بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Senin, 05 Desember 2016

RIDHO DIATUR ALLAH



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Ketika seseorang membeli kendaraan baru, biasanya disertakan pula buku manualnya. Buku manual/manual book, manual service atau manual repair adalah buku panduan yang digunakan dalam memandu penggunaan kendaraan maupun pelaksanaan service yang mengacu pada standar service pabrik. Isi dari manual book biasanya terdiri dari: spesifikasi kendaraan, cara bongkar pasang mesin, dll.

Dengan adanya manual book tersebut, maka banyak keuntungan yang bisa di peroleh dalam penggunaan kendaraan maupun dalam pelaksanaan service kendaraan. Dengan adanya manual book tersebut, bagi pemilik kendaraan akan lebih mengenal kendaraan tersebut sehingga pemilik kendaraan akan dapat menggunakan kendaraan tersebut dengan baik dan apabila ada trouble kecil pada kendaraan maka trouble kecil tersebut bisa diatasi sendiri. Sedangkan bagi para mekanik, tidak akan ada lagi proses coba-coba dalam melaksanakan service kendaran.

Mengapa semua pihak baik pemilik kendaraan maupun para mekanik harus mengacu pada buku manual yang diberikan oleh pabrik dalam penggunaan kendaraan maupun dalam pelaksanaan service kendaraan? Jawabannya adalah karena pabriklah yang telah memproduksi kendaraan tersebut, maka pabrik pula yang paling tahu tentang tata cara penggunaan kendaraan maupun pelaksanaan service-nya. Oleh karenanya jangan coba-coba mengarang sendiri jika tidak ingin mendapatkan masalah.

Saudaraku,
Hal yang sama juga terjadi pada diri kita. Karena Allah-lah yang telah menciptakan diri kita beserta seluruh alam semesta ini, maka Allah pula yang paling tahu tentang diri kita beserta seluruh alam semesta ini. Oleh karenanya serahkan semuanya kepada Allah, karena Dia-lah yang terbaik dalam mengelola kehidupan ini.

Saudaraku,
Sebagai konsekuensi logis dari hal ini, maka apapun yang datang dari-Nya, sikap kita adalah:  سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا  (kami mendengar dan kami patuh). Artinya apapun yang datang dari-Nya, kita terima dan kita laksanakan apa adanya (seutuhnya) tanpa adanya tawar menawar sedikitpun.

Allah SWT. berfirman dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 51:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nuur. 51)

Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Ahzaab ayat 36, Allah SWT. berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzaab. 36)

Saudaraku,
Dari penjelasan Al Qur’an surat An Nuur ayat 51 dan surat Al Ahzaab ayat 36 di atas, menunjukkan bahwa kita harus ridho diatur oleh Allah (yakni dengan mentaati Allah dan rasul-Nya). Karena Allah-lah yang telah menciptakan diri kita beserta seluruh alam semesta ini, maka Allah pula yang paling tahu tentang diri kita beserta seluruh alam semesta ini. Oleh karenanya serahkan semua urusan hanya kepada-Nya, karena Dia-lah yang terbaik dalam mengelola kehidupan ini. Dan jangan coba-coba mengarang sendiri jika tidak ingin mendapatkan masalah.

أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللهِ كَمَن بَاءَ بِسَخَطٍ مِّنَ اللهِ وَمَأْوَىٰهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ ﴿١٦٢﴾
“Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Ali ‘Imraan. 162).

فَانقَلَبُواْ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُواْ رِضْوَانَ اللهِ وَاللهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ ﴿١٧٤﴾
“Maka mereka kembali dengan ni`mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah*. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Ali ‘Imraan. 174).

*) Mengikuti keridhaan Allah yakni dengan mentaati Allah dan rasul-Nya. (Tafsir Jalalain/Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy)

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا ءَاتَـــٰهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). (QS. At Taubah. 59).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Jika mereka sungguh-sungguh rida dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya) berupa ganimah dan hal-hal yang sejenis dengannya (lalu mereka mengatakan, "Cukuplah bagi kami) yakni telah mencukupi kami (Allah, Dia akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya dan demikian pula Rasul-Nya) ganimah yang lainnya yang dapat mencukupi kami (sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.") semoga Dia memberikan kecukupan kepada kami. Jawab daripada lafal lau ialah lakaana khairan lahum (tentulah yang demikian itu lebih baik dari mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

Saudaraku,
Sebagai orang-orang yang beriman, maka keridhaan Allah dan Rasul-Nya adalah lebih patut untuk kita cari daripada yang lain.

وَمِنْهُمُ الَّذِينَ يُؤْذُونَ النَّبِيَّ وَيَقُولُونَ هُوَ أُذُنٌ قُلْ أُذُنُ خَيْرٍ لَّكُمْ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَيُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَرَحْمَةٌ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمْ وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللهِ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٦١﴾ يَحْلِفُونَ بِاللهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَن يُرْضُوهُ إِن كَانُواْ مُؤْمِنِينَ ﴿٦٢﴾
(61) Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: "Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya". Katakanlah: "Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mu'min, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu". Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (62) Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, padahal Allah dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mu'min. (QS. At Taubah. 61 – 62).

Sekali lagi, sebagai orang-orang yang beriman maka keridhaan Allah dan Rasul-Nya adalah lebih patut untuk kita cari daripada yang lain. Karena ridho Allah adalah lebih baik dari dunia seisinya.

وَعَدَ اللهُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَـــٰتِ جَنَّـــٰتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَـٰــرُ خَـــٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَـــٰكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّـــٰتِ عَدْنٍ وَرِضْوَانٌ مِّنَ اللهِ أَكْبَرُ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿٧٢﴾
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu'min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di syurga `Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”. (QS. At Taubah. 72).

Saudaraku,
Jika kita benar-benar lebih mengutamakan keridhaan Allah SWT., maka ikutilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١﴾
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Ali ‘Imraan. 31).

... وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS Al Hasyr. 7).

Sedangkan apabila kita mengikuti/menta’ati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sesungguhnya kita juga telah menta`ati Allah SWT.

مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَـــٰـكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ﴿٨٠﴾
“Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”. (QS An Nisaa’. 80).

Menta`ati Allah artinya kita mengikuti Al Qur’an, sedangkan menta`ati Rasul artinya kita mengikuti sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

هَـــٰـذَا بَلَـــٰغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَــــٰـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَابِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).

Saudaraku,
Jika kita ridho diatur oleh Allah (yakni dengan mentaati Allah dan rasul-Nya), maka kita akan mendapatkan kesudahan yang baik, sebagaimana janji-Nya dalam beberapa ayat berikut ini:

يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍ مِّنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّــــٰتٍ لَّهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُّقِيمٌ ﴿٢١﴾خَــٰلِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٢٢﴾
(21) “Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal”, (22) “mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. At Taubah. 21 – 22).

وَالَّذِينَ صَبَرُواْ ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُواْ الصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَـــٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَـــٰـــئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ ﴿٢٢﴾ جَنَّـــٰتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ ءَابَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّـــــٰـتِهِمْ وَالْمَلَــــٰــئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ ﴿٢٣﴾ سَلَـــٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ ﴿٢٤﴾
(22) Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (23) (yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (24) (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar Ra’d. 22 – 24).

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَـــٰدِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
(27) Hai jiwa yang tenang. (28) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. (29) Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, (30) dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al Fajr. 27 – 30).

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّـــٰلِحَـــٰتِ أُوْلَـــٰــئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ ﴿٧﴾ جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّـــٰتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَـــٰــرُ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَّضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ ﴿٨﴾
(7) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (8) “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. (QS. Al Bayyinah. 7 – 8).

Demikian,
Semoga bermanfaat.

Sabtu, 03 Desember 2016

PENGERTIAN KATA KAMI DALAM AL QUR’AN




Assalamu'alaikumwr. wb.

Seorang mahasiswa Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura telah menyampaikan pertanyaan: "Mohon maaf jika mengganggu, Pak. Saya kurang paham tentang yang dimaksud dengan kata kata kami dalam Al Qur'an, Pak. Contohnya Kami menurunkan Al Qur'an. Kenapa Allah menggunakan Kami, Bapak? Mohon penjelasannya, Pak".

Adikku yang dicintai Allah,
Terkadang Allah menggunakan kata ganti "Aku", sedangkan pada saat yang lain, Allah menggunakan kata ganti "Kami".

Pada saat Allah menggunakan kata ganti "Aku", maka hal itu menunjukkan bahwa pada saat itu hanya Allah sendiri yang terlibat (artinya Allah tidak melibatkan pihak yang lain). Sedangkan pada saat Allah menggunakan kata ganti "Kami", maka hal itu menunjukkan bahwa pada saat itu ada pihak lain yang terlibat selain Allah sendiri (artinya Allah melibatkan pihak yang lain, selain Allah sendiri).  

Contohnya ketika Allah menurunkan Al Qur'an, sebagaimana penjelasan surat Al Hijr ayat 9 berikut ini:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَـــٰـفِظُونَ ﴿٩﴾
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr. 9). 

Adikku yang dicintai Allah,
Ketika Allah menurunkan Al Qur'an, kenapa Allah menggunakan kata ganti "Kami" bukan "Aku"? Hal ini menunjukkan bahwa Allah telah melibatkan pihak lain dalam menurunkan Al Qur'an hingga Al Qur'an tersebut sampai ke tangan kita.

Yang pertama dilibatkan Allah tentu saja adalah malaikat Jibril. Melalui malaikat Jibril, Allah menyampaikan Al Qur'an kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Artinya Allah telah menyampaikan Al Qur'an kepada malaikat Jibril, kemudian malaikat Jibril menyampaikan Al Qur'an tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ ﴿١﴾ مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ ﴿٢﴾ وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ ﴿٤﴾ عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ ﴿٥﴾ ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ ﴿٦﴾
(1) “Demi bintang ketika terbenam”, (2) “ kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru”, (3) “dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya”. (4) “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”, (5) “yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat”, (6) “Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli”. (QS. An Najm. 1 – 6).

Malaikat Jibril menyampaikan Al Qur'an (yang berisi kumpulan wahyu Allah) kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk selanjutnya disampaikan kepada para sahabat. Kemudian para sahabat tersebut menyampaikannya kepada para tabi'in (tabi'in artinya pengikut). Tabi'in adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi tabi'in adalah generasi setelah para sahabat.

Selanjutnya para tabi'in tersebut menyampaikannya kepada para tabi'it tabi'in (artinya pengikut tabi'in, dengan kata lain tabi'it tabi'in adalah generasi setelah tabi'in). Kemudian para tabi'it tabi'in tersebut menyampaikannya (menyampaikan Al Qur'an) kepada generasi berikutnya.

Demikian seterusnya, terus bersambung hingga akhirnya Al Qur'an sampai ke tangan kita. Sehingga dari sini kita bisa simpulkan bahwa begitu banyak pihak yang Allah libatkan dalam menurunkan Al Qur'an hingga sampai ke tangan kita. Dan ini akan terus berlanjut hingga hari kiamat nantinya.

Sedangkan ketika Allah memerintahkan kita untuk menyembah-Nya, maka Allah akan menggunakan kata ganti "Aku" karena memang hanya Allah saja yang harus kita sembah, tidak boleh beserta yang lainnya. Sebagaimana penjelasan pada surat Thaahaa ayat 14 berikut ini:

إِنَّنِي أَنَا اللهُ لَا إِلَـــٰـهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَوٰةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa. 14).

Demikian,
Semoga bermanfaat.

NB.
Tabi'in merupakan bentuk jamak dari tabi'i yang berarti pengikut, yaitu mereka yang menjadi pengikut sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tabi'in merupakan istilah bagi generasi yang bertemu dengan sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan Muslim, dan meninggal dunia dalam keadaan Muslim juga. Jika para sahabat adalah mata rantai pertama yang menghubungkan kita dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tabi'in merupakan mata rantai kedua.

Sedangkan tabi’it tabi’in adalah pengikut tabi’in. Jika tabi'in merupakan mata rantai kedua, maka tabi’it tabi’in adalah mata rantai ketiga.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞