Saudaraku…,
Ketika seseorang mulai mencoba untuk melakukan kecurangan/korupsi (karena sudah mulai ada kesempatan), biasanya pada awalnya akan terjadi pertarungan antara perasaan bersalah/berdosa dengan perasaan senang karena memperoleh pendapatan ekstra. Namun, jika hal ini diulang dan terus diulang kembali, maka perasaan bersalah/berdosa tersebut berangsur-angsur akan berkurang dan pada akhirnya bisa menghilang. Hingga yang tersisa tinggallah perasaan senang karena memperoleh pendapatan ekstra tersebut.
Celakanya, dengan berjalannya waktu, biasanya yang bersangkutan semakin terampil dan berpengalaman dalam melakukan kecurangan/korupsi tersebut. Sehingga tidak tertutup kemungkinan, kesuksesan demi kesuksesan justru dapat diraihnya. Rasanya semua pintu-pintu kesenangan semakin terbuka untuknya. Dan dia bergembira dengan apa yang telah diberikan kepadanya. Seolah-olah dia akan hidup untuk selama-lamanya. Seolah-olah maut tidak akan pernah menyapanya. Seolah-olah semua perbuatannya tidak akan pernah dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya, kelak dikemudian hari.
Dia lupa, bahwa dalam Al Qur’an surat At Takaatsur, Allah telah berfirman: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (QS. At Takaatsur. 8).
Saudaraku…,
Pada saat yang sama, dia (mungkin) juga tidak menyadari, bahwa sesungguhnya dia benar-benar berada di bawah ancaman siksa Allah. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam: 44). Na’udzubillahi mindzalika!
Saudaraku…,
Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku". (QS. Al An’aam: 15). Dan “Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’raaf: 55).
Semoga, kita tidak sampai terperdaya oleh kehidupan dunia ini. Dan semoga kita tidak sampai tertipu oleh syaitan, hingga mampu memperdayakan kita tentang Allah. “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Faathir. 5).
Semoga bermanfaat.
Subhanallah!
BalasHapus