بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Rabu, 05 Februari 2014

KETIKA MUSIBAH DATANG MENYAPA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (muallafah) telah menyampaikan cerita bahwa beliau adalah lulusan Sekolah Pendidikan Guru Agama Kristen / SPGAK Yogyakarta dan sudah masuk Islam pada tanggal 6 April 1989. Beliau mengatakan bahwa pada saat ini Allah (telah) menguji keimanannya atas kedzaliman suami dan sepupu suaminya sehingga (akibat kedzaliman suami dan sepupu suaminya tersebut) telah menyebabkan beliau bercerai. Beliau mengatakan bahwa pengalaman ini beliau anggap sebagai kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dan beliau berharap, semoga beliau diberi ketabahan hati dan tetap dalam keimanan, yaitu menyembah Allah di dalam Islam. Beliau mengatakan: innaddiinna 'indallaahil Islaam, bahwa agama yang paling benar di sisi Allah dan mendapat ridha adalah Islam.

-

Saudaraku…,
Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 286, Allah SWT. telah berfirman sebagai berikut: 

لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا ... ﴿٢٨٦﴾
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...”. (QS. Al Baqarah ayat 286).

Saudaraku…,
Berdasarkan ayat tersebut, sebenarnya kita juga bisa berpikir dari arah sebaliknya. Artinya, ayat tersebut sebenarnya juga menunjukkan bahwa seberat apapun beban hidup yang saat ini sedang mendera kita, pasti Allah telah siapkan bekal kepada kita untuk menghadapinya. Bukankah: ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya?”

Dengan demikian, jika pada saat ini kita sedang mendapati adanya beban hidup yang terasa kian berat, tantangan hidup dari hari ke hari yang terasa kian kompleks, masalah demi masalah yang datang silih berganti, ataupun kesulitan demi kesulitan yang seolah datang tiada henti, maka tidak sepantasnya bagi kita untuk mengeluhkannya. Karena dalam hal ini, pasti Allah telah siapkan bekal kepada kita untuk menghadapinya. Dengan kata lain, jika pada saat ini kita sedang mendapati adanya beban hidup yang terasa kian berat, maka hal itu semua justru sebagai pertanda bahwa Allah hendak memberikan kebaikan / nikmat / kekuatan / kemudahan / rezeki kepada kita.

Jadi, ketika cobaan datang silih berganti, maka seharusnya kita justru bertanya:
”Ya Allah, nikmat apa lagi yang hendak Engkau berikan kepada kami, sedangkan tanda-tandanya sudah nampak jelas di depan mata?”
”Ya Allah, kemudahan apa lagi yang hendak Engkau berikan kepada kami, sedangkan tanda-tandanya sudah begitu jelas di depan mata?”
”Ya Allah, rezeki apa lagi yang hendak Engkau anugerahkan kepada kami, sedangkan tanda-tandanya sudah sangat jelas di depan mata?”
”Ya Allah, dst...”

Saudaraku…,
Jika cara berpikir kita seperti ini, tentunya tidak ada alasan sedikitpun bagi kita untuk mengeluh, bagaimanapun situasi/kondisi yang sedang kita hadapi. Yang terjadi justru sebaliknya. Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan salah satu hadits qudsi dimana Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.

-----

Beliau mengatakan: “Subhanallah dan memang hanya Allah yang pantas mendapatkan segala pujian. Terimakasih yang sebesar-besarnya atas nasehat ini, semoga hati saya tetap dikuatkan dalam iman Islam. Saya dikaruniai 4 orang anak yang semuanya perempuan dan keempat anak saya ikut dengan saya semuanya. Sebenarnya ujian demi ujian datang bertubi-tubi kepada saya, insya Allah saya selalu menganggap bahwa ini (adalah) tanda kasih sayang Allah kepada saya. Tahun 2007 anak saya mendapat kecelakaan diserempet mobil dan yang menyerempet tidak bertanggung jawab. 4 hari diruang ICCU, antara hidup dan mati, tangan dan kakinya mengalami patah tulang. Setiap suster memanggil, hati saya berdegub kencang untuk mendengar berita keselamatan anak saya. Alhamdulillah anak saya diberi kesempatan utk sehat kembali yang sebelumnya dia harus tidur tanpa daya selama 6 bulan ditempat tidur. Dengan kasih sayang seorang ibu, saya merawat dan juga membantu suami mencari nafkah. Dan lagi-lagi Allah (telah) menguji saya dengan peristiwa perpisahan ini. Selama berpisah, mantan suami tidak pernah memberi nafkah, rumah dijual buat bersenang-senang dengan sepupunya yang sekarang menjadi istrinya. Saya hanya mohon bantuan do'a, semoga saya kuat menghadapi ujian ini. Terimakasih”.

-

Amin, ya rabbal 'alamin!
Do'aku menyertai perjuanganmu, wahai saudaraku!

Saudaraku…,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah akan memberikan cobaan kepada kita dengan berbagai cobaan. Dan ketahuilah pula, bahwa sesungguhnya Allah akan memberikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar (dengan memberikan surga untuknya), yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 155 – 156:
  
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ ﴿١٥٦﴾
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al Baqarah. 155). “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun*" (QS. Al Baqarah. 156). *) Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali”. Kalimat ini dinamakan kalimat “istirjaa” (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya sewaktu ditimpa marabahaya, baik besar maupun kecil.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al Bukhari(.

Sedangkan dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW. bersabda: 

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. (رواه البخارى)
“Tiadalah seorang muslim yang ditimpa musibah dalam bentuk kelelahan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kecemasan, melainkan Allah menghapuskan darinya segala kesalahan dan dosa, hingga duri yang menusuknya juga sebagai penghapus dosa.” (HR. al-Bukhari)

Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
 
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حَزَنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. (رواه البخارى ومسلم)
“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu kepayahan, penyakit, kegalauan, kesedihan, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri yang mengenainya, kecuali Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan musibah itu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW. bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجِزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلاَ تَقُلْ: لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا؛ وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ؛ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. (رواه مسلم)  
“Bersungguh-sungguhlah engkau dalam melakukan apa yang bermanfaat untuk dirimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan malas. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau mengatakan, ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu akan demikian dan demikian.’ Akan tetapi, katakanlah, ‘Ini adalah takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi.’ Adapun kata ‘seandainya’ akan membuka pintu bagi setan (agar engkau tidak menerima takdir).” (HR. Muslim)

-----

Saudaraku...,
Terlepas dari segala musibah yang saat ini sedang menimpa saudaraku, ketahuilah bahwa sesungguhnya saudaraku benar-benar telah mendapatkan nikmat terbesar dari Allah SWT yaitu dengan diberi-Nya nikmat iman kepada saudaraku, sebagaimana yang telah saudaraku sampaikan sendiri: innaddiinna 'indallaahil Islaam, bahwa agama yang paling benar di sisi Allah dan mendapat ridha-Nya adalah Islam.

Allah SWT. telah berfirman pada bagian awal ayat 19 dari surat Ali ‘Imraan:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ ...
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. ... “. (QS. Ali ‘Imraan. 19)

Yah..., betapa bersyukurnya saudaraku (dan juga kita semua), karena Allah telah memberi hidayah kepada saudaraku (dan kita semua)! Yah..., logika saudaraku menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, dan hati saudaraku juga bisa menerima kebenaran agama Islam! Sementara begitu banyak orang-orang di sekeliling kita yang justru lebih memilih jalan yang sesat daripada jalan yang benar, meskipun tidak sedikit diantara mereka yang mengetahui kebenaran Agama Islam.

Demikian dahsyatnya tipu daya syaitan, sehingga begitu banyak orang-orang di sekeliling kita yang telah dibutakan mata hatinya, sehingga mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka itu (na’udzubillahi mindzalika!).

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾ إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al Hijr. 39). ”kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis* di antara mereka". (QS. Al Hijr. 40). *) Yang dimaksud dengan “mukhlis” ialah orang-orang yang diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah. (Wallahu a'lam bish-shawab).

Terlebih lagi jika kita perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat An Naml ayat 4 serta surat Al An’aam ayat 108 berikut ini:

إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ ﴿٤﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan)”. (QS. An Naml. 4). Na’udzubillahi mindzalika...!!!

وَلاَ تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ فَيَسُبُّواْ اللّهَ عَدْواً بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿١٠٨﴾
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan”. (QS. Al An’aam: 108).

Semoga bermanfaat!

Senin, 03 Februari 2014

MASJIDIL AQSHA, KONDISIMU KINI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Seorang sahabat muallaf telah menyampaikan sebuah foto yang menggambarkan kondisi Masjidil Aqsha pada saat ini yang sedang berada dalam cengkeraman penjajah Yahudi.

-----

Saudaraku…,
Masjidil Aqsha adalah salah satu masjid yang disebutkan secara jelas namanya (selain Masjidil Haram) di dalam Al Qur'an, yaitu dalam surat Al Israa’ ayat 1 berikut ini:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ﴿١﴾
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya* agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami*. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al Israa’. 1).

Di tempat suci inilah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (pemimpin kita yang teramat kita cintai) melakukan Isra' dan dari tempat suci ini pula beliau berangkat Mi'raj ke langit bersama Malaikat Jibril AS.

Saudaraku…,
Sebagai tempat suci ketiga umat Islam, Masjidil Aqsha juga merupakan kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya dipindahkan ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142 – 144 berikut ini:

سَيَقُولُ السُّفَهَاء مِنَ النَّاسِ مَا وَلاَّهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُواْ عَلَيْهَا قُل لِّلّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٤٢﴾
“Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus”. (QS Al Baqarah. 142).

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِن كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللّهُ وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٤٣﴾
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”. (QS Al Baqarah. 143).

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ ﴿١٤٤﴾
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (QS Al Baqarah. 144).

Saudaraku…,
Dari surat Al Baqarah ayat 142 di atas, diperoleh penjelasan bahwa setelah Rasulullah Muhammad SAW. hijrah dari Makkah ke Madinah, Allah SWT. telah memerintahkan Rasulullah SAW. untuk menghadapkan wajahnya ke Masjidil Haram (Ka’bah) dari yang sebelumnya menghadap ke Masjidil Aqsha.

Dari perpindahan arah kiblat ini menunjukkan bahwa bagi seorang muslim, menghadap Masjidil Haram atau Masjidil Aqsha pada saat melakukan ibadah shalat itu bukanlah semata-mata sebagai tujuan, melainkan (tujuan utamanya) menghadapkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, dari perpindahan arah kiblat ini sekaligus juga menjadikan Ka’bah sebagai pemersatu umat Islam di seluruh dunia dalam menentukan arah kiblat semenjak perintah tersebut diturunkan hingga saat ini dan untuk selamanya, sebagaimana penjelasan surat Al Baqarah ayat 144 di atas.

Saudaraku…,
Terkait kondisi Masjidil Aqsha yang saat ini sedang berada dalam cengkeraman penjajah Yahudi, perhatikanlah penjelasan surat Al Israa’ dalam tiga ayat berikutnya (QS. Al Israa’. 2 – 4) berikut ini:

وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِّبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلاَّ تَتَّخِذُواْ مِن دُونِي وَكِيلاً ﴿٢﴾ ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْداً شَكُوراً ﴿٣﴾ وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوّاً كَبِيراً ﴿٤﴾
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku”, (2). “(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur”. (3). “Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". (4).

Dari surat Al Israa’ ayat 2 – 4 tersebut, diperoleh penjelasan bahwa Allah telah menetapkan (Allah telah mewahyukan) terhadap Bani Israel dalam kitab Taurat, bahwa sesungguhnya mereka akan membuat kerusakan di muka bumi ini (khususnya di negeri Syam**) dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan pasti mereka akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar, mereka akan menimbulkan kelaliman yang besar. Dan pada hari ini, kita semua telah menyaksikan bagaimana perbuatan-perbuatan mereka serta kesombongan mereka. Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Melihat kedzaliman ini, tentunya sebagai saudara sesama muslim, kita tidak boleh tinggal diam. Lakukan yang terbaik untuk membantu saudara-saudara kita di sana, semampu yang bisa kita lakukan. Jika kita mampu membantu saudara-saudara kita di sana dengan tenaga / harta kita, lakukan itu. Sedangkan jika tidak mampu, maka setidaknya panjatkan do’a untuk saudara-saudara kita di sana. Karena Rasulullah SAW. telah bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. (رواه مسلم)  
“Perumpamaan kaum mukminin dalam hal kecintaan, sikap saling menyayangi, dan saling peduli di antara mereka bagaikan satu jasad. Apabila satu anggota jasad itu merasa sakit, seluruh jasad yang lainnya ikut merasakan dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)

Sedangkan dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW. juga telah bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. (رواه البخارى)
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan bangunan yang saling menguatkan.” (HR. Bukhari).

Demikian,
Semoga bermanfaat!

NB.
*) Yang telah Kami berkahi sekelilingnya dengan banyaknya buah-buahan dan sungai-sungai agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda Kami, yaitu sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan Kami (Tafsir Jalalain).

**) Negeri Syam yang dimasa Rasulullah SAW. merupakan satu wilayah / satu kesatuan / satu negara, saat ini telah terpecah menjadi empat negara, yaitu: Palestina, Suriah, Libanon, dan Yordania.

Sabtu, 01 Februari 2014

KESYIRIKAN HANYA AKAN MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang yang melakukan kesyirikan (mempersekutukan Allah) itu hanya akan merendahkan martabatnya sendiri.

Mengapa demikian?

Saudaraku...,
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At Tiin. 4).

Bahkan saat Nabi Adam AS tercipta, Allah telah memerintahkan para malaikat untuk memberikan sujud penghormatan kepada Nabi Adam AS.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ ﴿٣٤﴾
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah* kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. Al Baqarah. 34). Yang dimaksud dengan sujud*) disini adalah menghormati dan memuliakan Adam, bukan berarti sujud menghambakan diri, karena sujud menghambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah SWT.

Saudaraku...,
Dari penjelasan tersebut, menunjukkan betapa tingginya kedudukan manusia itu dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Namun dalam perkembangan berikutnya, manusia itu bisa lebih hina dari hewan bila menuruti hawa nafsunya. Dan puncak dari kehinaan seorang manusia itu adalah ketika yang bersangkutan melakukan kesyirikan.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴿٥﴾
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At Tiin. 4). “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”, (QS. At Tiin. 5).

Saudaraku...,
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya benda (yang disyirikkan) itu lebih rendah dari manusia, sedangkan para musyrikin (orang-orang yang mempersekutukan Allah) telah memuliakan benda itu.

Nah, karena orang-orang yang mempersekutukan Allah telah memuliakan benda (yang disyirikkan) itu, maka tanpa disadari, mereka (para musyrikin) itu menjadi lebih rendah martabatnya dari benda (yang disyirikkan) itu. Padahal benda (yang disyirikkan) itu lebih rendah dari manusia.

Yah...,
Para musyrikin martabatnya lebih rendah dari benda yang disyirikkan, sedangkan benda itu sendiri lebih rendah dari manusia. Dari sini, nampaklah bahwa ketika seorang manusia melakukan kesyirikan, maka dia telah jatuh ke jurang kehinaan yang paling dalam. Na’udzubillahi mindzalika!!!

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴿٥﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ﴿٦﴾
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At Tiin. 4). “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”, (QS. At Tiin. 5).kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. (QS. At Tiin. 6).

Oleh karena itu, sembahlah Allah semata agar diri ini menjadi mulia. Ingatlah firman Allah dalam surat Thaahaa ayat 14 (yang artinya):

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa. 14).

Saudaraku...,
Dalam surat Thaahaa ayat 14 tersebut, Allah telah memerintahkan kita untuk menyembah-Nya, dimana Allah menggunakan kata ganti "AKU" (bukan ”KAMI”) dalam perintah-Nya. Hal ini menunjukkan, bahwa kita memang diperintahkan untuk menyembah Allah saja, tidak boleh beserta yang lainnya.

Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Berikut ini penjelasan Al Qur'an surat Al Ikhlash ayat 1 – 4 :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞