بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Minggu, 05 April 2009

HANYA KEPADA-MU AKU BERHARAP (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mas Fulan adalah seorang pemuda alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka di Surabaya. Dengan berbekal ijazah dari ITS, akhirnya Mas Fulan dapat diterima sebagai staf/karyawan di sebuah perusahaan multinasional di kota yang sama. Dengan gaji tetap per bulan, dia sudah merasa sangat bahagia dan menikmati pekerjaannya tersebut.

Setelah berjalan beberapa tahun, karier Mas Fulan semakin menanjak. Dengan penghasilan yang semakin meningkat dan usia yang semakin matang, Mas Fulan memandang bahwa kini sudah saatnya untuk mengakhiri masa lajangnya.

Tidak lama setelah menikah, Mas Fulan pun dikaruniai seorang anak yang lucu. Pada perkembangan selanjutnya, anak tersebut tumbuh dengan baik. Tentu saja hal ini semakin membuat Mas Fulan berbahagia. Mas Fulan berharap, anaknya tersebut benar-benar dapat menjadi tumpuannya, kelak di hari tuanya.

Seperti halnya Mas Fulan, prestasi sekolah anaknya juga sangat cemerlang, hingga akhirnya dapat mengantarkannya untuk melanjutkan pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi teknik paling favorite di negeri ini, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dengan berbekal ijazah dari ITB, anaknya Mas Fulan juga dapat diterima sebagai staf/karyawan di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, kariernya bahkan lebih baik dari ayahnya. Dan tentu saja hal ini semakin membuat Mas Fulan berbahagia. Mas Fulan merasa, bahwa dia benar-benar tidak salah mengorbankan segalanya demi masa depan sang anak. Dengan karier anaknya yang semakin bagus, Mas Fulan benar-benar bangga, karena anaknya tersebut benar-benar dapat menjadi tumpuannya, seiring dengan usianya yang semakin senja.

Memasuki masa-masa pensiun, Mas Fulan dapat melaluinya dengan bahagia. Secara materi, dia tidak kekurangan. Apalagi masih ditambah dari kiriman anak satu-satunya. Benar-benar masa tua yang didamba oleh banyak orang.

Hingga akhirnya, cobaan itupun datang. Dengan usia yang semakin senja, Mas Fulan menderita sakit parah hingga tanda-tanda bahwa Mas Fulan akan tutup usia semakin jelas di depan mata. Dan tentu saja, anak satu-satunya tersebut dengan setia mendampingi sang ayah. Dan sekali lagi, hal ini membuat Mas Fulan semakin berbahagia, karena disaat-saat seperti ini masih ada anak semata wayangnya yang setia menemaninya.

Namun, begitu saat-saat menjelang ajal tiba, anaknya yang selama ini dicintainya, dimana dia telah mengorbankan segalanya demi sang anak, ternyata sudah tidak mampu menolongnya lagi. Bahkan anaknya telah membiarkan Mas Fulan sendirian menghadapi sakaratul maut yang demikian mengerikan. Karena pada saat-saat kritis seperti ini, anaknya hanya mampu mendo’akan Mas Fulan, tidak lebih dari itu.

Pada saat-saat kritis seperti ini, ternyata Mas Fulan benar-benar harus berjuang sendirian menghadapi sakaratul maut yang demikian mengerikan. Pada saat-saat kritis seperti ini, ternyata Mas Fulan benar-benar mengalami sendiri betapa dahsyatnya sakaratul maut, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR. Tirmidzi). “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek?” (HR. Bukhari).

Dan pada saat-saat kritis seperti ini pula, barulah Mas Fulan menyadari, bahwa anak satu-satunya yang selama ini dia banggakan, ternyata tidak bisa berbuat apa-apa. Pada saat-saat kritis seperti ini, barulah Mas Fulan menyadari bahwa ternyata hanya Allah-lah yang bisa menolong dirinya.

Mas Fulan benar-benar menyesal, mengapa selama ini dia terlalu berharap hanya kepada anaknya saja? Bukankah anaknya – seperti halnya dirinya – juga tercipta dalam keadaan yang teramat lemah? Yang benar-benar tidak dapat membantunya untuk lari menghindari sakaratul maut? ”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”. (QS. Qaaf. 19). Mengapa selama ini dia telah melupakan firman Allah dalam surat An Nisaa’ ayat 28 yang menyatakan bahwa semua manusia itu benar-benar dijadikan bersifat lemah? “... dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisaa’. 28).

Mengapa pula, selama ini dia tidak berharap hanya kepada Allah semata? Bukankah Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu? Bukankah Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong? Dan bukankah hanya kepada Allah saja, pada akhirnya dia akan dikembalikan?

Karena sesungguhnya Allah telah berfirman: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlash. 2). “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al Anfaal. 40). “Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahriim. 2). “Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”. (QS. As Sajdah. 11).

Ya, Allah...!
Mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan baik. Amin...! “(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik* oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum**, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl. 32). *) Maksudnya: wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan, atau dapat juga berarti mereka wafat dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk surga. **) Artinya adalah: selamat sejahtera bagimu.

Semoga bermanfaat!

NB.
Mas Fulan pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Sabtu, 04 April 2009

HANYA KEPADA-MU AKU BERHARAP (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mas Nafil adalah seorang pemuda alumnus Universitas Airlangga (Unair), sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkemuka di Surabaya. Dengan berbekal ijazah dari Unair, akhirnya Mas Nafil dapat diterima sebagai staf/karyawan di sebuah perusahaan multinasional di kota yang sama. Dengan gaji tetap per bulan, dia sudah merasa sangat bahagia dan menikmati pekerjaannya tersebut.

Setelah berjalan beberapa tahun, karier Mas Nafil-pun semakin menanjak. Dan tentu saja, penghasilannya juga semakin meningkat seiring dengan perjalanan kariernya.

Pada suatu saat, Mas Nafil pulang ke Blitar, kampung halamannya. Pada saat itulah, dia mendapati bahwa ada saudaranya yang prestasi sekolahnya sangat bagus, namun secara financial sangat memprihatinkan. Dan hal ini tentu saja benar-benar mengancam keberlanjutan sekolahnya.

Melihat hal ini, secara spontan Mas Nafil bersedia mengulurkan tangannya. Beliau dengan senang hati membantu menyekolahkan saudaranya tersebut hingga pendidikan tinggi. Dalam hatinya dia berharap, siapa tahu suatu saat nanti disaat dia sedang dalam kesulitan, saudaranya tersebut juga ingat kepadanya dan akan memberikan pertolongan kepadanya sebagaimana dia telah membantunya saat ini.

Selang beberapa tahun kemudian, saudaranya Mas Nafil tersebut telah dapat menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi dengan predikat sangat memuaskan. Hingga akhirnya juga dapat meniti karier dengan baik.

Namun, pada perkembangan selanjutnya benar-benar diluar dugaan Mas Nafil. Jangankan berbuat baik kepada Mas Nafil, sekedar mengingat Mas Nafil-pun saudaranya tersebut enggan. Bahkan yang terjadi malah sebaliknya. Tidak tahu mengapa, tiba-tiba saudaranya tersebut malah menjelek-jelekkan Mas Nafil kepada banyak orang. Saudaranya tersebut benar-benar sudah lupa, bahwa sesungguhnya kesuksesannya selama ini tidak lepas dari bantuan Mas Nafil.

Melihat hal ini, Mas Nafil benar-benar kecewa. Pupuslah sudah harapannya dahulu ketika saat-saat awal dia memutuskan untuk membantu menyekolahkan saudaranya tersebut. Dia benar-benar sudah tidak mungkin lagi berharap kepada saudaranya tersebut sekedar untuk ingat kepadanya disaat dia sedang dalam kesulitan. Apalagi sampai memberikan pertolongan kepadanya sebagaimana dia telah membantunya dahulu.

Saudaraku…,
Pada saat-saat seperti ini, barulah Mas Nafil menyadari, bahwa dia telah melakukan suatu kesalahan terbesar. Mengapa dahulu – ketika dia memutuskan untuk membantu biaya sekolah saudaranya tersebut – dia malah berharap balik kepada saudaranya tersebut? Bukankah saudaranya tersebut – seperti halnya dirinya – juga tercipta dalam keadaan yang teramat lemah? Mengapa selama ini dia telah melupakan firman Allah dalam surat An Nisaa’ ayat 28 yang menyatakan bahwa semua manusia itu benar-benar dijadikan bersifat lemah?

... وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾
“... dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (QS. An Nisaa’. 28).

Mengapa selama ini dia juga telah melupakan firman Allah yang telah mengingatkan dirinya bahwa seharusnya shalatnya, ibadatnya, hidupnya serta matinya semuanya hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam?

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
”Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162). “tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 163).

Seandainya sejak awal Mas Nafil telah meluruskan niatnya untuk membantu saudaranya tersebut benar-benar hanya karena Allah semata, maka apapun yang terjadi pada saudaranya tersebut (apapun bentuk balasannya kepada Mas Nafil), maka hal ini tidak akan memberikan dampak apapun. Karena semuanya itu benar-benar diniatkan hanya karena Allah semata. Cukuplah Allah yang menjadi Penolong dirinya. Karena Allah adalah sebaik-baik Pelindung.

... حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ﴿١٧٣﴾
"... Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali ’Imran. 173).

Bukankah memang sudah seharusnya dia berharap hanya kepada Allah semata? Bukankah Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu? Bukankah Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong? Dan bukankah hanya kepada Allah saja, dia akan dikembalikan?

Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlash. 2).

... فَاعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ مَوْلاَكُمْ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ ﴿٤٠﴾
“... maka ketahuilah bahwasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”. (QS. Al Anfaal. 40).

... وَاللهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ ﴿٢﴾
“... Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahriim. 2).

... رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا ﴿١٠﴾
"... Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS. Al Kahfi. 10).

Ya… Tuhan kami,

اهدِنَــــا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al Faatihah. 6 – 7).

Ya… Tuhan kami,
Berilah kekuatan kepada kami, agar kami senantiasa bertawakal kepada-Mu.

Ya… Tuhan kami,
Jagalah kami, agar kami senantiasa berada di bawah naungan rahmat dan ridho-Mu. Amin!!!

Semoga bermanfaat!

NB.
Mas Nafil pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Jumat, 03 April 2009

BERAWAL DARI KEINGINAN UNTUK MEMBAHAGIAKAN KELUARGA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Bung Fulan adalah seorang karyawan di sebuah instansi di kota Surabaya. Dengan gaji tetap per bulan, Bung Fulan sudah merasa sangat bahagia dan menikmati pekerjaannya tersebut.

Berawal dari keinginannya untuk membahagiakan keluarganya, Bung Fulan-pun senantiasa berusaha keras untuk mencari tambahan penghasilan. Namun pada kenyataannya, tambahan penghasilan tersebut tidak selalu sesuai dengan harapan. Disamping harus bekerja ekstra, terkadang hasilnya juga tidak seberapa.

Hingga pada suatu saat (ketika sudah mulai ada kesempatan), Bung Fulan-pun mulai mencoba untuk melakukan kecurangan/korupsi. Sekali merasakan “nikmatnya” korupsi, nampaknya hal ini telah membuat Bung Fulan ingin mengulanginya lagi. Dan seiring dengan peningkatan kariernya, maka kesempatan untuk melakukan korupsi-pun semakin banyak pula. Ditambah dengan pengalamannya, Bung Fulan-pun semakin terampil dalam melakukan korupsi tersebut. Sehingga ”kesuksesan demi kesuksesan” justru dapat diraihnya dengan baik.

Kepada istrinya, Bung Fulan selalu mengatakan bahwa pendapatannya yang begitu besar semata-mata karena hasil kerja kerasnya (Bung Fulan tidak pernah jujur mengatakan bahwa sebagian besar diantaranya ternyata berasal dari ”uang haram”). Ditambah penampilan serta sikap Bung Fulan yang baik dan nampak tekun beribadah, hal ini semakin membuat istrinya percaya. Yang diketahui istrinya adalah bahwa Bung Fulan adalah sosok suami yang taat beribadah serta senantiasa memenuhi segala kebutuhan istri dan keluarganya.

Hingga pada suatu saat, petaka itupun datang. Dalam perjalanan pulang dari kantornya, Bung Fulan mengalami kecelakaan hebat hingga mengakibatkan Bung Fulan harus tutup usia. Pada saat itulah Bung Fulan baru menyadari, betapa ”bodohnya” dia. Dia yang telah berusaha keras untuk mengumpulkan harta dengan berbagai cara, dia pula yang harus mempertanggung-jawabkannya kepada Allah. Sedangkan istri dan keluarganya, dengan santainya menikmati ”hasil jerih payahnya”.

Dan karena istri dan keluarganya benar-benar tidak menyadari bahwa harta yang telah mereka nikmati tersebut sebagian besar berasal dari uang haram, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (orang lain yang menikmati, sedangkan Bung Fulan-lah yang harus mempertanggung-jawabkan kepada-Nya). Sungguh, Bung Fulan benar-benar termasuk golongan orang-orang yang paling merugi perbuatannya.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللهِ الْغَرُورُ ﴿٥﴾
”Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”. (QS. Faathir. 5).

Ya… Tuhan kami,
Berilah kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang hanya berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin!

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

Semoga bermanfaat!

NB.
Bung Fulan pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas.  

Kamis, 02 April 2009

BERSIKAP POSITIF

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Jika pada saat ini Allah memberikan harta kekayaan kepada kita, maka belanjakanlah harta kekayaan itu di jalan Allah. Yaitu dengan membelanjakannya sesuai dengan tuntunan Allah, antara lain untuk diberikan kepada kerabat yang terdekat akan haknya (istri, anak, orang tua, dsb.), membantu fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, untuk berdakwah, dst. yang kesemuanya itu kita lakukan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah sekaligus sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada-Nya.

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at.” (QS. 2. 254).

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung.” (QS. 30. 38).

Jangan malah sebaliknya (menghambur-hamburkan harta, berlebih-lebihan, dll.). Ingatlah wahai saudaraku, bahwa tidak semua orang diberi kelebihan harta. “… dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. (QS. Al Israa. 26). “… dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al An’aam. 141).

Saudaraku…,
Jika pada saat ini Allah telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kita, maka manfaatkan ilmu yang kita miliki tersebut sebesar-besarnya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta sebarkan ilmu yang kita miliki tersebut kepada saudara-saudara kita yang lain. Bukankah orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada yang lain? Demikian penjelasan Rasulullah dalam sebuah hadits.



عَنْ جَابِرٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Jabir r.a berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Orang beriman ialah insan yang mampu bergaul dengan manusia, dan manusia lain mampu bergaul dengannya. Tiada kebaikan bagi siapa yang tidak mampu bercampur dengan manusia, dan manusia tidak mau mencampurinya. Dan sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. (HR at-Thabrani)

Saudaraku…,
Jika pada saat ini Allah masih memberikan waktu/kesempatan kepada kita, maka manfaatkan waktu/kesempatan tersebut sebesar-besarnya untuk berbuat amal kebajikan, sebelum waktu/kesempatan itu pergi meninggalkan kita. Bukankah jika kesempatan itu sudah berlalu meninggalkan kita (meski hanya sedetik), maka kita tidak mungkin bisa ke sana lagi?

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at.” (QS. 2. 254).

Saudaraku…,
Sebaliknya, yaitu ketika kita ditimpa kesedihan, maka sudah seharusnya bagi kita untuk menghadapinya dengan sabar dan tabah. Yang dimaksud dengan kesedihan disini bisa meliputi segala hal. Bisa berupa kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, sakit yang mendera kita, dst.

Bukankah Allah akan selalu menguji kita setelah kita menyatakan beriman kepada-Nya? ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al ‘Ankabuut. 2). “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?” (QS. 2. 214).

Jika kita mampu menghadapinya dengan sabar dan tabah, maka hal itu baik bagi kita. Karena Allah akan memberikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu dengan memberikan surga untuknya. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, (QS. Al Baqarah. 155).

Sedangkan janji Allah itu adalah pasti, sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur'an surat At Taubah berikut ini: "Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah. 111).

Semoga bermanfaat!

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞