Saudaraku…,
Tentunya kebanyakan diantara kita sangat berharap akan dapat menjadi orang yang sukses. Karena orang yang sukses biasanya identik dengan orang yang dalam hidupnya diliputi oleh kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan karena keberhasilan demi keberhasilan telah diraihnya dengan baik.
Namun, betulkah keberhasilan demi keberhasilan yang telah diraih tersebut akan mampu menjamin seseorang untuk mandapatkan kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang hakiki (kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang sebenar-benarnya)? Jika memang demikian, mengapa masih bisa dijumpai orang-orang yang frustasi justru ditengah limpahan harta? Mengapa masih bisa ditemui orang-orang yang gelisah justru ketika karirnya sedang menanjak? Mengapa masih ada saja orang-orang yang selalu murung, justru ketika segala pujian datang menyapanya?
Saudaraku…,
“Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih”. (QS. Ali ’Imran. 188). Na’udzubillahi mindzalika!
Saudaraku…,
Untuk apa harta yang melimpah, jika hal ini hanya menjauhkan kita dari-Nya? Untuk apa jabatan/pangkat yang tinggi, jika hal ini hanya menjauhkan kita dari-Nya? Untuk apa segala pujian datang menyapa, jika hal ini malah menjauhkan kita dari-Nya? Untuk apa …, dst., jika semuanya ini justru menjauhkan kita dari-Nya?
Saudaraku…,
Sesungguhnya ukuran kesuksesan itu adalah: apabila keberhasilan demi keberhasilan yang telah kita raih tersebut mampu membawa kita untuk semakin dekat kepada-Nya. Karena hanya dengan jalan inilah kita akan mampu menggapai kebahagiaan, kesenangan, maupun kegembiraan yang hakiki, dimana kita akan memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah kita kerjakan dan kita akan aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi karena kelak Allah akan memasukkan kita ke dalam rahmat (surga)-Nya.
”Dan di antara orang-orang Arab Badwi itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh do`a Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. At Taubah. 99).
”Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)”. (QS. Saba’. 37).
”Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti”. (QS. Al Israa’. 57).
Semoga bermanfaat.
NB.
Semoga kita semuanya tidak hanya bisa meraih kesuksesan dari sudut pandang manusia, namun juga bisa meraih kesuksesan yang hakiki (kesuksesan yang sebenar-benarnya) bukan kesuksesan yang semu belaka. Amin!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar