri) itu tidak akan menambah kepada seseorang, kecuali ketinggian. Semoga Allah meninggikan derajatmu. Dan berilah ma’af, karena ma’af itu tidak menambah sesuatu bagi seseorang, kecuali kemuliaan. Semoga Allah memuliakan kamu. Dan bersedekahlah, karena sedekah itu tidak akan mengurangi harta, melainkan justru akan bertambah banyak. Semoga Allah merahmatimu.


Karena sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ. (رواه مسلم)
“Tidaklah sedekah akan membuat harta berkurang. Tidaklah Allah akan menambahkan pada seorang hamba karena memaafkan (saudaranya) selain (bertambah) kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan hatinya karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim).

Semoga bermanfaat.

Minggu, 07 September 2008

MENANGIS KETIKA MEMBACA AL QUR’AN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Barangsiapa yang dianugrahi kefahaman yang mendalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah, maka sesungguhnya dia benar-benar telah dianugrahi karunia yang teramat banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.

Demikianlah keterangan yang dapat kita peroleh dalam Al Qur’an: “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).

Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu 'anhu meriwayatkan, katanya Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ فِي الدِّيْنِ. (رواه البخارى و مسلم)
"Barangsiapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang agamanya (Allah akan memberikan kepadanya pemahaman tentang agama)". (HR. Bukhari dan Muslim).

Saudaraku…,
Sedemikian tingginya nilai kebenaran dari ayat-ayat yang terdapat dalam Al Qur’an itu, sehingga apabila diperdengarkan apa yang diturunkan kepada Rasulullah (Al Qur’an) kepada siapa saja yang diberi petunjuk, maka bercucuranlah air mata mereka. Bahkan mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.

“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad s.a.w.)”. (QS. Al Maa-idah. 83).

“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi ni`mat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis”. (QS. Maryam. 58).

Saudaraku…,
Lalu, bagaimanakah keadaan kita? Seberapa besarkah kedekatan kita kepada-Nya? Apakah ketika dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an, juga bercucuran air mata kita? Seraya kita menyungkur dengan bersujud kepada-Nya?

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 06 September 2008

TERJEPIT DUA KEADAAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Bagi kita yang saat ini sudah menjadi pengusaha sukses, sadarkah kita bahwa dahulu ketika kita terlahir di dunia ini, kita tidak mempunyai apa-apa bahkan sehelai benang sekalipun? Dan tanpa kita sadari, begitu pulalah nantinya pada saat kita pergi meninggalkan dunia ini. Semua yang pernah kita usahakan dan kita raih saat ini, akan kita tinggalkan begitu saja. Dan kita tidak punya apa-apa lagi, seperti saat kita terlahir dahulu.

Saudaraku…,
Bagi kita yang saat ini sudah menjadi karyawan dan sukses berkarier hingga berbagai jabatan strategis pernah dan sedang kita pegang, sadarkah kita bahwa dahulu ketika kita terlahir di dunia ini, kita juga tidak mempunyai apa-apa, bahkan sehelai benang sekalipun? Dan tanpa kita sadari, begitu pulalah nantinya pada saat kita pergi meninggalkan dunia ini. Semua yang pernah kita usahakan dan kita raih saat ini, akan kita tinggalkan. Dan kita tidak punya apa-apa lagi, seperti saat kita terlahir dahulu. Karena hanya selembar kain kafan putih yang menyertai kita di liang lahat.

Saudaraku…,
Bagi kita yang saat ini sudah mempunyai harta kekayaan yang melimpah, sadarkah kita bahwa dahulu ketika kita terlahir di dunia ini, kitapun tidak mempunyai apa-apa? Dan tanpa kita sadari, begitu pulalah nantinya pada saat kita pergi meninggalkan dunia ini. Semua harta kekayaan yang kita miliki saat ini, akan kita tinggalkan begitu saja untuk selanjutnya beralih kepemilikannya kepada orang lain. Dan kita tidak punya apa-apa lagi, seperti saat kita terlahir dahulu.

Saudaraku…,
Bagi kita yang saat ini sudah mempunyai suami/istri yang sholeh/sholihah yang senantiasa setia menemani perjalanan hidup kita – baik dikala suka maupun duka – sadarkah kita bahwa dahulu ketika kita terlahir di dunia ini, kita tidak mengenal siapapun? Dan tanpa kita sadari, begitu pulalah nantinya pada saat kita pergi meninggalkan dunia ini. Suami/istri yang sholeh/sholihah yang senantiasa setia menemani perjalanan hidup kita selama ini, juga akan meninggalkan kita dan membiarkan kita sendirian memasuki liang lahat. Demikian seterusnya...

Saudaraku…,
Demikianlah keadaan kita. Ternyata kita senantiasa terjepit oleh dua keadaan. Dulu kita tidak punya apa-apa, sekarang punya apa-apa, nantinya kita tidak punya apa-apa lagi.

Jika sudah demikian, apakah kita masih tetap saja menyombongkan kesuksesan usaha yang telah kita raih saat ini? Apakah kita masih saja merasa besar dengan karier yang telah kita genggam saat ini? Apakah kita masih saja membanggakan harta kekayaan yang telah kita miliki saat ini? Apakah kita masih ...? Apakah kita masih ...? Dst... Sementara pada saatnya nanti, semuanya itu akan meninggalkan kita? Dan membiarkan kita sendirian memasuki liang lahat?

Saudaraku…,
Jika masa itu telah tiba, maka semua yang kita sombongkan, semua yang kita banggakan, ternyata sedikitpun tidak mampu memberi pertolongan/manfaat kepada kita. ”Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”. (QS. Al Lahab. 2).

”Sesungguhnya Karun** adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (QS. Al Qashash. 76). **) Karun adalah salah seorang anak paman Nabi Musa a.s.

”Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadiid. 20).

”Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al Mujaadilah. 17). Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Jika masa itu telah tiba, maka hanya amalan-amalan yang kekal lagi saleh-lah yang lebih baik pahalanya di sisi Allah SWT serta lebih baik untuk menjadi harapan. ”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. 18. 46) => Maksudnya: Al Qur’an surat ke-18 ayat ke-46, atau Al Qur’an surat Al Kahfi ayat ke-46.

”Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)”. (QS. Saba’. 37).

Semoga bermanfaat.

Jumat, 05 September 2008

PATUTKAH KITA MEMBANGGAKAN DIRI?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Jika saat ini kita diberi kelebihan rezeki, maka jangan dikira bahwa hal ini terjadi karena kita cerdas, karena kita hebat, atau karena kita mempunyai banyak kelebihan. Yang benar adalah karena Allah telah menghendaki kita untuk mendapatkan kelebihan rezeki tersebut.* {Baca kembali: “Ternyata kita sangat bergantung kepada-Nya” atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/06/ternyata-kita-sangat-bergantung-kepada.html }.

Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (QS. 51. 58). Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. 42. 19). *

Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS. 3. 37). Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. 2. 212). Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 29. 60). Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. 24. 38). *

Saudaraku…,
Jika sudah demikian, patutkah kita menyombongkan diri kita? Patutkah kita membanggakan diri kita? Dengan kelebihan rezeki yang kita miliki, patutkah kita menganggap bahwa diri kita lebih baik dari orang lain? Ketahuilah, bahwa: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. 4. 36). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. 31. 18).

Saudaraku…,
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. 3. 14).

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 8. 28). Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (QS. 18. 46).

Saudaraku…,
Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. 63. 9).

Semoga bermanfaat.

NB.
*) Meskipun banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa Allah-lah yang memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya, hal ini bukan berarti kita cukup diam di rumah, berpangku tangan saja, sambil menunggu datangnya rezki dari Allah. Namun kita tetap harus berusaha secara maksimal terlebih dahulu, baru kemudian kita serahkan sepenuhnya kepada-Nya. Hal ini secara tidak langsung sudah diuraikan pada tulisan terdahulu {“Ternyata kita sangat bergantung kepada-Nya” atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/06/ternyata-kita-sangat-bergantung-kepada.html }.

Kamis, 04 September 2008

AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR (MENYURUH KEPADA YANG MA’RUF DAN MENCEGAH DARI YANG MUNKAR)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An Nahl. 90).

Dari Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ’anhu berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ
“Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu dengan tangannya, dengan lisannya. Jika tidak mampu dengan lisannya, dengan hatinya; dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ’Imran. 104). *) Yang dimaksud dengan ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. **) Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

”Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ali ’Imran. 114).

”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”. (QS. An Nisaa’. 114).

”(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (QS. Al Hajj. 41).

”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞