بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Senin, 05 Mei 2014

HUKUMAN BAGI PELAKU PERZINAHAN




Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah SWT. telah berfirman dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 1 – 2 sebagai berikut:

سُورَةٌ أَنزَلْنَاهَا وَفَرَضْنَاهَا وَأَنزَلْنَا فِيهَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لَّعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿١﴾ الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُم بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللهِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٢﴾
(1). “(Ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam) nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya”. (2). “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”. (QS. An Nuur. 1 – 2)

Sedangkan dalam dua hadits berikut ini, diperoleh keterangan sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ أَخْبَرَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ فِيمَنْ زَنَى وَلَمْ يُحْصَنْ جَلْدَ مِائَةٍ وَتَغْرِيبَ عَامٍ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ غَرَّبَ ثُمَّ لَمْ تَزَلْ تِلْكَ السُّنَّةَ. (رواه البخارى)
Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz telah mengabarkan kepada kami Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah bin Abdillah bin 'Utbah dari Zaid bin Khalid Al Juhani mengatakan: “Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh menghukum orang yang berzina dan dia belum menikah dengan dera seratus kali dan diasingkan selama setahun”. Kata Ibnu Syihab: “dan telah mengabarkan kepadaku 'Urwah bin Zubair bahwa Umar bin Khattab pernah mengasingkan (pelaku zina), dan yang demikian menjadi sunnah”. (HR. Bukhari).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menunda ditegakkannya rajam atas wanita al-Ghamidiyah karena ia dalam keadaan hamil. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah wanita ini menanti kelahiran anaknya dan menyusuinya hingga sang anak tidak lagi tergantung dengan susu ibunya.

فَجَاءَتْ الْغَامِدِيَّةُ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي قَدْ زَنَيْتُ فَطَهِّرْنِي. وَإِنَّهُ رَدَّهَا فَلَمَّا كَانَ الْغَدُ قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ ، لِمَ تَرُدُّنِي؟ لَعَلَّكَ أَنْ تَرُدَّنِي كَمَا رَدَدْتَ مَاعِزًا، فَوَاللَهِ إِنِّي لَحُبْلَى. قَالَ: إِمَّا لَا، فَاذْهَبِي حَتَّى تَلِدِي. فَلَمَّا وَلَدَتْ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي خِرْقَةٍ، قَالَتْ: هَذَا قَدْ وَلَدْتُهُ. قَالَ: اذْهَبِي فَأَرْضِعِيهِ حَتَّى تَفْطِمِيهِ. فَلَمَّا فَطَمَتْهُ أَتَتْهُ بِالصَّبِيِّ فِي يَدِهِ كِسْرَةُ خُبْزٍ، فَقَالَتْ: هَذَا يَا نَبِيَّ اللهِ، قَدْ فَطَمْتُهُ وَقَدْ أَكَلَ الطَّعَامَ. فَدَفَعَ الصَّبِيَّ إِلَى رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَحُفِرَ لَهَا إِلَى صَدْرِهَا وَأَمَرَ النَّاسَ فَرَجَمُوهَا فَيُقْبِلُ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ بِحَجَرٍ فَرَمَى رَأْسَهَا فَتَنَضَّحَ الدَّمُ عَلَى وَجْهِ خَالِدٍ فَسَبَّهَا فَسَمِعَ سَبَّهُ إِيَّاهَا فَقَالَ، مَهْ يَا خَالِدُ،  نَبِيُّ اللهِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ تَابَهَا صَاحِبُ مَكْسٍ لَغُفِرَ لَهُ. ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا وَدُفِنَتْ. (رواه مسلم)
Seorang wanita dari kabilah Ghamidiyah datang kepada Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,“ Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina maka (tegakkan rajam) untuk menyucikanku”. Namun, Rasulullah berpaling darinya (tidak membalas permohonannya) hingga keesokan hari ia berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau tolak aku , apakah engkau menolak aku sebagaimana engkau tolak Ma’iz? Demi Allah, aku telah hamil (yakni benar benar berzina). ”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sekarang, pergilah engkau hingga engkau melahirkan (kandunganmu)”. Setelah melahirkan, datang sang wanita membawa bayi pada sebuah kain (yang digendongnya), ia berkata, “Ini anakku, aku telah melahirkannya”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pergilah, susui anakmu hingga engkau sapih.” Setelah menyapihnya, ia datang membawa anaknya yang sedang memegang sepotong roti.

Ia berkata, “Wahai Nabi Allah, aku telah menyapihnya dan ia sudah bisa memakan makanan”. Nabi lalu menyerahkan si anak kepada salah seorang muslimin. Setelah itu, beliau memerintahkan penggalian tanah dan memendam si wanita hingga dadanya, lantas memerintahkan manusia merajamnya.

Khalid bin Walid radhiyallahu anhu datang dan melempari kepala wanita itu dengan sebuah batu. Memancarlah darah ke wajah Khalid sehingga Khalid mencelanya. Nabi SAW. mendengar celaan Khalid terhadap wanita tersebut. Beliau bersabda, “Tunggu, hai Khalid. Demi Dzat yang jiwaku ada di Tangan-Nya, sungguh dia telah bertobat dengan sebuah tobat yang apabila dilakukan oleh pemungut pajak, tentu akan diampuni dosanya.” Selanjutnya, Nabi memerintahkann manusia menshalati dan menguburkan. (HR. Muslim).

-----

Saudaraku...,
Dari firman Allah SWT. dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 1 di atas, diperoleh penjelasan bahwa Allah telah mewajibkan untuk menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam Kitab Suci-Nya. Dan salah satu hukum yang harus ditegakkan adalah hukuman cambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun bagi pezina yang belum pernah menikah (sebagaimana penjelasan Al Qur’an surat An Nuur ayat 2 dan hadits riwayat Bukhari di atas) serta hukuman rajam bagi pezina yang sudah pernah menikah (sebagaimana penjelasan hadits riwayat Muslim di atas).

Jika kita perhatikan, bahwa hukuman bagi pezina tersebut memang nampak sangat berat. Namun penerapan hukuman tersebut akan dapat memberikan efek yang sangat baik terhadap masyarakat. Karena jika hukuman tersebut tidak diterapkan dalam suatu masyarakat, maka tidak akan pernah ada efek jera bagi pelakunya sehingga dipastikan dampak negatifnya akan semakin nyata yaitu dengan semakin merajalelanya perbuatan mesum, perzinahan, pelacuran, sehingga akan semakin merajalela juga berbagai penyakit kelamin yang ditimbulkannya seperti gonorrhea, syphilis, HIV/AIDS, dll. Lebih dari itu, juga akan semakin banyak anak-anak yang tidak jelas nasabnya yang pada akhirnya akan dapat menggeser masyarakat manusia menjadi masyarakat binatang. Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku...,
Oleh karena demikian dahsyatnya dampak dari perzinahan tersebut, maka jangankan melakukan perzinahan, mendekatinya saja sudah terlarang (apalagi sampai melakukan perzinahan)! Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Israa’ ayat 32:

وَلَا تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلًا ﴿٣٢﴾
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Israa’. 32).

-----

Saudaraku...,
Ada satu hal yang ingin kusampaikan terkait hukuman rajam (bagi pezina yang sudah pernah menikah) maupun hukuman cambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun (bagi pezina yang belum pernah menikah) sebagaimana uraian di atas. Bahwa meskipun hukuman bagi pezina tersebut nampak sangat berat, namun dalam kenyataannya hukuman tersebut hampir mustahil dilaksanakan.

Hal ini karena untuk bisa dilaksanakannya hukuman tersebut, disyaratkan harus ada minimal empat orang saksi yang benar-benar secara meyakinkan telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri atas perbuatan zina tersebut. Artinya jika hanya dihadirkan tiga orang saksi (apalagi kurang dari itu), sementara si pelaku mengelak/tidak mengakui perbuatannya, maka hukuman tersebut tidak bisa dilaksanakan.

Dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 4, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاء فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَداً وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٤﴾
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik*.” (QS. An Nuur. 4). *) Yang dimaksud dengan fasik adalah orang yang tidak mengindahkan perintah Allah SWT.

Terkecuali jika si pelaku sendiri secara meyakinkan menyatakan pengakuannya atas perbuatan zina yang telah dilakukan, maka meskipun tidak ada saksi hukuman tersebut tetap bisa dilaksanakan (sebagaimana penjelasan hadits riwayat Muslim di atas).

-----

Saudaraku...,
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa adanya hukuman yang sangat berat bagi pezina, hal ini mengindikasikan adanya dampak negatif yang sangat nyata dan kompleks dari akibat perzinahan tersebut terhadap masyarakat (sebagaimana penjelasan di atas). Disamping itu juga mengindikasikan betapa besarnya dosa perbuatan zina tersebut, sebagaimana penjelasan hadits berikut ini:

Ibn Mas’uud r.a. berkata:

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَىُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَاللهِ؟ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ للهِ نِدًّاوَهُوَ خَلَقَكَ. قُلْتُ إِنَّ ذلِكَ لَعَظِيْمٌ. قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشْيَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ. قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ أَنْ تُزَانِىَ بِحَلِيْلَةِ جَارِكَ. (رواه البخارى ومسلم وأحمد و الترمذى والنساءى)
Saya bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah dosa yang terbesar di sisi Allah?” Jawabnya: “Mengadakan sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menjadikan kamu”. Aku tanya: “Kemudian apakah?” Jawabnya: “Membunuh anakmu karena khawatir makan bersamamu”. Aku tanya: “Kemudian apakah?” Jawabnya: “Berzina dengan isteri tetanggamu”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i).

Meskipun demikian, dalam kenyataannya hukuman tersebut hampir mustahil untuk dilaksanakan karena untuk bisa dilaksanakannya hukuman tersebut, disyaratkan harus ada minimal empat orang saksi yang benar-benar secara meyakinkan telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri atas perbuatan zina tersebut. Hal ini sekaligus juga mengindikasikan adanya kesempatan yang sangat luas bagi pelaku zina untuk segera bertaubat kepada Allah, karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. (Wallahu a'lam bish-shawab).

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى ﴿٨٢﴾
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar”. (QS. Thaahaa. 82).

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).

Wallahu a’lam,
Semoga bermanfaat.



Sabtu, 03 Mei 2014

PADA AKHIRNYA SEMUANYA AKAN PERGI MENINGGALKAN KITA



Assalamu’alaikum wr. wb.

Pada suatu hari Kang Fulan bertemu dengan Kang Nafil, sahabatnya yang sudah sangat lama berpisah. Setelah berbincang-bincang secukupnya, Kang Fulanpun menawari Kang Nafil untuk mampir ke rumahnya.

Kang Nafil: “Sudah dibuatkan masakan oleh istri, belum?”

Kang Fulan: “Belum, karena masakan yang kemarin masih banyak. Apalagi yang dimasak sayur terong lagi, ya alhamdulillah nggak perlu mengunyah. Hehe!”

Kang Nafil: “Hwahaha! Bener banget Kang Fulan, itu. Apalagi kita-kita ini sudah mulai beranjak tua. Gigi sudah pada nggak kerasan menemani kita alias sudah banyak yang tanggal / copot. Jadi kalau sayurnya terong, nggak perlu bersusah-payah saat mau makan.”  ^_^

Kang Fulan: “Betul Kang Nafil! Berangsur-angsur, pelan tapi pasti, pada akhirnya semua yang kita sayangi akan pergi meninggalkan kita...”

-----

Saudaraku...,
Sungguh benar perbincangan kedua sahabat itu. Berangsur-angsur, perlahan namun pasti, pada akhirnya semua yang kita sayangi akan pergi meninggalkan kita!

Saudaraku...,
Perlahan namun pasti, gigi ini berangsur-angsur semakin banyak yang nggak kerasan menemani kita alias semakin banyak yang tanggal / copot. Perlahan namun pasti, hitamnya rambut ini sedikit demi sedikit juga pergi meninggalkan kita dan berganti menjadi putih. Kencangnya/segarnya kulit ini secara perlahan juga mulai lenyap, sementara keriputnya kulit ini semakin akrab menemani kita. Ketampanan / kecantikan paras wajah ini secara perlahan juga mulai memudar, sementara kerut-kerut wajah ini semakin banyak menyertai kita. Demikian seterusnya...

Bahkan sesungguhnya tidak hanya anggota tubuh kita yang secara perlahan (namun pasti) akan pergi meninggalkan kita, tetapi semua yang ada di sisi kita yang kita cintai pada akhirnya juga akan pergi meninggalkan kita!

Yah,
Semua yang ada di sisi kita yang kita sayangi, yaitu: harta yang saat ini dalam genggaman kita, jabatan yang saat ini ada di tangan kita, juga orang-orang yang kita cintai (ibu bapak kita, saudara-saudara kita, istri kita, dst.), sesungguhnya semuanya itu pada akhirnya akan pergi meninggalkan kita.

Ibarat air hujan yang turun dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan yang ada di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan lenyap diterbangkan oleh angin. Demikianlah gambaran tentang kehidupan dunia ini, dimana pada akhirnya semuanya akan lenyap. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ اللّهِ بَاقٍ وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿٩٦﴾
”Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An Nahl. 96).

وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاء أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيماً تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِراً ﴿٤٥﴾
”Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Kahfi. 45).

Jika sudah demikian, masihkah kita membanggakan gagahnya / gemulainya fisik kita, ketampanan / kecantikan wajah kita? Jika sudah demikian, masihkah kita menyombongkan harta yang saat ini ada dalam genggaman kita, jabatan yang saat ini ada di tangan kita? Dst., dst... (na’udzubillahi mindzalika!). Atau sebaliknya? Tentunya semuanya akan kembali pada diri kita masing-masing, sikap mana yang akan kita pilih.

... إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً ﴿٣٦﴾
“… Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” (QS. An Nisaa’. 36).

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿١٨﴾
”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman. 18).

NB.
Bang Fulan dan Bang Nafil pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Kamis, 01 Mei 2014

MEYAKINI KEILAHIAN ISA AL MASIH?



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Dalam sebuah diskusi terbuka di facebook pada bulan Maret 2013, seorang non-muslim telah mengutip sejumlah ayat-ayat Al Qur’an serta Al Hadits untuk memperkuat pendapatnya tentang keilahian Isa Al Masih*. Dia telah membuat pernyataan sebagai berikut (mohon maaf; untuk penulisan teks ayat-ayat Al Qur’an dengan huruf latin yang dia sampaikan, telah saya koreksi):

Felix Fedyanto, wrote:
Semoga bermanfaat: Iyyaaka na'budu waiyyaaka nasta'iin. Ihdinashshiraathal mustaqiim. "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan tunjukilah kami jalan yang lurus". (QS. 1: 5 – 6).

Saya teruskan membaca Al Qur'an ayat demi ayat, surat demi surat saya temukan jawabannya yang berbunyi: "wa innahu la’ilmul lissaa’ati fal’a tamtarunna bih’a wattabi’uuni, haadzaa shiraatum mustaqiim". “Dan sesungguhnya Isa Al Masih itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus”. (QS. Az Zukhruf 43: 61).

Di situ Al Qur'an menyatakan bahwa Isa Al Masih memberi pengetahuan tentang hari kiamat. Timbul pertanyaan dalam hatiku: "Bukankah hanya Allah SWT yang mengetahui tentang hari kiamat itu?" Sebab kalau menurut pernyataan Al Qur'an Surat Luqman, bahwa pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya di sisi Allah. "Innallaaha `indahu `ilmussaa'ati..." Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; ...  (QS. Luqman 31: 34).

Tapi mengapa Isa Al Masih juga mengetahui lalu siapakah sebenarnya sosok manusia yang bernama Isa Al Masih itu ?

Untuk mengetahui lebih lanjut siapakah sebenarnya Isa Al Masih itu, saya bolak balik membaca Al Qur'an. Lalu di saat saya membaca Surat Ali ‘Imraan 3: 45, disitu kutemukan jawaban yang bunyinya demikian: "Idz qaalatil malaa-ikatu yaa maryamu innallaaha yubasysyiruki bikalimatim minhusmuhul masiihu 'iisabnu maryama wajiihan fiddunyaa wal aakhirati wa minal muqarrabiin". Ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”, (QS. Ali ‘Imraan 3: 45).

Saya merasa terentak melihat pernyataan ayat di atas itu, kata hati rohani saya semakin menyadari dan memahaminya. Karena dengan jelas dan tegas ayat itu mengatakan bahwa Isa Al Masih dalam pra keberadaan-Nya atau sebelum ada di dalam kandungan Maryam adalah Kalam atau Firman dari Allah. Kata Al Masih artinya yang diurapi yang ditahbiskan atau yang dinobatkan, serta diikuti dengan kata wajiihan fiddunyaa wal aakhirah, yang artinya terkemuka di dunia dan di akhirat.

Jadi secara tersirat dan tersurat ayat itu menyatakan bahwa Isa Al Masih itu pada hakikatnya adalah Firman Allah yang diurapi dengan status kedudukan terkemuka di dunia dan di akhirat.

Pertanyaannya, siapakah oknum yang punya kedudukan dan kehormatan terkemuka di dunia dan di akhirat kecuali Allah SWT. Lalu, siapakah sebenarnya Isa Al Masih itu? Sebab tidak ada manusia, Nabi, Rasul sampai Malaikatpun yang punya kedudukan atau kehormatan terkemuka di dunia dan di akhirat.

Saya dibuat semakin bertanya-tanya dan akhirnya saya temukan juga jawabannya dalam Surat An Nisaa 4: 171 yang saya ambil pointnya saja demikian bunyinya: "Innamaal masiihu ‘iisabnu maryama rasuulullahi wa kalimatuhu al qaahaa ilaa maryama wa ruuhum minhu". Artinya: Sesungguhnya Al Masih Isa Putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan Roh dari-Nya". (QS. An Nisaa 4: 171).

Dari sini bisa saya simpulkan bahwa ayat di atas menyatakan Isa Al Masih itu utusan Allah, Isa Al Masih itu Firman Allah, Isa Al Masih itu Roh Allah, ayat itu juga didukung Hadits Shahih Bukhari (HSB) 1496 dan Hadits Anas Bin Malik hal. 72: “ISA itu sesungguhnya Roh Allah dan Kalam Allah”.
.....

Felix Fedyanto, wrote:
Dalam Al Qur'an:
1. QS. 19: 19 — Isa Al Masih seorang anak laki-laki yang suci.
2. QS. 19: 21 — Isa Al Masih sebagai tanda bagi manusia dan rahmat dari Allah.
3. QS. 3: 46, 5: 19, 20, 110 — Isa Al Masih semasa dalam buaian dan ayunan sudah bisa berbicara dengan manusia.
4. QS. 19: 31 — Isa Al Masih seorang yang diberkati Allah dimana saja berada.
5. QS. 3: 49, 5: 110 — Isa Al Masih, menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan penyakit sopak (lepra) dan menghidupkan orang mati.
6. QS. 3: 45 — Isa Al Masih adalah Kalam Allah, terkemuka di dunia dan di akhirat.
7. QS. 4: 171 — Isa Al Masih utusan Allah, Kalam Allah dan Roh Allah.
8. QS. 21: 91 — Isa Al Masih dan ibunya dijadikan tanda yang besar bagi semesta alam.

Dalam Hadits:
l. HSB. 1496 — Isa Al Masih itu utusan Allah, Kalam Allah, Rob Allah.
2. HSB. 1090 dan HSM 127 — Isa Al Masih akan turun menjadi Hakim yang adil.
3. H. Anas bin Malik hal. 72 — Isa Al Masih Roh Allah dan Kalam Allah.
4. HSM Jilid I hal. 74 — Isa Al Masih adalah Iman Mahdi dan Hakim yang adil.
5. H. Ibnu Majah — Tidak ada Imam Mahdi selain Isa Al Masih putra Maryam.

Dengan dukungan dan pernyataan beberapa ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits perasaan saya seperti disinari dengan pancaran terang kebenaran untuk terus melangkah menuju "Jalan Keselamatan".
.....

-----

Bai Qoni, wrote:
Kasihan juga si Felix Fedyanto ingin tahu tentang Islam tapi dari sumber yang sesat. Nih aku sedikit kasih tahu apa yang dimaksud dengan jalan yang lurus biar nggak kege-eran menyangka yang dimaksud jalan yang lurus adalah Yesus. Simak yah!

“Iyyaa kana' budu wa iyya kanasta'iin" (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan). Siapakah yang dituju untuk disembah? Dan dimintai pertolongan? Iyyaka na'budu bermaksud Kepada-Mu ( Allahu ahad ) kami menyembah mengesakan dan takut dan berharap, wahai Tuhan tidak ada selain-Mu". Dan Iyyaka nasta'in bermaksud "Kami minta tolong kepada-Mu (Allahush shamad) tempat hamba bergantung untuk menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat kepentingan". Dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, juga bermakna Allah menyuruh supaya tulus ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala urusan."

Lalu kita lanjutkan dengan: “Ihdinash shiraathal mustaqiim“. Apa itu shiraathal mustaqiim? Yaitu jalan yang lurus yang jelas tidak berliku-liku. Shiraatal mustaqiim, ialah: mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah SAW. Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Asshiratul mustaqiim kitabullah”. Juga berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima lainnya.

Lantas siapakah mereka yang mendapatkan petunjuk jalan yang lurus? “Shiraathalladziina an'amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaallin“ (Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Tuhan atas mereka dan bukan jalan yang dimurkai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang yang sesat). Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah ditempuh oleh orang-orang yang mendapat ridha dan nikmat dari Allah ialah mereka yang tersebut dalam ayat 69 An-Nisaa’: “Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan merekalah sebaik-baik kawan. (An-Nisaa’. 69). Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat 70: "Dzaalikal fadhlu minallaahi wakafaa billaahi ‘aliimaa" (Itulah kurnia Allah dan cukup Allah yang Maha Mengetahui.)

Ibnu Abbas berkata: "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin. Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah mengetahui kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka telah mengetahui kitab Allah tetapi tidak melaksanakannya, juga bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengetahui.

Bai Qoni, wrote:
Kemudian mengenai pemerkosaan penafsiran dalam surat Az Zukhruf: 61 juga merupakan model senjata yang sudah tumpul yang selalu digunakan misionaris untuk memuluskan misi kristenisasinya. Coba kamu simak nih Felix Fedyanto, dalam surat Az Zukhruf tersebut biasa dihubungkan dengan surat Al Fatihah di atas, lantas coba dilegalisir dengan Yohanes 14: 16. Inilah strategi yang seolah-olah cerdas yang biasa kalian lakukan.

Di dalam Injil, Yohanes 14: 6 Isa berfirman: “Akulah jalan untuk mengenal Allah dan untuk mendapat hidup. Tidak seorang pun yang dapat datang kepada Allah kalau tidak melalui Aku”. Ayat ini jelas dan sering menghantui saya kerana di dalam surah Al-Fatihah 1: 6 “Ihdinash shiraatall mustaqiim” yang bermaksud ‘tunjukkanlah aku jalan yang lurus’. Setiap kali waktu saya sembahyang, saya membaca ayat ini untuk meminta petunjuk agar ditunjukkan jalan yang lurus. Kepercayaan kepada Isa Al-Masih membawa jaminan penyelamatan. Ini terbukti di dalam Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf 61 yang berbunyi: “haadzaa shiraatum mustaqiim” yang maksudnya; “Ikutlah Aku, inilah jalan yang lurus”.

MARI KITA KAJI

Apakah Maksud Sebenarnya dari Surah Al-Zukhruf, ayat 61?
Mari kita lihat tafsiran ayat Surah Al-Zukhruf ayat 61 yang dipergunakan oleh misionaris Kristian:

“Ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus”

Ayat di atas hanyalah sebahagian daripada ayat yang termaktub di dalam Surah Al-Zukhruf ayat 61 dan terjemahan yang sepenuhnya ialah:

“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”

Tetapi apa yang misionaris sengaja melakukannya ialah mereka hanya mengambil ayat ini untuk menguatkan/melagalisir ayat Yohanes 14:6, tanpa menurunkan seluruh konteks ayat ini. Ayat ini hanyalah merupakan sebagian daripada keseluruhan Firman Allah sendiri yang dengan jelas menegaskan tentang siapa ‘Isa itu, dan tidak langsung tertuju kepada perkataan ‘Isa . Di sini kami tunjukan seluruh konteks ayat-ayat (termasuk ayat di atas) di mana Allah-lah yang sebenarnya berbicara di dalam ayat di atas, dan bukannya Nabi ‘Isa:

“Isa itu tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Kerana itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan; sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Surah Al-Zukhruf: 59-62)

Sekali lagi terlihat misionaris Kristian yang memalsukan penafsiran ayat ini sudah pecah, dengan pembohongan yang jelas hanya menjerat diri sendiri. Dengan jelas kita dapat melihat bahawa Allah-lah yang berfirman di dalam Surah Al-Zukhruf ayat 62 dan bukannya sabda ‘Isa a.s. Malah, kita melihat bahwa Al-Qur’an dengan tegas menjelaskan bahwa ‘Isa itu hanyalah semata-mata hamba Allah:

“Isa itu tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Surah Al-Zukhruf: 59)

Masih menyangkal ???

-----

Imron Kuswandi M., wrote:

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيّاً ﴿٣٠﴾ وَجَعَلَنِي مُبَارَكاً أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيّاً ﴿٣١﴾
(30) “Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi”. (31) “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup”; (QS. Maryam. 30 – 31).

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ... ﴿٦﴾
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) ..." (QS. Ash Shaaf. 6).

-----

Felix Fedyanto, wrote:
@Imron = Wkwkwkwkwk tidak ada nabi selain di Israel saja! Keselamatan hanya datang dari bangsa Israel bukan dari bangsa Arab, hahaha hahaha.

Felix Fedyanto, wrote:
Israel adalah umat pilihan Allah, asal - usul nama Israel adalah Yakub! Arti dari Israel adalah pangeran Allah luar biasa ada tertulis siapa yang mengutuk Israel akan dikutuk, siapa yang memberkati Israel akan diberkati. Jadi mana ada bangsa Arab seperti Israel

-----

Imron Kuswandi M., wrote:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At Taubah. 30).

اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٣١﴾
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS At Taubah. 31).

-----

Felix Fedyanto, wrote:
Kalian seharusnya meneladani Isa Al Masih sewaktu masih hidup bukan mengutuk, merendahkan, menghina, bahkan meragukan keilahian Isa Al Masih sebagai juru selamat untuk umat manusia! Bagaimana kalian mengaku mengenal Isa Al Masih sungguh statement lelucon jika Islam mengikuti Isa Al Masih yang merupakan jalan lurus tersebut.

Felix Fedyanto, wrote:
@Imron = jika manusia menjadi Allah itu mustahil, bagaimana jika Allah yang menjadi manusia apakah itu mustahil? Segala yang dibentuk oleh Allah melalui firman-Nya jika Allah berfirman maka jadi (kun fayakun). Mustahilkah jika Allah yang turun ke dunia? Tolong dijawab! Yesus berkata aku turun dari surga dan Yesus berkata aku adalah alfa dan omega yang awal dan yang akhir yang pertama dan yang kemudian bukankah itu bukti bahwa Yesus adalah Allah yang turun dari surga?

-----

Imron Kuswandi M., wrote:
@Felix: Kiranya tulisanku berikut ini (secara tidak langsung) sudah cukup untuk menjawab pertanyaan anda:

ALLAH BISA BERBUAT APA SAJA

Assalamu'alaikum wr. wb.

Seorang teman telah bertanya: Pak Imron, ana mau tanya boleh ’nggak? Seperti ini pertanyaannya: ada temannya temanku pernah dapat sms, "Tuhan itu diktator" katanya. Dia lalu langsung cari anak itu dan tanpa ngomong langsung dipukul, akhirnya urusan polisi. Yang ana sesalkan kenapa dia menjawab dengan tindakan, kenapa ’nggak dengan kata-kata yang lembut dan benar. Tapi yang ana tanyakan: gimana jawabnya seandainya ana dapat pertanyaan seperti itu? Mungkin Pak Imron bisa kasih ana ilmu tentang itu... Terimakasih Pak Imron... sebelumnya.

Saudaraku…,
Sebelumnya aku sampaikan terimakasih atas kesediaannya untuk bersama-sama belajar. Dan semoga semangat untuk belajar tidak pernah padam hingga akhir hayat kita. Amin...!!!

Dari pesan yang saudaraku sampaikan tersebut, nampaknya saudaraku telah menanyakan bagaimana jawabnya seandainya saudaraku mendapat pertanyaan dari seseorang bahwa "Tuhan itu diktator" ?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita perhatikan sedikit ilustrasi berikut ini:

Saudaraku…,
Bagi kita yang telah bekerja dan berpenghasilan cukup, maka dengan penghasilan yang kita miliki, kita bisa saja membeli minuman keras dan meminumnya. Masalahnya adalah: kita tidak mau melakukannya. Artinya, jika selama ini kita tidak pernah membeli minuman keras dan meminumnya, hal ini bukan berarti kita tidak bisa melakukannya. Tetapi karena kita memang tidak mau melakukannya.

Hal ini berbeda dengan pertanyaan berikut ini: ”Bisakah kita pergi dan mendarat di permukaan matahari?”. Jawabannya jelas tidak bisa, karena teknologi yang ada sekarang belum memungkinkan untuk melakukan hal itu. Artinya, jika selama ini kita tidak pernah pergi dan mendarat di permukaan matahari, hal ini bukan karena kita tidak mau melakukannya. Tetapi karena kita memang tidak bisa melakukannya.

Saudaraku…,
Sebagai Sang Maha Pencipta, maka pastilah Allah itu bisa melakukan apa saja dan bisa menciptakan apa saja (hal ini sangat berbeda dengan kita sebagai makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana ilustrasi di atas). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾
”Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlash. 1 – 4).

Masalahnya adalah: apakah Allah mau melakukannya atau tidak...!!!

Contoh: Bisakah Allah memasukkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, ke dalam api neraka? Jawabnya pasti bisa. Hanya saja Allah tidak mau melakukan hal itu. Karena Allah telah berjanji dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 198, yang artinya adalah:

لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْاْ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلاً مِّنْ عِندِ اللّهِ وَمَا عِندَ اللّهِ خَيْرٌ لِّلأَبْرَارِ ﴿١٩٨﴾
”Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan-nya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali ’Imran. 198).

Adalah mustahil bagi Allah untuk memasukkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, ke dalam api neraka (meskipun Allah bisa melakukannya). Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.

... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ ...
"... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Contoh yang lain: Bisakah Allah menghidupkan seorang manusia terus menerus hingga ke alam akhirat (tanpa mengalami kematian)? Jawabnya pasti bisa. Hanya saja Allah tidak mau melakukan hal itu. Karena Allah telah berjanji dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 185, yang artinya adalah:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿١٨٥﴾
”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS. Ali ‘Imran. 185).

Mustahil bagi Allah untuk menghidupkan seorang manusia terus menerus hingga ke alam akhirat (tidak mengalami kematian), meskipun Allah bisa melakukannya. Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji. "... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Contoh yang lainnya lagi: Bisakah Allah mengeluarkan para ahli neraka dari neraka, kemudian menghidupkannya kembali serta mengembalikannya ke dalam dunia ini? Jawabnya pasti bisa. Hanya saja Allah tidak mau melakukan hal itu. Karena Allah telah berjanji dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 167, yang artinya adalah:

وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧﴾
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka”. (QS. Al Baqarah. 167).

Adalah mustahil bagi Allah untuk mengeluarkan para ahli neraka dari neraka, kemudian menghidupkannya kembali serta mengembalikannya ke dalam dunia ini, meskipun Allah bisa melakukannya. Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji. "... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Demikian seterusnya. Sehingga dari gambaran tersebut, nampaklah bahwa meskipun Allah itu bisa melakukan apa saja dan bisa menciptakan apa saja, namun bukan berarti bahwa Allah itu diktator. Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana. Sebagaimana janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).

Sedangkan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:  

وَعْدَ اللَّهِ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
"(sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar Ruum. 6).

Semoga bermanfaat.

Imron Kuswandi M., wrote:
@Felix: Saya tidak heran dengan tanggapan anda, karena Al Qur'an telah mengisyaratkan hal itu:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ... ﴿١٠٩﴾
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran ...” (QS. Al Baqarah. 109).

وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِن بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيبٍ ﴿١٤﴾
”Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka*. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil)** sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu”. (QS. Asy Syuura. 14)

*) Maksudnya: Ahli-ahli kitab itu berpecah belah sesudah mereka mengetahui kebenaran dari nabi-nabi mereka. Sesudah datang Nabi Muhammad SAW dan nyata kebenarannya, merekapun tetap berpecah belah dan tidak mempercayainya.

**) Yang dimaksud dengan ”orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab” adalah ahli kitab yang hidup pada masa Nabi Muhammad SAW.

Imron Kuswandi M., wrote:
@Felix: Tentang keilahian Isa Al Masih, hal ini sebenarnya sudah terbantahkan oleh penjelasan Al Qur’an surat At Taubah ayat 30 – 31 sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At Taubah. 30).

اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٣١﴾
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS At Taubah. 31).

Bai Qoni, wrote: Nice...

ü Sampai di sini, Felix Fedyanto sudah tidak memberi tanggapan lagi.

-----

Demikian hasil diskusi ini,
Semoga bermanfaat.

NB.
*)  Al Masih artinya mengusap; mengusap orang mati menjadi hidup kembali, mengusap orang sakit jadi sembuh, dll. (yang semuanya itu atas ijin Allah SWT).
ü Ada baiknya juga untuk dibaca, artikel yang berjudul: “Diskusi Tentang Agama / Keyakinan(silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2013/05/diskusi-tentang-agama-keyakinan.html ) serta artikel yang berjudul: Toleransi Beragama III” (silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2013/05/toleransi-beragama-iii_6587.html ).


Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞