بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Minggu, 05 Mei 2013

KETIKA ADA TANDA-TANDA SUAMI BERSELINGKUH





Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat telah bertanya: ”Pak Imron, bagaimana caranya mengatasi rasa cemburu dan curiga kepada suami...? Jujur saya merasa takut suami berselingkuh ataupun mencintai wanita lain...!!! Sebenarnya saya ’nggak mau curiga ke suami Pak.. Tapi mungkin syaitan (telah) menggoda saya... Sampai saya rajin membuka HP suami.. Sampai suatu hari saya temukan SMS suami ke nomor tanpa nama.. Dan saya cek adalah nomor wanita”.

Saudaraku...,
Silahkan bersuka cita, tetapi janganlah kita terlalu bersuka cita / terlalu bergembira dengan apa saja yang telah berhasil kita raih / telah berhasil kita miliki. Termasuk kepada sang suami. Silahkan mencintainya, tapi jangan terlalu mencintainya. Bersikaplah yang sewajarnya saja, karena semuanya itu (termasuk suami), pada hakekatnya hanyalah titipan Allah semata.

Sebaliknya: silahkan berduka cita, tetapi jangan terlalu berduka cita (apalagi sampai larut di dalamnya) terhadap segala sesuatu yang luput dari kita, apakah itu berupa kehilangan jabatan, pekerjaan, harta kekayaan, orang-orang yang kita cintai, dll., termasuk jika saudaraku harus mendapati kemungkinan terburuk (kehilangan suami tercinta karena beliau wafat, atau karena pergi meninggalkan saudaraku begitu saja atau sebab-sebab lainnya). Ingatlah, bahwa pada hakekatnya semuanya itu hanyalah titipan Allah semata. Karena sesungguhnya Allah-lah pemilik seluruh alam semesta beserta isinya, termasuk jiwa dan raga kita. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hadiid ayat 23 berikut ini:

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿٢٣﴾
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira* terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Al Hadiid. 23). *) Yang dimaksud dengan terlalu gembira disini adalah gembira yang telah melampaui batas, yang menyebabkan kesombongan, ketakaburan, dan lupa kepada Allah.

Saudaraku...,
Satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati kita, bahwa sebagai seorang muslim / muslimah yang baik, maka seharusnya cinta kita 100% hanya untuk Allah semata.

Kalaupun kita harus mencintai istri (suami) kita, termasuk cinta kita kepada orang tua, anak, saudara, dll., maka semuanya itu hanyalah dalam rangka memenuhi perintah Allah semata (sebagai perwujudan cinta kita kepada-Nya). Dan jika suatu ketika Allah memerintahkan kita untuk menceraikan istri (suami) kita, maka (karena cinta kita kepada Allah) kita juga harus menceraikannya. Misal: ketika tiba-tiba sang istri (suami) murtad, maka terlebih dahulu kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengajaknya kembali. Namun jika ternyata sang istri tetap tidak mau, maka kita harus tinggalkan dia. Sekalipun kecantikannya masih membuat kita terpesona, juga kelembutan sikapnya, dll. (Semoga hal ini tidak sampai terjadi pada istri/suami kita. Amin!)

Terus, apakah sebaiknya kita musti lari dari semua ini? Karena takut jatuh dan kehilangan suami tercinta? Karena takut disakiti?.

Jawabnya: Mengapa harus lari dari semua ini? Bukankah tidak ada satupun diantara kita yang mampu menghindar dari masalah selama kita masih menjalani kehidupan di dunia ini?

Sebaiknya hadapi saja, wahai saudaraku. Sambil terus berupaya untuk memberikan yang terbaik buat suami tercinta dan terus berdo’a kepada-Nya agar diberikan jalan terbaik. Jika memang dia benar-benar suami yang baik yang mampu membimbing saudaraku dalam menggapai ridho-Nya, mohonlah kepada-Nya agar pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya. Sedangkan jika ternyata dia bukanlah suami yang baik, mohonlah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.

Saudaraku…,
Setelah kita berupaya secara maksimal, maka apapun yang akan terjadi, terimalah dengan hati yang lapang. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa kita menjadi tenang.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27 – 28).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan.

Semoga bermanfaat.

-----

Beliau mengatakan: ”Pak Imron, saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak curiga ataupun mencari tahu ataupun cemburu... Tetapi terkadang sebagai perempuan saya lemah Pak... Menurut Bapak, sebaiknya bagaimana sikap saya kepada suami, apakah saya jujur berkata telah membuka HP-nya dan membaca SMS-nya untuk seorang wanita... atau saya biarkan dan saya lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT., Pak?”

Saudaraku...,
Pada umumnya kaum lelaki itu punya ego yang tinggi serta harga diri yang tinggi pula (semoga saya tidak termasuk yang demikian). Berterus-terang kepada suami bahwa saudaraku telah membuka HP-nya, apalagi sampai membaca SMS untuk seorang wanita, itu sungguh-sungguh sangat berbahaya, Bu. Suami bisa sangat tersinggung. Dan ini bisa menyebabkan terjadinya pertengkaran terus-menerus.

-----

Beliau mengatakan: ”Benar Pak.. Lantas konkritnya bagaimana saya bersikap sebaiknya?”

Saudaraku...,
Seperti yang sudah aku sampaikan tadi, bahwa sebaiknya hadapi saja dengan tenang, sambil terus berupaya untuk memberikan yang terbaik buat suami tercinta dan terus berdo’a kepada-Nya agar diberikan jalan terbaik. Jika memang dia benar-benar suami yang baik yang mampu membimbing saudaraku dalam menggapai ridho-Nya, mohonlah kepada-Nya agar pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya. Sedangkan jika ternyata dia bukanlah suami yang baik, mohonlah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.

Setelah kita berupaya secara maksimal, maka apapun yang akan terjadi, terimalah dengan hati yang lapang. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa kita menjadi tenang.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27 – 28).

-----

Beliau mengatakan: ”Suami saya termasuk lelaki taat, Pak.. Dan dia pernah bilang bahwa dia takut kepada Allah SWT... Tapi hati saya selalu curiga.. Saya sudah perbanyak dzikir dan sholat malam.. Ada kalanya saya tenang, tapi ada kalanya saya memuncak curiganya”.

Saudaraku...,
Sudah menjadi sesuatu yang wajar jika kita berharap agar semuanya berjalan baik-baik saja. Jika itu terkait dengan suami, maka kita berharap agar sang suami tetap setia untuk selamanya, dst.

Namun jika dalam perjalanan waktu kemudian ada kekhilafan dari suami tercinta, maka berdo’alah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.

Dan jika pada akhirnya sang suami menyadari kesalahannya kemudian mulai belajar untuk berubah ke arah yang lebih baik, sebaiknya maafkanlah kesalahannya. Semoga kelapangan dada kita dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan kita kepada-Nya. Amin!

Namun jika ternyata sang suami tetap seperti sekarang (bahkan kondisinya semakin memburuk) sehingga saudaraku tidak mampu untuk memaafkan kesalahannya, maka kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan memberikan keputusan terbaik diantara kita. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana, sebagaimana janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).

Sedangkan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:

وَعْدَ اللهِ لَا يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
"(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar Ruum. 6).

-

Ya… Tuhan kami,
Berilah kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami hanya berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin...!

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

-----

Beliau mengatakan: ”Terima kasih Pak, atas pencerahannya... Saya merasa dapat kekuatan dari sharring ini.. untuk lebih bertaqwa dan ikhlas.. Juga untuk lebih sabar menghadapi kehidupan ini.. Semoga amal baik Bapak mendapat balasan dari Allah SWT... Dan semoga ke depan Bapak masih mau berbagi penjelasan serta pencerahan bagi saya maupun saudara sesama muslim lainnya.. Amin! Sekali lagi terima kasih, Pak.. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”.

Demikian hasil dialog ini,
Semoga bermanfaat.

Jumat, 03 Mei 2013

DISKUSI TENTANG AGAMA / KEYAKINAN



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang teman dari Surakarta telah memberi komentar terhadap artikel yang berjudul “DISKUSI TENTANG KESEMPURNAAN AGAMA ISLAM” (http://imronkuswandi.blogspot.com/2011/02/diskusi-tentang-kesempurnaan-agama.html) dengan komentar sebagai berikut: “Jangan diskusi tentang agama. ‘Nggak akan pernah (ada) habisnya. Semua agama itu baik. Tinggal manusianya saja yang menafsirkan. Kalau soal agama, semua itu tuh sudah menjadi hak setiap manusia untuk memilih kepercayaannya.. Tinggal bagaimana kita menjalaninya”.

-----

Saudaraku…,
Sebenarnya jika hanya berdialog / berdiskusi / bertukar pikiran tentang agama / aqidah / keyakinan, hal itu sama sekali tidak ada masalah, selama dilakukan dengan baik-baik dan dilandasi rasa saling menghormati (baca: Al Qur’an surat Al ‘Ankabuut ayat 46) serta tidak ada paksaan dari masing-masing pihak untuk membenarkan dan mengikuti apa yang dikatakannya. Karena memang tidak boleh ada paksaan dalam beragama (baca: Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 256).

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ﴿٤٦﴾
”Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim* di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. Al ‘Ankabuut. 46**).

لَآ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَىِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ﴿٢٥٦﴾
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut*** dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah: 256).

Saudaraku…,
Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa dalam berdialog / berdiskusi / bertukar pikiran tentang aqidah / keyakinan, seharusnya memang dilakukan dengan baik-baik dan dilandasi rasa saling menghormati serta tidak ada paksaan dari masing-masing pihak untuk membenarkan dan mengikuti apa yang dikatakannya.

Jika ini yang terjadi (jika mereka datang dengan baik-baik dan mengajak kita diskusi tentang Islam juga dengan baik-baik dan dilandasi rasa saling menghormati), tentunya ini adalah kesempatan dakwah yang tidak boleh kita sia-siakan. Jika memang demikian keadaannya, maka sudah seharusnya bagi kita untuk menanggapinya dengan baik-baik pula. Semoga Allah menjadikan kita sebagai jalan hidayah bagi orang lain. Amin, ya rabbal 'alamin!

Terlebih lagi jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 20, dimana kita memang diperintahkan untuk menyampaikan ayat-ayat-Nya.

فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاَغُ وَاللّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ ﴿٢٠﴾
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).

Selanjutnya jika kita sudah berusaha secara maksimal, maka apapun hasilnya, semuanya itu sudah menjadi urusan Allah. Karena hak Allah-lah untuk memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya dia akan memilih jalan yang lurus (Islam). Demikianlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142 yang artinya adalah:

... قُل لِّلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٤٢﴾
”... Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.” (QS. Al Baqarah: 142).

Sedangkan apabila dari upaya yang telah kita lakukan ini ternyata tidak membawa hasil (mereka tetap mengingkari kebenaran Islam dan tetap bertahan pada agamanya), maka sesungguhnya kewajiban kita hanyalah menyampaikan ayat-ayat-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ali ‘Imran ayat 20 di atas.

-----

Lalu bagaimana jika dalam dialog / diskusi tersebut pada akhirnya berkembang ke arah yang kurang baik, sehingga mereka pada akhirnya hanya cenderung untuk menghujat Islam / Rasulullah Muhammad SAW., pemimpin kita yang teramat kita cintai?

Saudaraku…,
Jika ini yang terjadi (jika pada akhirnya mereka hanya cenderung untuk menghujat Islam / Rasulullah Muhammad SAW., pemimpin kita yang teramat kita cintai), maka sebaiknya segera akhiri dialog / diskusi tersebut. Jika memang demikian keadaannya, maka sebaiknya kita tidak perlu lagi menanggapi hujatan mereka. Lihatlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al An’aam ayat 68 berikut ini:

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلاَ تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴿٦٨﴾
”Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)”. (QS. Al An’aam. 68).

Karena sesungguhnya hujatan yang mereka lakukan itu hanyalah dilandaskan pada nafsu belaka, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 109, yang artinya adalah:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُواْ وَاصْفَحُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٠٩﴾
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma`afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Baqarah. 109).

Wallahu ta'ala a'lam.
Semoga bermanfaat.

NB.
*) Yang dimaksud dengan ”orang-orang zalim” ialah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

**) Yang membedakan antara kita kaum muslimin dengan Ahli Kitab (kaum Yahudi dan kaum Nasrani) adalah sebagaimana penjelasan Al Qur'an dalam surat At Taubah ayat 30 berikut ini:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
”Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah. 30).

***) Yang dimaksud dengan Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain Allah SWT.


Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞