بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 28 Oktober 2008

KESENANGAN HIDUP DI DUNIA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sesungguhnya Allah telah menjadikan indah pada pandangan kita, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dimana kesenangan-kesenangan itu ternyata hanyalah sebentar dan tidak kekal, karena kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara. Namun, begitu banyak di antara kita yang terpedaya dengan kesenangan-kesenangan dunia itu sehingga membuat kita lalai dalam memperhatikan urusan akhirat. Padahal, kehidupan akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal.

Demikianlah penjelasan yang ada dalam Al Qur’an: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali ‘Imran. 14). ”Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal”. (QS. Al Mu’min. 39).

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka**. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al An’aam. 32). **) Maksudnya ialah: kesenangan-kesenangan itu hanya sebentar dan tidak kekal, Janganlah orang terpedaya dengan kesenangan-kesenangan dunia, serta lalai dalam memperhatikan urusan akhirat. ”Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A’laa. 17).

Saudaraku…,
Ingatlah bahwa semua yang ada di sisi kita, yaitu harta yang saat ini dalam genggaman kita, jabatan yang saat ini ada di tangan kita, juga orang-orang yang kita cintai (ibu bapak kita, saudara-saudara kita, istri kita, dst.), sesungguhnya semuanya itu pada akhirnya akan lenyap. Ibarat air hujan yang turun dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan yang ada di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan lenyap diterbangkan oleh angin. Begitulah gambaran kehidupan dunia, dimana pada akhirnya semuanya akan lenyap. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

”Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An Nahl. 96). ”Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Kahfi. 45).

Saudaraku…,
Sesungguhnya bermegah-megah serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, adalah seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan warnanya menguning kemudian menjadi hancur. Begitulah, ternyata kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Bahkan, kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Dan jika kita mengetahui, sesungguhnya kehidupan di negeri akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan.

”Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu”. (QS. Muhammad. 36). ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS. Al ’Ankabuut. 64).

”Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS. Al Hadiid. 20).

Saudaraku…,
Hal-hal apa saja yang berhubungan dengan duniawi, seperti: pangkat, kekayaan, keturunan, dsb., maka itu semua adalah keni`matan hidup duniawi dan perhiasannya. Demikian juga halnya dengan perhiasan-perhiasan. Maka semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia. Sedangkan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Mengapa kita tidak memahaminya?

”Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Az Zukhruf. 35).

”Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah keni`matan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal”. (QS. Asy Syuura. 36).

”Dan apa saja** yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah keni`matan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al Qashash. 60). **) Maksudnya ialah: hal-hal yang berhubungan dengan duniawi, seperti pangkat, kekayaan, keturunan, dsb.

Saudaraku…,
Begitu banyak diantara kita yang bergembira dengan kehidupan di dunia ini, padahal kehidupan dunia ini jika dibanding dengan kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan yang amat sedikit. ”Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)”. (QS. Ar Ra’d. 26).

“Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya keni`matan hidup duniawi**; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?” (QS. Al Qashash. 61). **) Maksudnya ialah: orang yang diberi kenikmatan hidup duniawi, tetapi tidak dipergunakannya untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, karena itu dia di akhirat diseret ke dalam neraka. Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Demikianlah, ternyata kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Oleh karena itu, hendaknya hanya dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya kita bergembira, karena kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang kita kumpulkan.

”Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Az Zukhruf. 32).

”Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (QS. Yunus. 58).

Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS. Ali ‘Imran. 185).

 
Sedangkan dalam sebuah hadits, diperoleh keterangan sebagai berikut: Abu Hurairah r.a. menukilkan sabda Rasulullah SAW:
حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ. (رواه البخارى)
“Neraka diliputi oleh berbagai kesenangan dunia, sementara surga diliputi oleh berbagai hal yang tidak menyenangkan di dunia.” (HR. Bukhari).

Semoga bermanfaat.

Senin, 27 Oktober 2008

LANGIT NAN INDAH

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tidakkah kita perhatikan betapa indah dan menakjubkannya langit dengan gugusan bintang-bintang di dalamnya? Betapa jika kita perhatikan secara berulang-ulang, gugusan bintang-bintang tersebut termasuk planet-planet beserta bulan/satelit yang mengikutinya, juga benda-benda langit lainnya, ternyata benar-benar teratur dan seimbang? Dimana masing-masing beredar menurut garis edarnya?

Yaa Allah!
Sesungguhnya Engkaulah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya ilmu-Mu benar-benar meliputi segala sesuatu. Sesungguhnya Engkaulah Allah Yang Memelihara semuanya ini dengan sebaik-baiknya.

”Demi langit yang mempunyai jalan-jalan**”, (QS. Adz Dzaariyaat. 7). **) Yang dimaksud dengan jalan-jalan ialah garis edar bintang-bintang dan planet-planet. “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).

“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang”, (QS. Al Buruuj. 1). “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang”, (QS. Ash Shaaffaat. 6).“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al Mulk. 3).

“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (QS. Fushshilat. 12).

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (QS. Al Israa’. 44).

Saudaraku…,
“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan-(mu) dengan Tuhanmu”. (QS. Ar Ra’d. 2).

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiyaa’. 30).

Saudaraku…,
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia”. (QS. Al Hajj. 65).

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang-biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”. (QS. Luqman. 10).

Saudaraku…,
Oleh karena itu, sudah seharusnya jika kita senantiasa mengingat Allah sambil terus memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi yang begitu indah dan menakjubkan, dan tiadalah Allah menciptakan semuanya ini dengan sia-sia. “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali ‘Imran. 191).

Semoga bermanfaat.

Rabu, 08 Oktober 2008

ASAL TERCIPTANYA MANUSIA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah". (QS. Shaad. 71).

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud**”. (QS. Al Hijr. 28 – 29 ).
**) Yang dimaksud dengan bersujud di sini bukanlah menyembah, melainkan sebagai penghormatan.

“Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr. 26).

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”. (QS. Al Mu’minuun. 12).

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”. (QS. Ar Ruum. 20).

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah. 7).

“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”, (QS. Ar Rahmaan. 14).

Saudaraku…,
Dalam Al Qur’an surat Al Kahfi diperoleh keterangan sebagai berikut: “Kawannya (yang mu'min) berkata kepadanya, sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (QS. Al Kahfi. 37).

Sedangkan dalam Al Qur’an surat Faathir diperoleh keterangan sebagai berikut: “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”. (QS. Faathir. 11).

Saudaraku…,
“Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)”. (QS. Al An’aam. 2).

“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain”. (QS. Thaahaa. 55).

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”. (QS. Al Hajj. 5).

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami-(nya)”. (QS. Al Mu’min. 67).

Saudaraku…,
Setelah kita membaca uraian di atas, masih pantaskah bagi kita untuk menyombongkan diri? Bukankah kita pada awalnya hanya tercipta dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam, kemudian dari setetes air mani?

Saudaraku…,
Sesungguhnya, negeri akhirat itu dijadikan Allah untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi ini. Dan kesudahan yang baik itu hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa. Sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Qashash berikut ini: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik)** itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Qashash. 83). **) Yang dimaksud dengan kesudahan yang baik tersebut adalah: syurga.

Semoga bermanfaat.

Senin, 06 Oktober 2008

RENUNGAN MALAM!

Assalamu’alaikum wr. wb.

Hari ini, Senin 06 Oktober 2008.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa!
Yang aku bisa hanyalah:
Memohon pertolongan dan ampunan dari-Mu, Yaa... Allah!!!

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”. (QS. Ar Ruum. 54).

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).

"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. (QS. Al Mu’minuun. 109).

"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS. Al Kahfi. 10).

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Al Baqarah. 201).

Amin…,
Ya rabbal 'alamin...!

Semoga bermanfaat.

Minggu, 05 Oktober 2008

SINGKATNYA UMUR DUNIA (II)

REUNI (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Jika kita mengingat-ingat lagi masa-masa ketika kita belajar selama 6 tahun di SD (Sekolah Dasar) dahulu, nampaklah bahwa seakan-akan kita tidak pernah menjalaninya, kecuali hanya sesaat saja. Karena terasa demikian singkatnya, sehingga rasanya kita seakan-akan dapat menceritakan berbagai kejadian yang kita alami saat itu dalam waktu beberapa jam saja. Karena terasa demikian singkatnya, seakan-akan masa selama 6 tahun di SD tersebut hanya serasa mimpi saja, dan tiba-tiba sudah sekitar 25 tahun kita tinggalkan.

Demikian juga jika kita mengingat-ingat lagi masa-masa ketika kita belajar selama 3 tahun di SMP dahulu. Karena terasa demikian singkatnya, sehingga sepertinya tidak banyak yang dapat kita ceritakan. Kecuali hanya beberapa kejadian penting saja, dan tiba-tiba kini sudah sekitar 22 tahun kita tinggalkan. Hal yang sama juga terjadi ketika kita belajar selama 3 tahun di SMA dahulu. Demikian singkatnya masa-masa indah itu berlalu, tiba-tiba kini sudah hampir 20 tahun kita tinggalkan.

Saudaraku…,
Lalu, bagaimanakah keadaan kita, saat kita sudah meninggalkan alam dunia ini? Bagaimanakah keadaan kita, ketika kita sudah berada di alam akhirat, dimana kita akan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya? (Baca surat Al Maa-idah ayat 119).

Pastilah, bahwa di hari itu kita akan merasa seakan-akan kita tidak pernah berdiam di dunia ini, melainkan hanya sesaat saja. Demikianlah keterangan yang dapat kita peroleh dalam Al Qur’an surat Yunus dan surat An Naazi’aat berikut ini: “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”. (QS. Yunus. 45).

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari*.” (QS. An Naazi’aat. 46). *) Maksudnya: karena hebatnya suasana hari berbangkit itu, mereka merasa bahwa hidup di dunia ini adalah sebentar saja. “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A’laa. 17).

Saudaraku…,
Demikian singkatnya kehidupan di dunia ini, sehingga sudah seharusnya bagi kita untuk tidak hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja. Hal ini sesuai dengan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Mu’minuun berikut ini: “Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?". Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui**". (QS. Al Mu’minuun. 112-114). **) Maksudnya ialah: mereka hendaknya harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja. Sebab itu, mereka seharusnya janganlah hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja.

Terlebih lagi, jika kita membaca surat Al Mu’min ayat 39. Di dalamnya diperoleh keterangan, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Hal ini semakin menambah pengetahuan kita, bahwa ternyata hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja. Oleh karena itu, kita seharusnya jangan hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja. “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal”. (QS. Al Mu’min. 39).

Saudaraku…,
Jika sudah demikian: “… Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”. (QS. At Taubah. 38).

Saudaraku…,
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir”. (QS. Yunus. 24).

“Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya keni`matan hidup duniawi***; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?” (QS. Al Qashash. 61). ***) Maksudnya ialah: orang yang diberi kenikmatan hidup duniawi, tetapi tidak dipergunakannya untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, karena itu dia di akhirat diseret ke dalam neraka. Na’udzubillahi mindzalika!

Semoga bermanfaat!

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}

SINGKATNYA UMUR DUNIA (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Berikut ini aku sampaikan tulisanku tentang acara reuni teman-temanku SMAN 1 Blitar '89 yang diselenggarakan di Hotel Patria Blitar pada hari Jum’at tanggal 3 Syawal 1429 H. Mungkin juga bermanfaat untuk saudaraku.

-----

REUNI (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Alhamdulillah, acara reuni di Hotel Patria kemarin (dapat dikatakan) telah berjalan dengan sukses. Atas terselenggaranya acara reuni kemarin, ‘ku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman panitia yang terdiri dari: Agus Rianto (Penasehat), Hendra Setiyawan (Ketua Panitia), Ariyanto (Wakil Ketua), Nanik Wariyanti (Bendahara) serta Irfan Budi Susetyo (Sekretaris). Juga ‘ku ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah menghadiri acara “rapat persiapan reuni” pada hari Minggu 21 September di rumah Hendra Setiyawan, antara lain: Agus R, Hendra + Neny, Hendra Gondeh + Iin, Ariyanto, Nanik, Irfan, Budi Sur, dan Munajat.

Ucapan terima kasih juga ‘ku sampaikan kepada teman-teman semuanya yang telah menghadiri acara reuni di Hotel Patria kemarin. Semoga acara tahunan ini dapat terus terselenggara sehingga dapat semakin mempererat tali silaturrahim di antara kita. Terutama jika mengingat, bahwa begitu banyak hikmah dari silaturrahim sebagaimana telah ‘ku sampaikan pada tulisan terdahulu (baca kembali: “HIKMAH SILATURRAHIM” atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/hikmah-silaturrahim.html). Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil hikmahnya dan terhindar dari bujuk rayu syaitan, sebagaimana yang telah ‘ku uraikan pada tulisan terdahulu (baca kembali: “BAHAYA SILATURRAHIM” atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/03/bahaya-silaturrahim.html). Amin!

Kepada teman-teman yang lain yang belum sempat menghadiri acara reuni kemarin, semoga dapat hadir pada acara ”REUNI AKBAR” yang insya Allah akan dilaksanakan pada Lebaran tahun depan.

UNTUK DIRENUNGKAN...!

Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa acara reuni kemarin tak ubahnya seperti gambaran kehidupan yang kita lalui? Pada saatnya nanti, kita akan merasakan bahwa seakan-akan kita tidak pernah berdiam di dunia ini, melainkan hanya sesaat saja di sore hari seperti pada acara reuni kemarin. Begitu banyak di antara kita yang sudah lama tidak bertemu muka sehingga masing-masing sudah banyak yang lupa. Kemudian diantara kita saling berkenalan, untuk kemudian berpisah kembali.

Saudaraku…,
Rasanya pertemuan kemarin begitu singkat. Dan sesingkat itu pulalah kiranya kehidupan dunia ini, yang akan kita rasakan nantinya. “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”. (QS. Yunus. 45).

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari**.” (QS. An Naazi’aat. 46). **) Maksudnya: karena hebatnya suasana hari berbangkit itu, mereka merasa bahwa hidup di dunia ini adalah sebentar saja. “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A’laa. 17).

Saudaraku…,
Sekali lagi, mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari acara reuni kemarin dan terhindar dari bujuk rayu syaitan. Amin!


Dari Anas r.a., Rasulullah SAW. telah bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan rahimnya (hendaklah ia senantiasa menjaga hubungan silaturrahim).” (Muttafaqun ‘alaih).

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisaa’. 1).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}

Sabtu, 04 Oktober 2008

KEKAYAAN = KEMULYAAN?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tanpa kita sadari, (mungkin) ada kecenderungan diantara kita untuk memamerkan serta membanggakan harta kita, memamerkan serta membanggakan kesuksesan karir kita, memamerkan serta membanggakan …, dst. karena (mungkin) kita menyangka bahwa kekayaan itu adalah suatu kemulyaan, kesuksesan dalam berkarir itu adalah suatu kehormatan, dst.

Sebaliknya, tanpa kita sadari (mungkin) juga ada kecenderungan diantara kita untuk menyembunyikan kemiskinan kita, menyembunyikan kegagalan karir kita, dst. Karena (mungkin) kita menyangka bahwa kemiskinan itu adalah suatu kehinaan, kegagalan dalam berkarir itu adalah suatu aib yang harus ditutup-tutupi, dst.

Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena menurut pandangan Allah, kekayaan dan kemiskinan itu adalah sama saja, kesuksesan serta kegagalan dalam berkarir itu juga sama saja, yaitu sama-sama dijadikan sebagai sarana untuk menguji kita, apakah kita dapat menjalaninya dengan baik atau malah sebaliknya.

”Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku**". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku**". (QS. Al Fajr. 15-16). **) Maksudnya ialah: Allah menyalahkan orang yang menyatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemulyaan dan kemiskinan itu adalah suatu kehinaan seperti keterangan pada ayat 15 dan 16 tersebut. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan itu adalah ujian.

Sedangkan dalam surat Az Zumar, Allah juga menyalahkan orang yang menyatakan bahwa ni’mat/kekayaan yang ada padanya itu semata-mata karena kepintarannya. Yang benar adalah bahwa semuanya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan diantara kita tidak mengetahui. ”Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni`mat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi ni`mat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui”. (QS. Az Zumar. 49).

”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).

Semoga bermanfaat.

Jumat, 03 Oktober 2008

KITA TIDAK MUNGKIN TERHINDAR DARI PROBLEMATIKA KEHIDUPAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Semua diantara kita, tentunya tidak ada satupun yang mampu menghindar dari masalah selama kita masih menjalani kehidupan di dunia ini. Bahkan, seringkali yang terjadi justru sebaliknya, dimana tantangan hidup dari hari ke hari malah terasa kian kompleks.

Kita tidak perlu heran dengan kondisi tersebut, karena pada hakekatnya kehidupan di dunia ini memang sebagai sarana untuk menguji kita, apakah kita dapat menjalaninya dengan baik atau malah sebaliknya. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat ke-2 (surat Al Baqarah) ayat 214 serta surat Al ‘Ankabuut ayat 2 berikut ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (QS. 2. 214). ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al ‘Ankabuut. 2).

Sedangkan dalam sebuah hadits, diperoleh penjelasan sebagai berikut: Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al Bukhari(.

Saudaraku…,
Mungkin diantara kita ada yang menyangka bahwa yang dimaksud dengan cobaan/ujian itu adalah kesulitan hidup karena tiadanya harta, kesusahan karena kehilangan barang berharga, kegagalan dalam berkarier, kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang-orang tercinta (orang tua, suami/istri, saudara kandung, dsb.) untuk selama-lamanya, ketakutan dalam menghadapi hari tua, ketakutan akan tiadanya makanan hingga kelaparan datang menghampiri, dst.

Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Memang, dalam Al Qur’an surat Al Baqarah diperoleh keterangan sebagai berikut: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan..., (QS. Al Baqarah. 155).

Namun, jika kita juga membaca keterangan dalam surat Al Kahfi serta surat Al Anfaal yang menyatakan bahwa: ”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS. Al Kahfi. 7). ”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. Al Anfaal. 28).

Dari dua ayat terakhir tersebut, nampaklah bahwa cobaan/ujian itu juga dapat berupa perhiasan dunia yang bisa berupa kekayaan, kekuasaan, jabatan, kemegahan, banyaknya anak, dll. Dan hanya orang-orang yang sabarlah yang pada akhirnya nanti akan mendapatkan kabar gembira dari Sang Maha Pencipta, yaitu dengan memberikan surga untuknya. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, (QS. Al Baqarah. 155).

Demikian juga halnya dengan orang-orang yang dalam hidupnya hanya mengharap keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Seperti halnya dengan orang-orang yang sabar**, mereka juga akan mendapatkan kesenangan/kebahagiaan hakiki di negeri akhirat, karena Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 29: ”Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar”. (QS. Al Ahzab. 29).

Saudaraku…,
Semoga kita semuanya dapat termasuk golongan orang-orang yang sabar, yaitu apabila kita diberi limpahan harta (juga kedudukan, kekuasaan, anak-anak, dst), maka kita akan tetap sabar untuk tidak menggunakannya sebagai sarana untuk menyombongkan diri, mambanggakan diri, dst. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. Karena jika kita sampai sombong dan membanggakan diri, maka limpahan harta tersebut justru dapat melalaikan kita dari mengingat Allah sehingga dapat menyebabkan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi. Na’udzubillahi mindzalika! “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. 4. 36). ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. (QS. 63. 9).

Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa semua yang telah diberikan-Nya kepada kita tersebut (limpahan harta, kedudukan, kekuasaan, anak-anak, dst.), semuanya itu adalah amanah dari-Nya yang pada saatnya nanti akan dimintai pertanggung jawaban. ”Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Al Qiyaamah. 36).

Juga termasuk golongan orang-orang yang sabar, yaitu apabila diberi kesulitan hidup karena tiadanya harta (kesusahan karena kehilangan barang berharga, kegagalan dalam berkarier, kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang-orang tercinta, baik orang tua, suami/istri, saudara kandung, dsb.), maka kita akan tetap sabar untuk menghadapinya sehingga hal itu semua tidak sampai membuat kita semakin frustasi, bahkan menjadikan kita berburuk sangka kepada-Nya, seolah-olah Dia tidak berbuat adil kepada kita. Na’udzubillahi mindzalika! Ingatlah wahai saudaraku, bahwa dalam salah satu hadits qudsi, Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.

Rasulullah SAW. bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya setiap perkaranya merupakan kebaikan baginya, dan ini tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mukmin: apabila memperoleh kelapangan, dia bersyukur, maka ini kebaikan baginya, dan apabila ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka ini pun kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).

Semoga bermanfaat.

KISAH DUA ORANG SAHABAT

Assalamu’alaikum wr. wb.

Mas Nafil dan Mas Fulan adalah dua orang alumnus sebuah SMA di Blitar. Meski rumah keduanya tidak berdekatan dan baru saling mengenal pada saat keduanya sama-sama menempuh pendidikan di SMA, namun persahabatan antara keduanya tetap dapat terjalin dengan indahnya. Rasanya, dimana ada Mas Nafil disitu pula ada Mas Fulan.

Hingga pada suatu saat, Mas Fulan menderita sakit nyeri di tulang leher, sehingga harus terbaring di sebuah rumah sakit selama beberapa hari. Mendengar berita itu, maka Mas Nafil segera menjenguknya di rumah sakit. Kepada Mas Fulan, Mas Nafil mangatakan:

Saudaraku...,
Aku berdo'a, semoga saudaraku lekas diberi kesembuhan dari sakit nyeri di tulang leher.

Semoga saudaraku diberi kesabaran dalam menerima cobaan ini. Karena Allah akan memberikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu dengan memberikan surga untuknya. "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, (QS. Al Baqarah. 155).

Sedangkan janji Allah itu adalah pasti, sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur'an surat At Taubah berikut ini: "Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah. 111).

Sedangkan dalam beberapa hadits berikut ini, diperoleh keterangan sebagai berikut:
Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al Bukhari(.

Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ. (رواه الترمذى)  
“Sesungguhnya besarnya balasan itu tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai satu kaum, Ia akan menguji mereka. Barang siapa ridha (dengan ujian tersebut), dia akan mendapatkan keridhaan (dari Allah), sedangkan barang siapa yang murka, dia juga akan mendapatkan kemurkaan (dari Allah).” (HR. At-Tirmidzi).

Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حَزَنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. (رواه البخارى و مسلم)
“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu kepayahan, penyakit, kegalauan, kesedihan, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri yang mengenainya, kecuali Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan musibah itu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Semoga bermanfaat.

NB.
Mas Nafil dan Mas Fulan pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞