بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 05 Januari 2010

MUSIBAH TERBESAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mungkin kita menyangka bahwa ketika seseorang sedang mengalami kecelakaan lalulintas hingga mobil kesayangannya ringsek parah hingga tak bisa diperbaiki lagi, maka pada saat itu dia sedang mengalami kecelakaan besar.

Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena sesungguhnya kebersamaan mobil tersebut dengan pemiliknya hanyalah sebentar saja. Yah….., kalau bukan mobil itu yang meninggalkan pemiliknya (karena kecelakaan dan rusak parah, karena hilang, dll.), maka pemiliknya-lah yang akan meninggalkannya (karena pemiliknya wafat). Disamping itu, dengan upaya dan kerja keras, suatu saat juga masih bisa membeli mobil lagi.

Saudaraku…,
Mungkin kita juga menyangka bahwa ketika seseorang sedang menyaksikan rumah kesayangannya habis tak bersisa karena terjadi kebakaran, maka pada saat itu dia sedang mengalami musibah yang besar. Betapa tidak, hanya dalam hitungan beberapa jam, seluruh harta benda yang dikumpulkan bertahun-tahun hancur begitu saja.

Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena sesungguhnya kebersamaannya dengan seluruh harta kekayaannya hanyalah sebentar saja. Yah….., kalau bukan harta kekayaannya yang meninggalkannya (karena terjadi kebakaran, gempa bumi, dll.), maka dia-lah yang akan meninggalkannya (karena telah wafat). Disamping itu, dengan upaya dan kerja keras, suatu saat juga masih bisa mengumpulkannya lagi.

Saudaraku…,
Mungkin kita juga menyangka bahwa ketika seseorang sedang ditimpa bencana alam (banjir, gempa bumi, dll.) hingga seluruh anggota keluarganya wafat / hilang, maka pada saat itu dia sedang mengalami musibah yang sangat besar. Betapa tidak, kini dia harus menjalani sisa hidupnya sebatangkara, tanpa ada lagi saudara / orang-orang tercinta yang menemaninya.

Sekali-kali tidaklah demikian wahai saudaraku. Karena sesungguhnya cepat atau lambat, toh pada akhirnya kita semua juga akan kembali kepada-Nya.

“Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”. (QS. As Sajdah. 11).

“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al Jumu’ah. 8).

Lalu apakah gerangan musibah terbesar yang jauh lebih besar dari semuanya itu? Ketahuilah, bahwa sesungguhnya musibah terbesar yang jauh lebih besar dari semuanya itu, ternyata adalah ketika seseorang telah jatuh ke dalam lembah kemusyrikan.

Saudaraku…,
Sekali lagi, musibah terbesar yang jauh lebih besar dari semuanya itu, ternyata adalah ketika seseorang telah jatuh ke dalam lembah kemusyrikan. Karena ketika seseorang telah jatuh ke dalam lembah kemusyrikan, maka sesungguhnya dia telah tersesat sejauh-jauhnya. Dan Allah tidak akan pernah mengampuninya, sehingga dia akan kekal di dalam api neraka. Na’udzubillahi mindzalika!

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik*, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48). *) Syirik = mempersekutukan Allah.

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An Nisaa’. 116).

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar”. (QS. Az Zumar. 3).

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al An’aam. 82).

"Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”, (QS. Al Mumtahanah. 4).

"Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At Tahrim. 8). Amin…!

Semoga bermanfaat!

Minggu, 03 Januari 2010

ALLAH ADALAH PEMBAGI REZEKI YANG HAQ

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Marilah kita perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut ini:

إِنَّ اللهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ ﴿٥٨﴾
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh”. (QS. Adz Dzaariyaat. 58).

اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ العَزِيزُ ﴿١٩﴾
“Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Asy Syuura. 19).

... إنَّ اللهَ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿٣٧﴾
“... Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab”. (QS. Ali ‘Imraan. 37).

... وَاللهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿٢١٢﴾
“... Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. (QS. Al Baqarah. 212).

وَكَأَيِّن مِن دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦٠﴾
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al ‘Ankabuut. 60).

... وَاللهُ يَرْزُقُ مَن يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿٣٨﴾
“... Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas”. (QS. An Nuur. 38).

Saudaraku…,
Dari beberapa ayat tersebut di atas, dapat diperoleh keterangan bahwa sesungguhnya hak Allah-lah untuk membagi rezeki. Dia memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Sebagai ilustrasi, ketika seseorang telah memperoleh suatu barang (sepeda motor, mobil, HP, komputer, dll.) dengan cara yang halal, maka itu adalah satu pertanda bahwa barang tersebut telah diperuntukkan oleh Allah kepadanya. Jika kemudian ada orang lain yang mengambil barang tersebut dengan cara yang tidak halal (dengan jalan mencuri, menipu, merampas, dll.), maka pada hakekatnya orang tersebut hanyalah “meminjam” barang tersebut dari pemilik yang syah. Dan suatu saat, dia tetap harus mengembalikan barang yang “dipinjamnya” kepada pemilik yang syah. Karena bagaimanapun juga, barang tersebut bukanlah haknya.

Rasulullah SAW. bersabda:

لَا يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِطِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ. (رواه ابو داود)
“Tidak halal harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan dari dirinya.” (HR. Abu Dawud)

Jika dia tidak bersedia mengembalikannya kepada pemilik yang syah ketika masih hidup di dunia ini (atau minta dihalalkan), maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya. Karena pada hakekatnya dia tetap tidak pernah berhak untuk memilikinya.

Rasulullah SAW. bersabda:

مَنْ كَانَ عِنْدَهُ لِأَخِيْهِ مَظْلَمَةٌ فَلْيَتَحَلَّلْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا. إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْ حَسَناَتِهِ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٍ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. (رواه البخارى)
“Siapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta kehalalan saudaranya tersebut pada hari ini, sebelum datang suatu hari saat tidak berlaku lagi dinar dan tidak pula dirham. Jika ia memiliki amal saleh, akan diambil dari kebaikannya sesuai dengan kadar kezaliman yang diperbuatnya lalu diserahkan kepada orang yang dizaliminya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, akan diambil kejelekan saudaranya yang dizaliminya lalu dibebankan kepadanya.” (HR. al-Bukhari)

Saudaraku…,
Demikian juga halnya ketika seseorang telah memperoleh suatu pekerjaan dengan cara yang halal, maka itu adalah satu pertanda bahwa pekerjaan tersebut telah diperuntukkan oleh Allah kepadanya.

Jika kemudian ada orang lain yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan suatu pekerjaan, maka dapat dipastikan akan ada orang lain yang sebenarnya lebih berhak untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, namun haknya telah dirampas olehnya.

Jika memang demikian adanya, maka pada hakekatnya orang tersebut hanyalah meminjam pekerjaan tersebut. Dan suatu saat, dia juga harus mengembalikan pekerjaan yang dipinjamnya kepada orang yang lebih berhak untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Karena bagaimanapun juga, pekerjaan tersebut tetap bukanlah haknya.

Jika dia tidak bersedia mengembalikannya ketika masih hidup di dunia ini (atau minta dihalalkan), maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya. Karena pada hakekatnya dia tetap tidak pernah berhak untuk memilikinya.

Saudaraku…,
Hal yang sama juga terjadi ketika seseorang telah memperoleh suatu jabatan dengan cara yang halal, maka itu adalah satu pertanda bahwa jabatan tersebut telah diperuntukkan oleh Allah kepadanya.

Jika kemudian ada orang lain yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan suatu jabatan, maka dapat dipastikan akan ada orang lain yang sebenarnya lebih berhak untuk mendapatkan jabatan tersebut, namun haknya telah dirampas olehnya.

Jika memang demikian adanya, maka pada hakekatnya orang tersebut hanyalah meminjam jabatan tersebut. Dan suatu saat, dia juga harus mengembalikan jabatan yang dipinjamnya kepada orang yang lebih berhak untuk mendapatkan jabatan tersebut. Karena bagaimanapun juga, jabatan tersebut tetap bukanlah haknya.

Jika dia tidak bersedia mengembalikannya ketika masih hidup di dunia ini (atau minta dihalalkan), maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya. Karena pada hakekatnya dia tetap tidak pernah berhak untuk memilikinya. Demikian seterusnya…!!!

Ya… Tuhan kami,
Berikanlah kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang hanya berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin...!

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

Semoga bermanfaat!


Jumat, 01 Januari 2010

BILA WAKTU TELAH BERAKHIR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tidak terasa, waktu terus berlalu dan terus berlalu (dan tidak mungkin berhenti/kita hentikan). Padahal, jatah umur kita untuk hidup di dunia ini telah ditetapkan oleh Allah SWT. sebagaimana keterangan dalam surat Faathir berikut ini: ”Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”. (QS. Faathir. 11).

Hal itu menunjukkan bahwa pada saat yang sama, tidak terasa pula jatah umur kita juga akan terus berkurang dan terus berkurang (dan tidak mungkin berhenti/kita hentikan). Yah..., cepat atau lambat, ketika waktu telah berakhir, maka tibalah saatnya untuk berpisah dengan kehidupan dunia ini beserta semua yang ada di dalamnya. “Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”. (QS. As Sajdah. 11).

Saudaraku…,
Begitu saat-saat menjelang ajal tiba, maka kita harus berjuang sendirian menghadapi sakaratul maut yang demikian mengerikan. Orang-orang yang selama ini kita cintai (orang tua kita, istri / suami kita, anak-anak kita, saudara / kerabat kita, dll), ternyata sudah tidak mampu lagi menolong kita. Mereka semuanya akan membiarkan kita sendirian menghadapi sakaratul maut yang demikian mengerikan.

Pada saat-saat kritis seperti ini, kita akan menyadari, bahwa orang-orang yang kita cintai, ternyata tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka semuanya benar-benar tidak dapat membantu kita untuk lari menghindari sakaratul maut. ”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”. (QS. Qaaf. 19). Karena pada saat-saat kritis seperti ini, mereka hanya mampu mendo’akan kita, tidak lebih dari itu. Apalagi harta / kekayaan kita maupun kedudukan / jabatan kita.

Sekali lagi, pada saat-saat kritis seperti ini, ternyata kita benar-benar harus berjuang sendirian menghadapi sakaratul maut yang demikian mengerikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR. Tirmidzi). “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek?” (HR. Bukhari).

Saudaraku…,
Dan pada saat-saat kritis seperti ini, barulah kita akan menyadari bahwa ternyata hanya amal kebajikan kita-lah yang bisa menolong diri kita.

”Adapun orang yang bertaubat dan beriman, serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Qashash. 67).

(Kepada mereka dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (QS. Al Haaqqah. 24).

”Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”, (QS. Al Israa’. 9).

Ya, Allah...!
Mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan baik. Amin...!

“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik* oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum**, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl. 32). *) Maksudnya: wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan, atau dapat juga berarti mereka wafat dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk surga. **) Artinya adalah: selamat sejahtera bagimu.

Semoga bermanfaat!

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞