بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Sabtu, 05 Desember 2009

SALING MENGINGATKAN (I)

Assalamu'alaikum wr wb.

Saudaraku...,
Artikel-artikel yang ada di: http://imronkuswandi.blogspot.com/ semuanya hanyalah dimaksudkan untuk saling mengingatkan diantara kita semua agar selalu waspada sehingga tidak sampai tergelincir oleh tipu daya syaitan laknatullah. Karena sesungguhnya syaitan akan selalu berupaya mendatangi kita dari segala arah, dalam upayanya untuk menyesatkan kita. Dalam Al Qur’an surat Al A’raaf ayat 16-17, diperoleh keterangan bahwa: “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”.

Saudaraku...,
Dengan saling memberi dan mengingatkan, semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103. 2-3).

Sedangkan dalam ayat yang lain, diperoleh keterangan sbb: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,”. (QS. Ali ’Imran. 104 – 105).

Semoga bermanfaat!

NB.
Yang dimaksud dengan ma’ruf* adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan munkar** adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Jumat, 04 Desember 2009

TIDAK TAKUT

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Ketika kita menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan suatu pekerjaan…,
Maka pada saat itu pula, kita telah memandang pekerjaan tersebut lebih besar daripada Kebesaran Allah.

Ketika kita mengejar karier setinggi-tingginya tanpa mengindahkan norma-norma agama…,
Maka pada saat itu pula, kita lebih takut kehilangan kesempatan untuk berkarier daripada takut kepada Allah.

Ketika kita secara membabi buta dalam mengumpulkan harta benda…,
Maka pada saat itu pula, kita telah memandang harta benda tersebut lebih agung daripada Keagungan Allah.

Dan ketika kita menghalalkan berbagai cara untuk mempertahankan suatu jabatan…,
Maka pada saat itu pula (tanpa kita sadari), kita lebih takut kehilangan jabatan tersebut daripada takut kepada Allah.
Demikian seterusnya…!

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam: 44). Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Mengapa kita musti menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan suatu pekerjaan…?
Padahal pekerjaan apapun itu, sama sekali tidak akan mampu menyelamatkan kita dari ancaman siksa-Nya.

Mengapa kita musti mengejar karier setinggi-tingginya tanpa mengindahkan norma-norma agama…?
Padahal karier yang tinggi itu sama sekali tidak akan mampu menolong kita dari murka-Nya.

Mengapa kita begitu mengagungkan harta benda…?
Padahal harta benda itu sama sekali tidak akan mampu memelihara kita dari ancaman adzab-Nya.

Dan mengapa kita musti menghalalkan berbagai cara untuk mempertahankan suatu jabatan…,
Padahal jabatan itu sama sekali tidak akan mampu menghindarkan kita dari siksaan-Nya.

”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).

Saudaraku…,
Bukankah seharusnya kita tidak takut kehilangan pekerjaan…?
Bukankah seharusnya kita tidak takut kehilangan jabatan…?
Bukankah seharusnya kita tidak takut kehilangan harta benda…?
Bukankah seharusnya kita tidak takut kehilangan apapun itu…?

Bukankah seharusnya kita hanya takut kehilangan (rahmat) Allah …?
Bukankah seharusnya kita hanya takut kepada Allah semata…?
Karena sesungguhnya hanya Allah-lah yang mampu menyelamatkan kita dari ancaman siksa-Nya.
Karena sesungguhnya hanya Allah-lah yang mampu menolong kita dari murka-Nya.
Karena sesungguhnya hanya Allah-lah yang mampu memelihara kita dari ancaman adzab-Nya.
Dan karena sesungguhnya hanya Allah-lah yang mampu menghindarkan kita dari siksaan-Nya.

”Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatNya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia”. (QS. Yaa siin. 11).

”(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah*, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan”. (QS. Al Ahzab. 39). *) Maksudnya ialah: para rasul yang menyampaikan syari’at-syari’at Allah kepada manusia.

”dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku** dan yang takut kepada ancaman-Ku". (QS. Ibrahim. 14). **) Menghadap ke hadirat Allah ialah pertemuan dengan Allah SWT. pada hari kiamat untuk dihisab.

”Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga***. (QS. Ar Rahmaan. 46). ***) Yang dimaksud dengan dua surga di sini ialah surga untuk manusia dan surga untuk jin. Ada juga ahli tafsir yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan dua surga ialah surga dunia dan surga akhirat.

”Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al Mulk. 12).

Semoga bermanfaat!

Kamis, 03 Desember 2009

UNTUK APA SAJA UMUR KITA SELAMA INI KITA HABISKAN?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tidak terasa, waktu terus berlalu dan terus berlalu (dan tidak mungkin berhenti/kita hentikan). Padahal, jatah umur kita untuk hidup di dunia ini telah ditetapkan oleh Allah SWT. sebagaimana keterangan dalam surat Faathir berikut ini: ”Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”. (QS. Faathir. 11).

Hal itu menunjukkan bahwa pada saat yang sama, tidak terasa pula jatah umur kita juga akan terus berkurang dan terus berkurang (dan tidak mungkin berhenti/kita hentikan). Hingga tiba-tiba maut semakin dekat di hadapan kita.

Lalu, untuk apa saja umur kita selama ini telah kita habiskan? Apakah telah kita manfaatkan untuk mempersiapkan diri kita dalam menghadapi masa yang telah pasti itu? Yaitu ketika kita harus meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya? Dimana kita harus mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita perbuat selama masa hidup kita di dunia yang teramat singkat ini? Apakah setiap saat kita juga senantiasa mengingat-Nya/berdzikir kepada-Nya? Seolah tidak ada waktu untuk bersantai, apalagi sampai bermaksiat kepada-Nya?

Atau malah sebaliknya? Apakah umur kita hanya kita habiskan untuk urusan-urusan yang hanya bersifat keduniawian semata? Untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara? Untuk mengejar karier setinggi-tingginya tanpa mengindahkan norma-norma agama? Na’udzubillahi mindzalika!

Demikian juga dengan masa muda kita. Apakah selama masa muda, kita telah senantiasa bekerja keras mempersiapkan bekal untuk menghadapi masa depan kita yang sesungguhnya, yaitu untuk menggapai kebahagiaan hakiki di negeri akhirat? Atau malah sebaliknya? Apakah masa muda kita, hanya kita habiskan untuk bersenang-senang saja? Bahkan sampai bermaksiat kepada-Nya? Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW. telah bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أربع : عن عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ به وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At Tirmidzi).

Semoga bermanfaat!

Rabu, 02 Desember 2009

BUNGA-BUNGA DUNIA

Assalamu'alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini?
Apakah mencari harta/kekayaan sebanyak-banyaknya?
Untuk apa?
Sampai kapan?

Atau mengejar jabatan/pangkat setinggi-tingginya?
Untuk apa?
Sampai kapan?

Atau mencari …?
Atau mengejar…?
Untuk apa?
Sampai kapan?

Sementara waktu terus berlalu dan terus berlalu (dan tidak mungkin berhenti/kita hentikan). Hingga tanpa kita sadari, tiba-tiba maut sudah ada di depan mata!

Saudaraku...,
Seringkali tanpa kita sadari, kita telah terjebak pada kondisi di atas...!
Tanpa tahu, apa sebenarnya makna kehidupan ini...!!!

Saudaraku...,
Harta/kekayaan, jabatan/pangkat, wanita (bagi laki-laki, begitupun sebaliknya), dll., semuanya itu hanyalah bunga-bunga dunia yang apabila salah mengelolanya, benar-benar bisa membuat kita terjerumus ke dalam murka Illahi...! Na’udzubillahi mindzalika!

Artikel terkait, silahkan klik di sini:
1. http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/06/apa-yang-sebenarnya-kita-cari-dalam.html

Semoga bermanfaat…!

Selasa, 01 Desember 2009

SEPI

(Senin 2 Nopember 2009 jam 23.10 wib)

Assalamu'alaikum wr. wb.

Malam ini...
Aku benar-benar seorang diri...
Sepi...!
Tiada yang menemani...!

Lama aku merenungi...
Mungkin situasi seperti ini...
Dapat 'kujadikan 'tuk melatih diri...
Karena pada saatnya nanti...
Aku memang harus seorang diri...
Menghadap kepada Illahi Rabbi...
'Tuk mempertanggungjawabkan perbuatan diri...
Selama hidup di dunia ini...!

“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri”. (QS. Maryam. 95).

Artikel terkait, silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/07/sendiri.html

Semoga bermanfaat…!

Kamis, 05 November 2009

SINGKATNYA UMUR DUNIA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Jika kita mengingat-ingat lagi masa-masa ketika kita belajar selama 6 tahun di SD (Sekolah Dasar) dahulu, nampaklah bahwa seakan-akan kita tidak pernah menjalaninya, kecuali hanya sesaat saja. Karena terasa demikian singkatnya, sehingga rasanya kita seakan-akan dapat menceritakan berbagai kejadian yang kita alami saat itu dalam waktu beberapa jam saja. Karena terasa demikian singkatnya, seakan-akan masa selama 6 tahun di SD tersebut hanya serasa mimpi saja, dan tiba-tiba sudah sekitar 26 tahun kita tinggalkan.

Demikian juga jika kita mengingat-ingat lagi masa-masa ketika kita belajar selama 3 tahun di SMP dahulu. Karena terasa demikian singkatnya, sehingga sepertinya tidak banyak yang dapat kita ceritakan. Kecuali hanya beberapa kejadian penting saja, dan tiba-tiba kini sudah sekitar 23 tahun kita tinggalkan. Hal yang sama juga terjadi ketika kita belajar selama 3 tahun di SMA dahulu. Demikian singkatnya masa-masa indah itu berlalu, tiba-tiba kini sudah 20 tahun kita tinggalkan.

Saudaraku…,
Lalu, bagaimanakah keadaan kita, saat kita sudah meninggalkan alam dunia ini? Bagaimanakah keadaan kita, ketika kita sudah berada di alam akhirat, dimana kita akan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya? (Baca surat Al Maa-idah ayat 119).

Pastilah, bahwa di hari itu kita akan merasa seakan-akan kita tidak pernah berdiam di dunia ini, melainkan hanya sesaat saja. Demikianlah keterangan yang dapat kita peroleh dalam Al Qur’an surat Yunus dan surat An Naazi’aat berikut ini: “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”. (QS. Yunus. 45).

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari*.” (QS. An Naazi’aat. 46). *) Maksudnya: karena hebatnya suasana hari berbangkit itu, mereka merasa bahwa hidup di dunia ini adalah sebentar saja. “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A’laa. 17).

Saudaraku…,
Demikian singkatnya kehidupan di dunia ini, sehingga sudah seharusnya bagi kita untuk tidak hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja. Hal ini sesuai dengan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Mu’minuun berikut ini: “Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?". Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung". Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui**". (QS. Al Mu’minuun. 112-114). **) Maksudnya ialah: mereka hendaknya harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja. Sebab itu, mereka seharusnya janganlah hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja.

Terlebih lagi, jika kita membaca surat Al Mu’min ayat 39. Di dalamnya diperoleh keterangan, bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. Hal ini semakin menambah pengetahuan kita, bahwa ternyata hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja. Oleh karena itu, kita seharusnya jangan hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja. “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal”. (QS. Al Mu’min. 39).

Saudaraku…,
Jika sudah demikian: “… Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal keni`matan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”. (QS. At Taubah. 38).

Saudaraku…,
“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir”. (QS. Yunus. 24).

“Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan kepadanya keni`matan hidup duniawi***; kemudian dia pada hari kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?” (QS. Al Qashash. 61). ***) Maksudnya ialah: orang yang diberi kenikmatan hidup duniawi, tetapi tidak dipergunakannya untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, karena itu dia di akhirat diseret ke dalam neraka. Na’udzubillahi mindzalika!

Semoga bermanfaat!

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}

Rabu, 04 November 2009

REUNI AKBAR

Hari ini, Selasa 22 September 2009.

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Alhamdulillah, acara reuni yang telah diselenggarakan di sekolah kita tercinta (SMAN 1 Blitar) sekitar jam 09.00 s/d 14.15 wib. tadi, telah berjalan dengan sukses. Atas terselenggaranya acara reuni tadi siang, ‘ku ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman panitia.

Ucapan terima kasih juga ‘ku sampaikan kepada teman-teman semuanya yang telah menghadiri acara reuni tadi siang. Semoga acara seperti ini dapat terus terselenggara sehingga dapat semakin mempererat tali silaturrahim di antara kita. Terutama jika mengingat, bahwa begitu banyak hikmah dari silaturrahim sebagaimana telah ‘ku sampaikan pada tulisan terdahulu (baca kembali: “HIKMAH SILATURRAHIM” atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/hikmah-silaturrahim.html).

Mudah-mudahan kita semua dapat mengambil hikmahnya dan terhindar dari bujuk rayu syaitan (baca kembali: “BAHAYA SILATURRAHIM” atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/03/bahaya-silaturrahim.html). Amin!



Rasulullah SAW. telah bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung hubungan rahimnya (hendaklah ia senantiasa menjaga hubungan silaturrahim).” (Muttafaqun ‘alaih)

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisaa’. 1).

Kepada teman-teman yang lain yang belum sempat menghadiri acara reuni tadi siang, semoga dapat hadir pada acara reuni berikutnya yang insya Allah akan dilaksanakan sekitar 3 s/d 5 tahun yang akan datang.

UNTUK DIRENUNGKAN...!
Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa acara reuni tadi siang tak ubahnya seperti gambaran kehidupan yang kita lalui? Pada saatnya nanti, kita akan merasakan bahwa seakan-akan kita tidak pernah berdiam di dunia ini, melainkan hanya sesaat saja di siang hari seperti pada acara reuni tadi siang. Begitu banyak di antara kita yang sudah lama tidak bertemu muka sehingga masing-masing sudah banyak yang lupa. Kemudian diantara kita saling berkenalan, untuk kemudian berpisah kembali.

Saudaraku…,
Rasanya pertemuan tadi siang begitu singkat. Dan sesingkat itu pulalah kiranya kehidupan dunia ini, yang akan kita rasakan nantinya. “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk”. (QS. Yunus. 45).

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari**.” (QS. An Naazi’aat. 46). **) Maksudnya: karena hebatnya suasana hari berbangkit itu, mereka merasa bahwa hidup di dunia ini adalah sebentar saja. “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS. Al A’laa. 17).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}

Selasa, 03 November 2009

MENGHADAPI ACARA REUNI (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Bahaya terbesar yang (mungkin) sering terjadi pada saat kita melaksanakan silaturrahim, apalagi jika dikemas dalam suatu acara yang dihadiri banyak orang, khususnya reuni, adalah kecenderungan kita untuk memamerkan / membanggakan kesuksesan kita, memamerkan / membanggakan harta kita, membanggakan karir kita, membanggakan …, membanggakan …, dst. Yang tentunya hal ini bukan saja dapat menghilangkan hikmah silaturrahim yang semula kita harapkan, tetapi justru bisa membawa kita ke dalam jurang kehancuran yang sebenar-benarnya. Na’udzubillahi mindzalika! “Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (QS. Shaad. 82). “Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka” (QS. An Nisaa’. 119).

Oleh karena itu, bagi siapa saja yang saat ini diberi kesempatan untuk meraih kesuksesan dalam berkarier serta memiliki kelebihan harta, mohon jangan terlalu menunjukkan kesuksesan tersebut secara berlebihan dihadapan teman-teman sesama peserta reuni yang lain. Disamping hal ini dapat membawa kepada jurang kesombongan, juga dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman bagi yang lain. Ketahuilah, bahwa: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. 4. 36).

Jika seandainya harus menghadiri acara reuni tersebut dengan menggunakan mobil, maka seharusnya hal itu semua bukan karena ingin memamerkan / membanggakan kesuksesan / harta yang telah diraih, melainkan karena memang sudah merupakan kebutuhan (agar praktis karena rumah yang jauh dan harus mengajak beberapa anggota keluarga).

Sedangkan bagi kita yang kurang sukses dalam berkarier, melihat teman-teman yang datang dengan segala raihan kesuksesan dalam berkarier/hartanya, tentunya kita harus ikut bersyukur dan tetap berbaik sangka. Atau anggap saja mobil yang mereka bawa adalah mobil carteran / mobil sewa yang banyak terdapat di kota-kota besar yang untuk sementara waktu mereka bawa mudik. Dengan demikian, insya Allah tidak akan timbul perasaan iri / dengki dalam hati kita.

Namun, jika ternyata mobil-mobil itu memang buah dari kesuksesan mereka, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kebersamaannya dengan mereka hanyalah sebentar saja. Yah….., kalau bukan mobil/harta itu yang meninggalkan mereka, maka mereka-lah yang akan meninggalkannya. Karena sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. 6. 32).

Saudaraku...,
Jika cara berpikir kita seperti ini, maka insya Allah kita semua akan dapat memetik hikmah dari silaturrahim tersebut (dari acara reuni tersebut) dan dapat terhindar dari segala bahaya yang mungkin menyertainya.

Semoga bermanfaat!

NB.
Baca kembali: “HIKMAH SILATURRAHIM” serta “BAHAYA SILATURRAHIM” atau klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/hikmah-silaturrahim.html dan di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/03/bahaya-silaturrahim.html

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}

Senin, 02 November 2009

MENGHADAPI ACARA REUNI (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Semoga tulisan berikut ini bermanfaat bagi kita semua dalam rangka menghadapi acara reuni yang akan datang. Semoga kita semua dapat memetik hikmah dari acara reuni tersebut dan dapat terhindar dari perangkap syaitan laknatullah. Karena, mereka (syaitan laknatullah) benar-benar akan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk menghancurkan / menjerumuskan kita sedemikian rupa sehingga kita semakin jauh dari Allah. Bahkan berada dalam ancaman murka-Nya. Na’udzubillahi mindzalika!

“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (QS. Shaad. 82). “Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka” (QS. An Nisaa’. 119).

-----

KETIKA DO’A-DO’A KITA DIKABULKAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mungkin, cukup banyak diantara kita yang merasa bahwa tingkat keimanan kita benar-benar berada pada puncaknya ketika do’a-do’a kita telah dikabulkan oleh Allah SWT.

Padahal, ketika do’a-do’a kita dikabulkan Allah (terutama yang bersifat duniawi), hal ini belum tentu berdampak positif buat kita. Contoh nyata: ketika keinginan Tsa’labah untuk menjadi kaya dikabulkan, ternyata kekayaan itu justru telah menjerumuskannya ke dalam murka Illahi.

Hal ini berbeda dengan do’a yang berkaitan dengan ukhrowi. Misal: seseorang berdo’a ingin mati syahid. Jika do’anya dikabulkan Allah, maka pasti akan berdampak positif.

"Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin*, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya“. (QS. An Nisaa’. 69). *) Yang dimaksud dengan para shiddiiqiin ialah orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasulullah, dan inilah orang-orang yang dianugerahi ni`mat sebagaimana yang tersebut dalam Al Qur’an surat Al Faatihah ayat 7.

Demikian juga ketika seseorang berdo’a ingin menjadi orang yang sholeh/sholihah. “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh**, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya“. (QS. Al Baqarah. 82). **) Yang dimaksud dengan amal saleh adalah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh Agama Islam, baik yang berhubungan dengan ibadah atau tidak.

Hal yang sama juga terjadi ketika seseorang berdo’a ingin dimasukkan ke dalam golongan kanan. ”Yaitu golongan kanan***. Alangkah mulianya golongan kanan itu”. (QS. Al Waaqi’ah. 8). ***) Yang dimaksud dengan golongan kanan adalah orang-orang yang menerima buku-buku catatan amal mereka dengan tangan kanan.

”Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu”. (QS. Al Waaqi’ah. 27). “maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan”. (QS. Al Waaqi’ah. 91). “Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”. (QS. Al Balad. 18).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}

Minggu, 01 November 2009

MAKNA SEBUAH JABATAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mas Fulan adalah seorang pemuda alumnus sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka di sebuah kota di Propinsi Jawa Tengah yang saat ini telah menjadi staf pengajar/dosen di kampus yang sama. Sebagai seorang dosen, hari-hari dia lalui dengan kegiatan-kegiatan mengajar, membimbing praktikum, membimbing serta menguji tugas akhir/skripsi, mengikuti seminar, dll.

Setelah berjalan beberapa tahun, karier Mas Fulan-pun semakin menanjak. Dimulai saat tahun ketiga menjadi dosen, Mas Fulan mulai dipercaya untuk menduduki jabatan Ketua Jurusan. Selanjutnya pada tahun keempat, Mas Fulan telah dipercaya untuk menduduki jabatan Pembantu Dekan III (Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan). Tidak lama setelah itu, Mas Fulan juga telah dipercaya untuk menduduki jabatan Pembantu Dekan I (Bidang Akademik, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat). Dan pada puncaknya – ketika memasuki tahun kedelapan – Mas Fulan-pun telah terpilih sebagai Dekan termuda di kampus tempat Mas Fulan bekerja.

Tentu saja, karier Mas Fulan yang terbilang cemerlang tersebut tidak diperoleh begitu saja. Dengan kerja ekstra keras dan penuh semangat – dan tentu saja juga menyita banyak waktu – akhirnya semuanya telah dapat berjalan dengan lancar.

Terlebih lagi saat Mas Fulan ikut berkompetisi dalam pemilihan dekan beberapa waktu yang lalu. Menghadapi persaingan yang begitu ketat, hal ini telah memaksa Mas Fulan untuk bekerja ekstra keras. Begitu banyak waktu yang tersita, hingga membuat aktivitas dakwahnya menjadi terabaikan. Yah..., benar-benar proses yang sangat melelahkan.

Kepada Mas Nafil – salah seorang sahabatnya – Mas Fulan telah menceriterakan “kesuksesannya” dalam pemilihan dekan beberapa waktu yang lalu. Mendengar hal itu, Mas Nafil-pun menyampaikan nasehatnya kepada Mas Fulan:

“Wuaduh, yah.... semuanya itu tergantung dari cara pandangmu juga nich. Kalau jabatan itu menurutmu adalah ladangmu, maka kerja keras telah menunggumu dengan berbagai resiko yang mungkin juga akan melibatkan banyak orang di sekitarmu. Baik dan buruknya akan tertanggung bersama. Tetapi belum pasti akan terlihat begitu. Inilah amanat yang berat sebagai pejabat. Itu tuh, seperti yang pernah kau ceritakan sebelumnya tentang besarnya ombak dan gelombang pasang yang harus dihadapi. Belum lagi arus air dan angin yang mungkin juga kadang searah dan kadang berlawanan dengan arah perjalanan. Yah, untuk pandangan yang ini saya hanya bisa mendoakan "Semoga selamat di perjalanan dan sampai ke tujuan".

Lain halnya bila jabatan itu kau pandang sebagai fitnah, maka bersabarlah. Allah akan senantiasa bersama-sama dengan hamba-Nya yang sabar bukan? Maka Dia akan menjadi penolongmu. Insya Allah. ”Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al Anfaal. 46).

”Yang jangan sampai terjadi padamu adalah memandang jabatan ini sebagai prestasi atau kebanggaan. Karena dia akan menjauhkanmu dari pertolongan-Nya. Pandanganmu akan terbatasi oleh gemerlapnya fasilitas dunia yang menyibukkan dan melenakan. Dan pada akhirnya memabukkanmu kepada kecintaan yang semu dan membinasakan”.

Tak lupa, Mas Nafil juga berdo’a: ”Semoga selamat, tetaplah berpegang pada tali-Nya yang tak mungkin putus kecuali kau sendiri melepaskannya”.

”Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (QS. Luqman. 22).

Mendengar nasehat serta do’a dari Mas Nafil tersebut, Mas Fulan-pun menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Mas Nafil, yang telah mengingatkannya akan makna sebuah jabatan. Hampir-hampir saja Mas Fulan tergelincir, karena telah memandang jabatan tersebut sebagai sebuah prestasi serta kebanggaan. Kepada sahabatnya tersebut, Mas Fulan mengatakan:

“Saudaraku yang baik...,
Beribu ucapan terimakasih ’kusampaikan kepada saudaraku, atas nasehat yang telah diberikan. Semoga Allah membalas jasa baik saudaraku”.

“Saudaraku...,
Aku melihat, bahwa ketiga jenis pandangan tentang suatu jabatan yang saudaraku sampaikan itu adalah benar adanya”.

“Untuk pandangan pertama dan kedua, semoga Allah senantiasa membimbingku sehingga aku dapat selamat di perjalanan dan sampai ke tujuan. Semoga Allah juga senantiasa memberikan kemampuan kepadaku untuk senantiasa bersabar terhadap segala fitnah yang mungkin terjadi”.

“Dan yang paling aku khawatirkan, tentunya adalah pandangan ketiga. Semoga Allah tetap membukakan mata hatiku, sehingga pandanganku tidak sampai terbatasi oleh gemerlapnya fasilitas duniawi yang menyibukkan dan melenakan, yang pada akhirnya dapat memabukkanku kepada kecintaan yang semu dan membinasakan”.

”Sebagian upaya yang aku lakukan, antara lain: meskipun aku akan mendapat fasilitas rumah dinas, mobil dinas + sopir beserta biaya operasionalnya, aku tidak akan manfaatkan semuanya kecuali jika benar-benar diperlukan (misal: ketika ada kunjungan kerja dengan sesama dekan dari perguruan tinggi lain). Untuk rumah dinas, bisa digunakan oleh teman-teman dosen yang memerlukan menginap di sana. Sedangkan untuk mobil dinas, biar digunakan untuk operasional fakultas sehingga utilitasnya lebih optimal”.

“Sedangkan untuk hubungan pergaulan dengan sesama dosen/sesama teman lainnya, insya Allah aku akan berupaya untuk tidak berubah. Jika dulu teman, sekarang juga tetap teman (kecuali jika berkaitan dengan masalah pekerjaan). Aku tidak ingin ada sekat yang dapat membuat hubungan pertemanan/persaudaraan ini menjadi renggang. Lebih dari itu, jika aku sudah terbiasa dihormati, aku khawatir hal ini malah menjadi bumerang bagiku yang pada akhirnya dapat memabukkanku kepada kecintaan yang semu dan membinasakan. Semoga aku dapat selamat, dan tetap dapat berpegang teguh pada tali-Nya. Amin...!”

Saudaraku semuanya…,
Semoga kita semua dapat memetik hikmah dari kisah di atas. Sebagai sesama muslim, memang sudah semestinya jika diantara kita saling mengingatkan serta saling memberi nasehat. Dengan saling memberi dan mengingatkan, semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103. 2-3).

Sedangkan dalam ayat yang lain, diperoleh keterangan sbb: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,”. (QS. Ali ’Imran. 104 – 105).


Semoga bermanfaat!

NB.
- Mas Fulan dan Mas Nafil pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas.
- Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bang Eko Pramunanto atas masukannya pada tulisan ini.

Selasa, 06 Oktober 2009

MENYEBARKAN AL QUR’AN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sesungguhnya menyebarkan Al Qur’an itu sama saja dengan menyebarkan Islam, karena pokok-pokok ajaran Islam ada di dalamnya. Jika hal ini kita sampaikan kepada non-muslim, maka kita harus sangat berhati-hati. Karena sekalipun niat kita adalah baik, jika tidak berhati-hati, kita bisa saja terjebak dalam jeratan syaitan. Karena sesungguhnya syaitan akan selalu berupaya mendatangi kita dari segala arah, dalam upayanya untuk menyesatkan kita. Dalam Al Qur’an surat Al A’raaf ayat 16-17, diperoleh keterangan bahwa: “Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”.

Saudaraku…,
Pada tahap awal sebaiknya kita sampaikan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama yang sempurna, dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya. “(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).

Karena Islam adalah agama yang sempurna (dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya), maka kita dapat dengan mudah menjelaskan semua problematika kehidupan ini dengan menunjukkan rujukannya dalam kitab suci Al Qur’an serta Al Hadits. Sedangkan penggunaan logika hanyalah sebagai penjelasan tambahan saja, bukan rujukan utama. Karena pada dasarnya pengetahuan manusia itu sangatlah terbatas. “... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Dengan kata lain, jika seseorang lebih sering menggunakan logikanya sendiri untuk menjelaskan semua problematika kehidupan ini tanpa bisa menunjukkan rujukannya dalam kitab suci dari agama yang dianutnya (karena begitu banyak problematika kehidupan yang tidak diatur / tidak ada tuntunan / tidak ada penjelasan di dalam kitab sucinya), maka sesungguhnya hal ini benar-benar merupakan penjelasan yang sangat lemah, karena pada dasarnya pengetahuan manusia itu sangatlah terbatas. “... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Saudaraku…,
Sebaiknya kita juga sampaikan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Islam itu adalah agama yang sangat toleran terhadap agama lain. “Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS. Al Kaafiruun: 6). Tidak ada paksaan untuk memasuki / memeluk agama Islam, karena sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (QS. Al Baqarah: 256). Dari sini, nampaklah bahwa Islam bukanlah agama yang provokatif, yang secara membabi buta melakukan intervensi kepada pemeluk agama lain dengan berbagai cara agar mereka mau berpindah keyakinan ke dalam agama Islam.

Saudaraku…,
Kita juga mesti berhati-hati, jangan sampai kita menyinggung perasaan mereka, apalagi sampai melakukan penghinaan terhadap sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah. Karena hal ini dapat berdampak buruk. Disamping dapat membuat mereka tidak bersimpati kepada agama Islam, hal ini juga dapat memicu mereka untuk menyerang Islam, bahkan mereka dapat memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al An’aam: 108).

Saudaraku…,
Satu hal yang harus kita ingat, bahwa ternyata mereka juga memandang baik / memandang indah terhadap perbuatan-perbuatan mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan)”. (QS. An Naml. 4). “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”. (QS. Al An’aam: 108). Jadi, akan lebih baik jika kita berupaya untuk menghindari kata-kata yang secara vulgar menjelek-jelekkan perbuatan / peribadatan mereka.

Saudaraku…,
Dengan menyampaikan ayat-ayat yang menggambarkan bahwa Islam itu adalah agama yang sempurna, juga agama yang sangat toleran / menghormati agama lain*, diharapkan mereka dapat tertarik untuk mempelajari Al Qur’an (mempelajari Islam) lebih jauh lagi / lebih mendalam lagi. {* Sikap toleran bukan berarti kita boleh menyokong / ikut dalam peribadatan mereka}.

Saudaraku…,
Ada satu lagi yang ingin aku sampaikan. Dalam upaya menyebarkan Al Qur’an kepada non-muslim, kita tidak harus mentargetkan bahwa kita harus sukses membawa mereka untuk tertarik mempelajari Al Qur’an lebih mendalam hingga akhirnya dapat memeluk agama Islam. Bukankah kewajiban kita hanyalah menyampaikan ayat-ayat Allah? “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).

Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Allah dalam surat Al An’aam ayat 162: “Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162). Jadi, sebaiknya apapun yang kita lakukan, termasuk dalam upaya menyebarkan Al Qur’an kepada non-muslim, kita harus niatkan semuanya ini hanya karena Allah semata.

Saudaraku…,
Jika kita sudah berusaha secara maksimal, maka apapun hasilnya, semuanya itu sudah menjadi urusan Allah. Karena hak Allah-lah untuk memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya dia akan memilih jalan yang lurus (Islam). Demikianlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142: Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”.

Saudaraku…,
Sementara hanya itu yang dapat aku sampaikan. Mohon maaf, jika apa yang aku sampaikan tersebut masih sangat jauh dari kesempurnaan. Sekali lagi, aku mohon maaf atas segala keterbatasanku.

Semoga bermanfaat.

Minggu, 04 Oktober 2009

KETIKA DO’A-DO’A KITA DIKABULKAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mungkin, cukup banyak diantara kita yang merasa bahwa tingkat keimanan kita benar-benar berada pada puncaknya ketika do’a-do’a kita telah dikabulkan oleh Allah SWT.

Padahal, ketika do’a-do’a kita dikabulkan Allah (terutama yang bersifat duniawi), hal ini belum tentu berdampak positif buat kita. Contoh nyata: ketika keinginan Tsa’labah untuk menjadi kaya dikabulkan, ternyata kekayaan itu justru telah menjerumuskannya ke dalam murka Illahi.

Hal ini berbeda dengan do’a yang berkaitan dengan ukhrowi. Misal: seseorang berdo’a ingin mati syahid. Jika do’anya dikabulkan Allah, maka pasti akan berdampak positif.

"Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin*, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya“. (QS. An Nisaa’. 69). *) Yang dimaksud dengan para shiddiiqiin ialah orang-orang yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasulullah, dan inilah orang-orang yang dianugerahi ni`mat sebagaimana yang tersebut dalam Al Qur’an surat Al Faatihah ayat 7.

Demikian juga ketika seseorang berdo’a ingin menjadi orang yang sholeh/sholihah. “Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh**, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya“. (QS. Al Baqarah. 82). **) Yang dimaksud dengan amal saleh adalah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh Agama Islam, baik yang berhubungan dengan ibadah atau tidak.

Hal yang sama juga terjadi ketika seseorang berdo’a ingin dimasukkan ke dalam golongan kanan. ”Yaitu golongan kanan***. Alangkah mulianya golongan kanan itu”. (QS. Al Waaqi’ah. 8). ***) Yang dimaksud dengan golongan kanan adalah orang-orang yang menerima buku-buku catatan amal mereka dengan tangan kanan.

”Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu”. (QS. Al Waaqi’ah. 27). “maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan”. (QS. Al Waaqi’ah. 91). “Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan”. (QS. Al Balad. 18).

Semoga bermanfaat!

Sabtu, 03 Oktober 2009

SABAR KEPADA ORANG TUA (II)

SABAR KEPADA ORANG TUA (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Menghadapi ayah yang sudah cukup sepuh dan mengalami kepikunan, tentunya tetap harus disikapi dengan penuh kesabaran serta jangan sampai mengeluh. Yakinlah (meski sangat berat untuk menjalaninya), bahwa jika bisa menghadapi cobaan ini dengan penuh kesabaran, pasti pada akhirnya nanti akan berbuah kebahagiaan. Bukankah hal ini justru sebagai pertanda bahwa Allah hendak memberikan kebaikan / nikmat / kekuatan / kemudahan / rezeki kepada kita??? Untuk lebih jelasnya, ada baiknya jika saudaraku membaca tulisan yang berjudul “PANTASKAH KITA MENGELUH?”. Jika berkenan, mohon klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/08/pantaskah-kita-mengeluh.html . Semoga bermanfaat...! Mohon maaf, jika kurang berkenan.

Tentang kekawatiran kalau bapak tidak ada temannya kemudian karena kelelahan sampai jatuh maka akan mengakibatkan hal-hal yang tentunya lebih mengkhawatirkan, insya Allah ada solusinya. Ada baiknya jika diupayakan untuk dicarikan seseorang yang diberi tugas khusus untuk menjaga ayah tercinta. Untuk itu, Saudaraku beserta saudara-saudara kandung yang lain bisa iuran, menyisihkan sebagian pendapatan untuk membayar orang tersebut.

Saudaraku…,
Menghadapi kesulitan yang tiada tara ini, ada baiknya jika saudaraku juga membaca tulisan yang berjudul “ADAKAH KESEMPATAN UNTUK TIDAK BERSYUKUR?”. Jika berkenan, mohon klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/09/adakah-kesempatan-untuk-tidak-bersyukur.html . Mohon maaf, jika kurang berkenan…!

Salam ukhuwah! Semoga sukses menggapai ridho Illahi.
Dari saudara seiman: Imron Kuswandi M.

Semoga bermanfaat.

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}

Jumat, 02 Oktober 2009

SABAR KEPADA ORANG TUA (I)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saudaraku…,
Ada satu masalah yang sedang saya alami atau keluarga besar kami barang kali panjenengan dapat memberikan pencerahan hati kepada kami sekeluarga.

Ayah saya yang sudah cukup sepuh saat ini sudah mengalami penyakit ketuaan berupa kepikunan yang kadang kami yang lebih muda ini kadang-kadang kurang sabar menghadapinya. Sebagai contoh beliau seharian penginnya diluar rumah terus menerus walaupun keadaan fisiknya sudah tidak nyaman lagi, sehingga beliau sering mengucapkan rasa kantuknya. Namun apabila beliau diajak ke tempat tidurnya sering tidak mau masuk, baru sampai pintu masuk kamar sudah mengajak keluar dan duduk diluar rumah lagi, ini berulang kali sehingga kadang-kadang fisik beliau sangat payah sekali, tetapi sekali lagi akan terulang seperti itu keluar masuk keluar masuk. Saya yang muda kadang-kadang merasa kasihan kepada beliau. Kekawatiran saya kalau bapak saya tidak ada temannya kemudian karena kelelahan sampai jatuh maka akan mengakibatkan hal-hal yang tentunya lebih mengkhawatirkan.

Bahkan kejadian keluar masuk kamar tidak hanya pada siang hari bahkan bisa hampir sehari semalaman. Untuk mengurangi hal tersebut, maka kalau beliau sudah kelihatan payah kemudian agak kami paksa agar masuk ke kamarnya dan agar beliau bisa istirahat kami kunci kamarnya. Pada awalnya beliau akan teriak-teriak tapi hanya sebentar kemudian akan duduk dikamarnya dan akhirnya tertidur. Sebagai anak saya memang merasa bersalah, tetapi menurut kami ini salah satu jalan yang bisa kami lakukan agar ayah saya istirahat. Demikianlah pikiran-pikiran yang saya alami akhir-akhir ini semenjak ayah saya mengalami sakit kepikunan, kira-kira sejak bulan Januari 2009. Mohon sumbang sarannya agar saya sebagai yang muda bisa menerima kanyataan dan bisa bersabar menghadapi cobaan ini.

Wassalam,
Dari teman sejawat.

-----

SABAR KEPADA ORANG TUA (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Begitu banyak ayat-ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita untuk berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak, dimana perintah tersebut beriringan dengan perintah untuk beribadah/menyembah serta bersyukur hanya kepada-Nya. Hal ini menunjukkan, betapa berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak itu benar-benar menduduki tempat yang sangat tinggi.

Bahkan dalam sebuah kajian, Prof. Quraisy Syihab memberi penjelasan bahwa selain kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad SAW), berbakti kepada kedua orang tua ibu dan bapak itu benar-benar menduduki tempat tertinggi, melebihi semua yang lain.

Saudaraku…,
Tentunya hal ini juga mengisyaratkan kepada kita semua, betapa jasa-jasa orang tua kita adalah tidak ternilai. Bahkan karena teramat tingginya jasa-jasa orang tua kita, rasanya tidak mungkin bagi kita untuk bisa membalasnya dengan cara apapun dan sampai kapanpun.
Lalu bagaimanakah jika orang tua kita telah mendzolimi kita, seperti kasus dimana seorang ibu membuang anaknya, seorang bapak menipu anaknya atau kasus lain yang mengakibatkan seorang anak dizalimi oleh kedua orang tuanya? Bagaimana sikap kita terhadap orang tua yang bertindak seperti itu???.

Saudaraku…,
Mungkin dua tulisan berikut ini (yang berjudul “BERBAKTI KEPADA IBU DAN BAPAK. I” dan “BERBAKTI KEPADA IBU DAN BAPAK. II”) dapat menjawab permasalahan tersebut. Jika berkenan, mohon klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/berbakti-kepada-ibu-dan-bapak-i.html . Mohon juga klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/berbakti-kepada-ibu-dan-bapak-ii.html .

Semoga bermanfaat.
{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}

Kamis, 01 Oktober 2009

MENUTUP AURAT

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Pada saat ini telah kita saksikan bersama, betapa banyak diantara mereka yang berlomba-lomba untuk mengumbar auratnya. Mereka berpakaian, tetapi sesungguhnya tidaklah berpakaian (telanjang). Karena tujuan utama berpakaian yang benar adalah untuk menutup segenap aurat, bukan malah sebaliknya. Dan tanpa mereka sadari, hal ini justru telah merendahkan martabat mereka sendiri. Padahal seandainya mereka mau berpakaian yang benar, yaitu dengan menutup segenap auratnya, maka mereka akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah. Mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak akan diganggu.

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya* ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (QS. Al Ahzab. 59). *) Yang dimaksud dengan jilbab adalah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. An Nuur. 31).

“Hai anak Adam**, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi `auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa*** itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (QS. Al A’raaf. 26). **) Maksudnya ialah umat manusia. ***) Maksudnya ialah selalu bertakwa kepada Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan takwa ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak cukup diartikan dengan takut saja.

“Tidak ada dosa atas isteri-isteri Nabi (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan bapak-bapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan, perempuan-perempuan yang beriman dan hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu (hai isteri-isteri Nabi) kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al Ahzab. 55).

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian**** mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. An Nuur. 60). ****) Maksudnya ialah pakaian luar yang kalau dibuka tiada menampakkan aurat.


Dari Khalid bin Duraik: Aisyah berkata: “Suatu hari Asma’ binti Abu Bakar menemui Rasulullah dengan mengenakan pakaian yang tipis. Beliau berpaling darinya dan berkata: Wahai Asma’, jika seseorang sudah pernah haid, tidak boleh ada anggotanya yang terlihat kecuali ini dan ini. Beliau sambil menunjuk wajah dan kedua telapak tangan”. (HR. Abu Daud).

Semoga bermanfaat!

Sabtu, 05 September 2009

AL QUR’AN BENAR-BENAR DARI ALLAH SWT (V)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dari dua tulisan sebelumnya yang berjudul ”KEBENARAN AL QUR’AN (I)” dan ”KEBENARAN AL QUR’AN (II)” (Bisa klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-i.html http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-ii.html), dapat kita ambil kesimpulan, bahwa Al Qur’an itu benar-benar datang dari Allah SWT. Oleh karena itu, janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Karena jika sekiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah kita akan mendapati adanya pertentangan yang banyak di dalamnya.

Saudaraku…,
Meskipun bukti-bukti kebenaran Al Qur’an itu begitu nyata, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman kepadanya. “Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Qur'an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya)”. (QS. Ar Ra’d. 1).

Saudaraku…,
Melihat penjelasan ayat tersebut (QS. Ar Ra’d. 1), hampir-hampir aku menangis. Menangis karena terharu. Ya... Allah, betapa bersyukurnya aku! Karena Engkau telah memberi hidayah kepadaku! Yah..., logikaku menyatakan bahwa Al Qur'an adalah satu-satunya Kitab Suci yang benar, dan hatiku juga bisa menerima kebenaran Al Qur'an! Allahu Akbar!!!

Maka...,
Sungguh benar firman Allah berikut ini: Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS. Al Baqarah: 142).

Saudaraku…,
”Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka”. (QS. Az Zumar. 41).”Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu* sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”, (QS. Az Zumar. 55). *) Maksudnya: Al Qur’an.

Semoga bermanfaat!

{Tulisan ke-5 dari 5 tulisan}

Jumat, 04 September 2009

AL QUR’AN BENAR-BENAR DARI ALLAH SWT (IV)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dari dua tulisan sebelumnya yang berjudul ”KEBENARAN AL QUR’AN (I)” dan ”KEBENARAN AL QUR’AN (II)” (Bisa klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-i.html http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-ii.html), dapat kita ambil kesimpulan, bahwa Al Qur’an itu benar-benar datang dari Allah SWT. Oleh karena itu, janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Karena sesungguhnya Al Qur’an itu telah diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi, dengan berkah supaya kita memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil.

”Katakanlah: "Al Qur'an itu diturunkan oleh (Allah) yang mengetahui rahasia di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Furqaan. 6). ”Kitab (Al Qur'an ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Az Zumar. 1).

”Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”. (QS. Shaad. 29).

”Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al ‘Ankabuut. 51). ”Sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil”, (QS. Ath Thaariq. 13).

Saudaraku…,
Barangsiapa yang dianugrahi kefahaman yang mendalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah, maka sesungguhnya dia benar-benar telah dianugrahi karunia yang teramat banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.

Demikianlah keterangan yang dapat kita peroleh dalam Al Qur’an: “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).


Sedangkan dalam sebuah hadits, diperoleh keterangan bahwa: Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu meriwayatkan, katanya Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ فِي الدِّيْنِ. (رواه البخارى و مسلم)
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang agamanya (Allah akan memberikan kepadanya pemahaman tentang agama)”. (HR. Bukhari dan Muslim).

-----
 
”Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya”. (QS. Az Zumar. 23).

“Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud”, (QS. Al Israa’. 107).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-4 dari 5 tulisan}

Kamis, 03 September 2009

AL QUR’AN BENAR-BENAR DARI ALLAH SWT (III)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dari dua tulisan sebelumnya yang berjudul ”KEBENARAN AL QUR’AN (I)” dan ”KEBENARAN AL QUR’AN (II)” (Bisa klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-i.html http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-ii.html), dapat kita ambil kesimpulan, bahwa Al Qur’an itu benar-benar datang dari Allah SWT. Oleh karena itu, janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Karena sesungguhnya Allah telah turunkan Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur'an itu telah turun dengan membawa kebenaran. Sesungguhnya kita tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.

“Dan Kami turunkan (Al Qur'an itu dengan sebenar-benarnya dan Al Qur'an itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”. (QS. Al Israa’. 105). ”Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya”. (QS. Al Kahfi. 27).

Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa Al Qur'an itu adalah kitab yang Allah turunkan yang diberkati, maka ikutilah Al Qur'an itu dan bertakwalah agar kita diberi rahmat oleh Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat pasti juga beriman kepada Al Qur'an.

“Dan ini (Al Qur'an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Qur'an), dan mereka selalu memelihara sembahyangnya”. (QS. Al An’aam. 92). “Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat”, (QS. Al An’aam. 155).

Saudaraku…,
Ikutilah apa yang diturunkan Allah kepada kita dan janganlah kita mengikuti pemimpin-pemimpin selain Allah, karena amat sedikitlah kita mengambil pelajaran daripadanya. Ingatlah, bahwa sesungguhnya pelindung kita hanyalah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) dan sesungguhnya Allah melindungi orang-orang yang saleh.

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)”. (QS. Al A’raaf. 3). “Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh”. (QS. Al A’raaf. 196).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-3 dari 5 tulisan}

Rabu, 02 September 2009

AL QUR’AN BENAR-BENAR DARI ALLAH SWT (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dari dua tulisan sebelumnya yang berjudul ”KEBENARAN AL QUR’AN (I)” dan ”KEBENARAN AL QUR’AN (II)” (Bisa klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-i.html; http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-ii.html), dapat kita ambil kesimpulan, bahwa Al Qur’an itu benar-benar datang dari Allah SWT. Oleh karena itu, janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Karena tidak ada seorangpun yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya.

“Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran. 108). ”Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya”. (QS. Al Kahfi. 27).

Saudaraku…,
Sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dan Al Qur'an itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan. Dan Al Qur'an itu juga bukan perkataan syaitan yang terkutuk. Karena sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

”Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam”, (QS. Asy Syu’araa’. 192). ”Dan Al Qur'an itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-syaitan”. (QS. Asy Syu’araa’. 210). ”Dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk”, (QS. At Takwiir. 25). ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al Qur'an dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. An Naml. 6).

”Diturunkan Kitab ini (Al Qur'an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”, (QS. Al Mu’min. 2). ”Diturunkan Kitab ini dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Ahqaaf. 2). ”Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur'an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur”. (QS. Al Insaan. 23).

“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu”. (QS. Al An’aam. 114).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-2 dari 5 tulisan}

Selasa, 01 September 2009

AL QUR’AN BENAR-BENAR DARI ALLAH SWT (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dari dua tulisan sebelumnya yang berjudul ”KEBENARAN AL QUR’AN (I)” dan ”KEBENARAN AL QUR’AN (II)” (Bisa klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-i.html; http://imronkuswandi.blogspot.com/2009/08/kebenaran-al-quran-ii.html), dapat kita ambil kesimpulan, bahwa Al Qur’an itu benar-benar datang dari Allah SWT. Oleh karena itu, janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Karena jika sekiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah kita akan mendapati adanya pertentangan yang banyak di dalamnya.

“(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu”. (QS. Ali ‘Imran. 60).

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS. An Nisaa’. 82).

Saudaraku…,
Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah sebuah kitab yang diturunkan kepada kita, maka janganlah ada kesempitan di dalam dada kita karenanya, supaya kita dapat memberi peringatan kepada orang kafir, dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

Saudaraku…,
Tidaklah mungkin Al Qur'an itu dibuat oleh selain Allah. Jika sekiranya Al Qur’an itu benar-benar bukan dari sisi Allah,tentulah kita akan mendapati adanya pertentangan yang banyak di dalamnya.

Saudaraku…,
Sesungguhnya Al Qur'an itu juga membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan secara terperinci hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya, karena Al Qur'an itu benar-benar diturunkan dari Allah, Tuhan semesta alam”.

“Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al A’raaf. 2).

“Tidaklah mungkin Al Qur'an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Qur'an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya*, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam”. (QS. Yunus. 37). *) Maksudnya: Al Qur’an itu menjelaskan secara terperinci hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al Qur’an itu pula.

Saudaraku…,
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al Israa’. 88).

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya*;” (QS. Al Kahfi. 1). *) Maksudnya ialah: tidak ada tidak ada di dalam Al Qur’an itu ma’na-ma’na yang berlawanan dan tidak ada penyimpangan dari kebenaran.

”Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya”. (QS. Al Kahfi. 27).

Semoga bermanfaat!

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 5 tulisan}

Rabu, 05 Agustus 2009

KEBENARAN AL QUR’AN (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya ayat-ayat Al Qur’an itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin secara turun-temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak akan pernah ada seorangpun yang dapat mengubahnya.

“Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu*. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”. (QS. Al ‘Ankabuut. 49). *) Maksudnya ialah: bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun-temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pada realita-nya kita akan mendapati adanya Al Qur’an yang benar-benar sama, baik bahasanya maupun susunan kata-kata/kalimat-kalimatnya. Bahkan susunan huruf-hurufnya pun juga benar-benar sama. Tidak akan pernah kita jumpai adanya perbedaan (meski hanya satu huruf), dimanapun kita berada dan sampai kapanpun.

Saudaraku…,
Meskipun sudah lebih dari 1.000 tahun Al Qur’an hadir di muka bumi ini, kita semua juga sama-sama dapat menyaksikan betapa Al Qur’an itu ternyata tetap seperti dahulu. Tidak pernah berubah dan tidak akan pernah dapat diubah oleh siapapun dan sampai kapanpun. Hal ini semua menunjukkan bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang benar-benar terjamin kesucian dan kemurniannya untuk selama-lamanya.

Oleh karena itu, janganlah kita ragu-ragu terhadap Al Qur'an. Karena sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar dari Tuhan kita, Allah SWT. Sehingga tidak akan pernah ada seorangpun yang dapat mengubahnya. Juga tidak akan pernah ada seorangpun yang dapat membuat satu ayat-pun yang kualitasnya menyamai ayat-ayat Al Qur’an. Karena sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar dari Allah SWT.

“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai bukti yang nyata (Al Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi** (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Qur'an itu telah ada kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Qur'an. Dan barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Qur'an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Qur'an itu. Sesungguhnya (Al Qur'an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. (QS. Huud. 17). **) Ada yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ”saksi” di sini adalah Jibril. Ada pula yang menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan ”saksi” di sini adalah Al Qur’an itu sendiri karena Al Qur’an itu adalah suatu mukjizat yang tidak dapat dibantah atau dibatalkan.

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah***, jika kamu orang-orang yang benar”. (QS. Al Baqarah. 23). ***) Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan kebenaran Al Qur’an bahwa Al Qur’an itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastra dan bahasa karena Al Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW.
Semoga hal ini dapat semakin menambah keyakinan kita akan kebenaran Kitab Suci Al Qur'an. Amin...!!!

Tidak ada satu-pun kitab suci di dunia ini yang susunan redaksinya benar-benar sama (bahkan hingga susunan maupun jumlah hurufnya) untuk semua edisi di seluruh dunia dan di sepanjang masa. Kecuali hanya Al Qur'an.

Subhanallah...
Maha Suci Engkau, Ya Allah...!!!

Ya... Allah,
Betapa bersyukurnya kami!
Karena Engkau telah memberi hidayah kepada kami!

Yah...,
Logika kami menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar,
Dan hati kami juga bisa menerima kebenaran agama Islam!

Semoga bermanfaat!

{Tulisan ke2 dari 2 tulisan}

Selasa, 04 Agustus 2009

KEBENARAN AL QUR’AN (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Marilah kita perhatikan bersama, betapa hebatnya Al Qur’an. Dimanapun kita berada (di Indonesia, di Malaysia, di Timur Tengah, di Eropa, di Amerika serta di seluruh belahan bumi ini) bisa dipastikan bahwa kita akan mendapati Al Qur’an yang benar-benar sama, baik bahasanya maupun susunan kata-kata/kalimat-kalimatnya. Bahkan susunan huruf-hurufnya pun juga benar-benar sama. Tidak akan pernah kita jumpai adanya perbedaan (meski hanya satu huruf), dimanapun dan sampai kapanpun.

Padahal, Al Qur’an telah diturunkan kepada Rasulullah sekitar 14 abad yang lalu. Sudah lebih dari 1.000 tahun Al Qur’an hadir di muka bumi ini dan kita semua sama-sama menyaksikan betapa Al Qur’an itu ternyata tetap seperti dahulu. Tidak pernah berubah dan tidak akan pernah dapat diubah oleh siapapun dan sampai kapanpun. Hal ini semua merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang benar-benar terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia, untuk selama-lamanya.

Karena sesungguhnya, Allah-lah yang telah menurunkan Al Qur'an dan Allah pula yang memeliharanya. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya*.” (QS. Al Hijr. 9). *) Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur’an untuk selama-lamanya.

Saudaraku…,
Jika sudah demikian, apakah kita masih ragu-ragu dengan kebenaran Al Qur’an? Apakah kita masih ragu-ragu dengan kemurnian Al Qur’an???

Saudaraku…,
“Kitab (Al Qur'an)* ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa**,” (QS. Al Baqarah. 2). *) Allah menamakan Al Qur’an dengan Al Kitab* yang di sini berarti “yang ditulis” sebagai isyarat bahwa Al Qur’an diperintahkan untuk ditulis. **) Sedangkan yang dimaksud dengan takwa ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak cukup diartikan dengan takut saja.

Semoga bermanfaat.

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}

Senin, 03 Agustus 2009

LURUSKAN NIATMU

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sesungguhnya Allah hanya akan mendengarkan permohonan / do’a-do’a kita, jika kita benar-benar berharap hanya kepada-Nya. Dan sesungguhnya Allah juga hanya akan melihat amal-amal kita, jika semua amal-amal tersebut hanya kita ikhlaskan kepada-Nya, jika kita benar-benar memurnikan ketaatan kita kepada-Nya.

“Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati”, (QS. Al Baqarah. 139).

Oleh karena itu; luruskan niatmu, tumpahkanlah perhatianmu, ikhlaskan keta’atanmu hanya kepada Allah semata.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah*. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS. Ar Ruum. 30). *) Fitrah Allah maksudnya: ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.

Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)-mu* di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta`atanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepadaNya)". (QS. Al A’raaf. 29). *) Maksudnya: tumpahkanlah perhatianmu kepada sholat itu dan pusatkanlah perhatianmu semata-mata hanya kepada Allah.

Semoga bermanfaat!

Minggu, 02 Agustus 2009

TIDAK TERASA WAKTU TERUS BERLALU

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tidak terasa, waktu terus berlalu.
Tidak terasa maut semakin dekat menjemput kita.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita,
sehingga kelak kita dapat mengakhiri hidup ini,
dengan husnul khotimah.

Saudaraku... ,
Tanpa kita sadari, ternyata hidup ini teramat singkat. Mungkin tulisanku berikut ini dapat kita jadikan sebagai bahan renungan bersama.

-----

TERNYATA HIDUP INI TERAMAT SINGKAT!

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tanpa kita sadari, sebagian diantara kita mungkin telah memasuki usia sekitar 37 tahun. Jika memang demikian, maka hal ini berarti bahwa tak terasa 37 tahun telah berlalu. Jika kita melihat data tentang rata-rata usia harapan hidup bangsa kita yang hanya berkisar 67 tahun, berarti kita telah melampaui separuh perjalanan. Padahal, masa 37 tahun yang telah kita lalui tersebut, ternyata terasa begitu cepat. Itu artinya masa yang belum kita lalui tentunya akan terasa lebih cepat lagi dibandingkan dengan masa yang telah kita lalui tersebut. Jadi..., nampaklah bahwa hidup ini ternyata teramat singkat. Dan pada akhirnya kita baru menyadari, bahwa ternyata maut itu begitu dekat di depan mata kita!!!

قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلاً لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
”Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui". (QS. Al Mu’minuun. 114).

Saudaraku…,
Lalu bagaimanakah keadaan kita saat ini? Sudahkah kita mempersiapkan diri kita untuk menghadapi masa yang telah pasti itu? Yaitu ketika kita harus meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya? Dimana kita harus mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita perbuat selama masa hidup kita di dunia yang teramat singkat ini?

Atau malah sebaliknya? Apakah kita masih terus saja disibukkan oleh urusan-urusan yang hanya bersifat keduniawian semata? Apakah kita masih menyibukkan diri untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara? Apakah kita masih menyibukkan diri untuk mengejar karier setinggi-tingginya tanpa mengindahkan norma-norma agama? Apakah kita masih ..., apakah kita masih ..., dst. yang kesemuanya itu (tanpa kita sadari) kita lakukan dalam upaya untuk menambah modal kita, agar kita dengan mudah dapat membanggakan diri kita, agar kita dengan mudah dapat menyombongkan diri kita, agar kita dengan mudah dapat ..., agar kita dengan mudah dapat ..., dst.? Na’udzubillahi mindzalika!

-----

Oleh karena itu, alangkah bijaknya jika kita senantiasa mengingat kematian. Demikian pesan Rasulullah Muhammad SAW., pemimpin kita yang teramat kita cintai. Mungkin beberapa tulisanku berikut ini juga dapat kita jadikan sebagai bahan renungan bersama.

-----

Orang Yang Cerdas

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Saat ini, kita masih bisa bersenda gurau, kita masih bisa saling bertegur sapa, kita masih bisa saling berkirim kabar, kita masih bisa saling bertukar cerita. Dan yang pasti, kita masih bisa bersama-sama.

Namun, dibalik itu semua, sadarkah kita, bahwa pada saat yang bersamaan, satu per satu saudara-saudara kita telah dipanggil kembali untuk berpulang menghadap kepada Sang Kholiq, Pemilik seluruh alam semesta ini? Sementara yang lain (termasuk kita), baik disadari atau tidak, sedang menunggu untuk mendapatkan giliran yang sama. Yah…, cepat atau lambat, pada akhirnya kita akan kembali jua kepada-Nya, untuk selama-lamanya.

Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa jika masa itu telah tiba (yaitu masa ketika kita harus meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya, ketika kita telah tutup usia), maka kita akan berjalan seorang diri, segala sesuatunya harus kita urusi sendiri?

Pada saat itu, tidak ada seorangpun yang peduli dengan urusan kita, sekalipun itu adalah orang tua kita, istri/suami kita, anak-anak kita, saudara kita, sahabat kita. Karena masing-masing sudah teramat sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

Pada saat itu, sudah tidak ada kesempatan untuk bersenda gurau lagi, untuk saling bertegur sapa lagi, untuk saling bertukar cerita lagi. Dan yang pasti, kita sudah tidak bersama-sama lagi, seperti saat ini.

Saudaraku…,
Sudahkah kita mempersiapkan diri kita untuk menghadapi masa yang telah pasti itu? Dimana kita harus mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita perbuat selama masa hidup kita di dunia yang teramat singkat ini? Dimana kita harus sendiri? Dimana tidak ada seorangpun yang peduli dengan kita? Sekalipun itu adalah orang tua kita, istri/suami kita, anak-anak kita, saudara kita, sahabat kita?

Atau, apakah kita masih saja terlena? Seolah-olah kita akan hidup untuk selama-lamanya? Seolah-olah maut itu tidak akan pernah menyapa kita? Seolah-olah kita akan terus bersama-sama? Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling sibuk mempersiapkan bekal untuk menghadapinya, dialah orang yang paling cerdas.

Rasulullah SAW. bersabda:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ. (رواه ابن ماجه)
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

-----

MENGINGAT KEMATIAN (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Orang yang selalu mengingat kematian itu tidaklah identik dengan orang yang selalu murung, frustasi dan penuh dengan keputus-asaan karena serasa maut sudah benar-benar di depan mata!

Yang terjadi justru sebaliknya. Kepada siapapun, dimanapun, kapanpun, dia akan selalu berusaha untuk berkarya dan memberikan persembahan terbaik. Karena dia khawatir, jangan-jangan hari ini adalah kesempatan terakhir!

Di sisi lain, dia juga senantiasa bekerja keras mempersiapkan bekal untuk menghadapinya. Seolah tidak ada waktu untuk tidak mengingat-Nya (dzikrullah). Seolah tidak ada waktu untuk bersantai, apalagi sampai bermaksiat kepada-Nya. Karena dia tahu, bahwa maut bisa datang menjemputnya, kapan saja, di mana saja!

Pada saat yang sama, dia juga tidak mudah silau oleh gemerlapnya kehidupan dunia ini. Karena dia tahu, bahwa masa depannya yang sesungguhnya bukanlah di sini, di alam dunia ini. Tetapi nanti, di alam akhirat, dimana dia akan tinggal untuk selamanya di sana!

Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa: “Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling sibuk mempersiapkan bekal untuk menghadapinya, dialah (orang) yang paling cerdas. Dia pergi dengan kemuliaan dunia dan akhirat.” (H. R. Ibnu Majah).

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿٣٢﴾
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS. Al An’aam: 32).

-----

MENGINGAT KEMATIAN (III)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sesungguhnya orang yang sekarang sangat mencintai kehidupan dunia, dimana dia merasa bahwa seolah-olah akan hidup untuk selama-lamanya, seolah-olah maut tidak akan pernah menyapanya, seolah-olah semua perbuatannya tidak akan pernah dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya kelak dikemudian hari, maka nantinya (di alam akhirat) justru malah berharap mati/kematian/kebinasaan. Dia sangat berharap pada kematian/kebinasaan agar terlepas dari siksa yang amat besar yaitu azab di neraka yang amat panas serta berharap dikembalikan lagi ke dunia.

وَإِذَا أُلْقُوا مِنْهَا مَكَاناً ضَيِّقاً مُقَرَّنِينَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُورًا ﴿١٣﴾
“Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan**)”. (QS. Al Furqaan. 13). **) Maksudnya ialah mereka mengharapkan kebinasaan, agar terlepas dari siksa yang amat besar, yaitu azab di neraka yang amat panas dengan dibelenggu, di tempat yang amat sempit pula, sebagai yang dilukiskan itu.

يُرِيدُونَ أَن يَخْرُجُواْ مِنَ النَّارِ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنْهَا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ ﴿٣٧﴾
“Mereka ingin ke luar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat ke luar daripadanya, dan mereka beroleh azab yang kekal”. (QS. Al Maa-idah. 37).

وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧﴾
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka”. (QS. Al Baqarah. 167).

وَلَوْ تَرَىَ إِذْ وُقِفُواْ عَلَى النَّارِ فَقَالُواْ يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلاَ نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٢٧﴾
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan)”. (QS. Al An’aam. 27).

Saudaraku…,
Sedangkan orang yang sekarang senantiasa mengingat kematian, dimana dia bisa merasakan bahwa hidup ini ternyata teramat singkat, dan maut bisa datang menjemputnya setiap saat, sementara semua perbuatannya (selama masa hidupnya di dunia yang teramat singkat ini) akan dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya kelak dikemudian hari, dan dia juga mengetahui bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan, maka nantinya (di alam akhirat) justru berbahagia karena mereka tidak akan pernah berjumpa lagi dengan kematian. Mereka akan kekal di sana.

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿١٨٥﴾
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS. Ali ‘Imran. 185).

وَأُدْخِلَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلاَمٌ ﴿٢٣﴾
”Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah "salaam*" (QS. Ibrahim. 23). *) Artinya sejahtera dari segala bencana.

الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلآئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُواْ الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٣٢﴾
“(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik*) oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum**), masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl. 32). *) Maksudnya ialah wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan; atau dapat juga berarti mereka mati dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk surga. **) Artinya: selamat sejahtera bagimu.

Saudaraku…,
Demikianlah gambaran keadaan kita sekarang (selama masa hidup di dunia yang teramat singkat ini) serta keadaan kita di masa yang akan datang (yaitu di alam akhirat, dimana kita akan hidup selamanya di sana). Jika saat ini kita teramat mencintai dunia dan melupakan kematian, maka nantinya (di alam akhirat) justru akan berharap pada kematian/kebinasaan. Na’udzubillahi mindzalika! Sebaliknya, jika saat ini kita senantiasa mengingat kematian, maka nantinya (di alam akhirat) kita justru teramat berbahagia karena kita tidak akan pernah berjumpa lagi dengan kematian, karena kita akan kekal di sana.

Saudaraku…,
Tentunya, semuanya akan kembali pada diri kita masing-masing, jalan mana yang akan kita pilih.

Ya, Tuhan kami...,

اهدِنَــــا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
”Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al Faatihah. 6 – 7).

Semoga bermanfaat!


Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞