بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Rabu, 05 Desember 2018

TAFSIRAN ORANG LIBERAL YANG SANGAT MEMBAHAYAKAN AQIDAH (III)



Assalamu’alaikum wr. wb.

Berikut ini lanjutan dari artikel: “Tafsiran Orang Liberal Yang Sangat Membahayakan Aqidah (II)”:

6. Bela Islam, Allah nggak perlu dibela.

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa dalam sebuah hadits qudsi, Allah Ta’ala telah berfirman:

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا.
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا.
يَاعِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ. (رواه مسلم)
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak akan bisa mendatangkan kemudharatan kepadaKu lalu menimpakannya kepadaKu, dan kalian takkan bisa memberikan manfaat kepadaKu lalu kalian memberikannya kepadaKu.

Wahai hamba-hambaKu, seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, mereka semua berada pada taraf ketakwaan seorang paling tinggi tingkat ketakwaannya di antara kalian, hal itu takkan menambah kerajaanKu sedikit pun.

Seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari kalangan bangsa jin dan manusia, mereka semua berada pada taraf kedurhakaan seorang yang paling tinggi tingkat kedurhakaannya di antara kalian, hal itu takkan mengurangi kerajaanKu sedikit pun.

Wahai hambaKu, seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, semuanya berdiri di atas tanah yang tinggi, lalu mereka semua meminta kepadaKu, lalu aku penuhi permintaan mereka, untuk yang demikian itu, tidaklah mengurangi apa-apa yang Aku miliki, kecuali seperti berkurangnya jarum jika dimasukkan ke dalam lautan. (HR. Muslim).

Sedangkan dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 8, Allah Ta’ala juga telah berfirman:

وَقَالَ مُوسَىٰ إِن تَكْفُرُواْ أَنتُمْ وَمَن فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ ﴿٨﴾
Dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (ni`mat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim. 8).

Saudaraku,
Berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim serta dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 8 di atas, dapat disimpulkan bahwa Allah tidak membutuhkan keimanan kita, Allah tidak butuh semua ibadah kita, dan Allah juga tidak butuh ketaatan kita.

Karena seandainya semua manusia (serta jin) dari manusia (serta jin) yang pertama diciptakan Allah hingga manusia (serta jin) yang terakhir diciptakan sebelum datangnya hari kiamat semuanya kafir, semuanya tidak beribadah kepada Allah, semuanya tidak menyembah Allah, semuanya durhaka dan selalu bermaksiat kepada Allah, maka hal itu semua tidak akan mengurangi kerajaan Allah sedikitpun.

Demikian pula sebaliknya, seandainya semua manusia (serta jin) dari manusia (serta jin) yang pertama diciptakan Allah hingga manusia (serta jin) yang terakhir diciptakan sebelum datangnya hari kiamat semuanya beriman, semuanya taat beribadah kepada Allah, semuanya hanya  menyembah Allah semata, semuanya tidak pernah durhaka dan tidak pernah bermaksiat kepada Allah, maka hal itu semua juga tidak akan menambah kerajaan Allah sedikitpun.

Saudaraku,
Dalam Al Qur’an surat Al-A’raaf ayat 188 berikut ini, bahkan Allah telah menjelaskan kepada kita semua bahwa ternyata tidak ada satupun diantara kita yang dapat menarik kemanfa`atan bagi diri kita sendiri dan tidak pula dapat menolak kemudharatan bagi diri kita sendiri, kecuali yang dikehendaki Allah (memberi manfaat serta menolak mudharat bagi diri sendiri saja tak bisa, apalagi memberikan manfaat serta mudharat kepada Allah SWT., tentunya akan lebih mustahil lagi).

قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾
“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al-A’raaf. 188).

Nah, jika ternyata Allah tidak membutuhkan keimanan kita, jika ternyata Allah tidak butuh semua ibadah kita, dan jika ternyata Allah juga tidak butuh ketaatan kita, apakah itu artinya kita tidak perlu beriman kepada-Nya? Apakah itu artinya kita tidak perlu beribadah kepada-Nya? Apakah itu artinya kita tidak perlu taat kepada-Nya?

Tentu saja akan sangat menyesatkan jika kita meng-iyakan semua pertanyaan tersebut. Artinya akan sangat menyesatkan jika kita semua setuju bahwa karena Allah tidak membutuhkan keimanan kita, karena Allah tidak butuh semua ibadah kita, dan karena Allah juga tidak butuh ketaatan kita, maka itu artinya kita juga tidak perlu beriman kepada-Nya, kita juga tidak perlu beribadah kepada-Nya, dan kita juga tidak perlu taat kepada-Nya.

Yang benar adalah bahwa Allah memang tidak membutuhkan keimanan kita, Allah memang tidak butuh semua ibadah kita, dan Allah juga tidak butuh ketaatan kita. Kitalah yang membutuhkan untuk beriman kepada-Nya, kitalah yang butuh untuk beribadah kepada-Nya, dan kitalah yang butuh untuk taat kepada-Nya, jika kita ingin mendapatkan keselamatan dalam kehidupan di dunia ini, terlebih lagi pada hari kiamat nanti. Karena Allah telah berjanji untuk menolong/menyelamatkan para rasul-Nya dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat nanti, yang artinya Allah akan menyelamatkannya dari api neraka.

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَــٰـدُ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”, (QS. Ghafir. 51).

Adalah mustahil bagi Allah untuk tidak menolong/tidak menyelamatkan para rasul-Nya serta orang-orang yang bertakwa kepada-Nya untuk kemudian memasukkan mereka ke dalam api neraka, karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.

... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Saudaraku,
Terkait sikap tafsiran mereka yang menyatakan bahwa Allah nggak perlu dibela, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman dalam surat Muhammad ayat 7 berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad. 7).

Saudaraku,
Dengan memperhatikan uraian di atas, maka dengan mudah dapat disimpulkan, jika dalam surat Muhammad ayat 7 tersebut menjelaskan bahwa apabila kita orang-orang yang beriman “menolong Allah”, hal itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa Allah itu adalah Tuhan yang lemah sehingga membutuhkan pertolongan dari kita (karena Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa). Kitalah yang butuh untuk menolong (agama) Allah, agar kita bisa mendapatkan pertolongan dari-Nya serta agar Allah meneguhkan kedudukan kita.

Dengan kata lain, jika kita ingin mendapatkan pertolongan Allah serta ingin agar Allah meneguhkan kedudukan kita, maka tolonglah Allah/belalah Allah.

7. Kafir ( كافر ) artinya tidak beragama

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa menurut syariat Islam, orang kafir adalah orang yang mengingkari Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah serta mengingkari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan-Nya. Kafir sendiri berasal dari kata kufur yang berarti ingkar, menolak atau menutup. Kafir adalah orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran.

Saudaraku,
Pada zaman sebelum Agama Islam, istilah tersebut digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di ladang, menutup/mengubur dengan tanah. Sehingga kalimat kafir bisa dimplikasikan menjadi "seseorang yang bersembunyi atau menutup diri".

Sehingga sangat mudah dipahami bahwa selain Islam itu adalah kafir, termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani serta para musyrikin. Ini prinsip akidah yang harus dipahami oleh setiap muslim. Cukup banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa selain Islam itu kafir, termasuk mereka kaum Yahudi dan Nasrani serta para musyrikin.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَــــٰبِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أُوْلَـــٰـــئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ ﴿٦﴾
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al Bayyinah. 6).

Sedangkan kafir itu sendiri sama sekali tidak terkait dengan perilaku seseorang. Ada orang kafir yang perilakunya (terhadap sesama manusia) baik, ada pula yang buruk. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Mumtahanah ayat 8 berikut ini:

لَا يَنْهَــٰـكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَــٰـتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَــٰــرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾
”Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al Mumtahanah. 8).

Saudaraku,
Dari penjelasan di atas, maka dengan sangat mudah bisa dipahami bahwa tafsiran orang liberal yang menyatakan bahwa kafir itu artinya tidak beragama, benar-benar merupakan tafsiran yang sama sekali tidak berdasar.

8. Allah adalah Tuhan semua agama

Saudaraku,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al An’aam ayat 56, surat Al An’aam ayat 108 dan surat Yunus ayat 104 berikut ini:

قُلْ إِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَعْبُدَ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ قُل لَّا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُهْتَدِينَ ﴿٥٦﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. Al An’aam. 56)

وَلَا تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ فَيَسُبُّواْ اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ...﴿١٠٨﴾
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan...” (QS. Al An’aam: 108).

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي شَكٍّ مِّن دِينِي فَلَا أَعْبُدُ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ وَلَـــٰـكِنْ أَعْبُدُ اللهَ الَّذِي يَتَوَفَّـــٰـكُمْ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١٠٤﴾
Katakanlah: "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman", (QS. Yunus. 104)

Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al An’aam ayat 56, surat Al An’aam ayat 108 dan surat Yunus ayat 104 di atas, dengan mudah dapat kita simpulkan bahwa mereka para pemeluk agama lain telah menyembah Tuhan-Tuhan selain Allah. Hal ini menunjukkan bahwa Allah itu bukanlah Tuhan semua agama.

Dengan demikian, lagi-lagi tafsiran orang liberal yang menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan semua agama, benar-benar merupakan tafsiran sesuka hati mereka sendiri, karena jelas-jelas merupakan tafsiran yang tidak berdasar sama sekali.

Kesimpulan:

Dari rangkaian penjelasan di atas, nampak dengan jelas bahwa mereka kaum liberal telah dengan sengaja melakukan penafsiran sesuka hati mereka sendiri terhadap berbagai masalah agama dengan  bersandar pada logika saja, sehingga penafsiran-penafsiran yang mereka lakukan di atas sekilas terlihat benar.

Padahal setelah diteliti dengan seksama, nampak sekali bahwa semuanya teramat sangat bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an serta Al Hadits. Dan karena yang mereka tafsirkan sangat banyak yang menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, maka hal ini menjadi sangat membahayakan aqidah bagi siapa saja yang terpengaruh dengan tafsiran-tafsiran mereka.

Mengapa tafsiran orang-orang liberal tersebut bisa sangat membahayakan aqidah seseorang? Karena semua tafsiran mereka telah terbukti sangat bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an serta Al Hadits. Padahal Allah telah menjelaskan, bahwa tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir.

مَا يُجَـــٰـدِلُ فِي ءَايَــــٰتِ اللهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ... ﴿٤﴾
“Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir ...”. (QS. Ghafir. 4).

Sehingga benarlah apa yang tertulis pada bagian akhir dari tulisan yang disampaikan oleh ibu dosen di atas: “Bahasanya manis dan akademis, namun pelan-pelan mengajak pindah agama alias mengajak murtad”.

Oleh karena itu, berhati-hatilah wahai saudaraku!

Ya Tuhan kami,
Lindungilah kami ketika kami membaca ayat-ayat-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk agar kami senantiasa berada dalam jalan-Mu yang lurus. Amin, ya rabbal ‘alamin!

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿٩٨﴾
”Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (QS. An Nahl. 98).

Semoga bermanfaat.

{Tulisan ke-3 dari 3 tulisan}

Senin, 03 Desember 2018

TAFSIRAN ORANG LIBERAL YANG SANGAT MEMBAHAYAKAN AQIDAH (II)



Assalamu’alaikum wr. wb.

Berikut ini lanjutan dari artikel: “Tafsiran Orang Liberal Yang Sangat Membahayakan Aqidah (I)”:

4. Gay/lesbi merupakan perbedaan orientasi seksual

Saudaraku,
Pada saat posisi mereka kaum gay/lesbi masih minoritas, mereka menuntut toleransi. Pada saat masih minoritas, kaum gay/lesbi memposisikan diri sebagai orang-orang yang terdzalimi. Dengan dalih gay/lesbi hanyalah merupakan perbedaan orientasi seksual, maka mereka mengatakan bahwa keluarga dan masyarakat tidak layak untuk memperlakukan mereka tidak adil, sebagaimana yang mereka alami selama ini. Mereka berharap perhatian dan dihargai.

Celakanya fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa perlahan namun pasti, berbagai upaya yang selama ini mereka lakukan, mulai menunjukkan hasilnya. Sebagaimana kita saksikan bersama bahwa pada saat ini sudah ada beberapa negara yang melegalkan pernikahan gay/lesbi. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan mereka sudah mulai diakui di sejumlah negara. Sedangkan dari tahun ke tahun, jumlah negara-negara yang melegalkan pernikahan gay/lesbi tersebut, kecenderungannya justru semakin meningkat.

Pertanyaannya adalah, benarkah bahwa gay/lesbi hanyalah merupakan perbedaan orientasi seksual semata? Sehingga masyarakat harus menerima keberadaan mereka sebagai bentuk toleransi masyarakat kepada mereka?

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa terkait hal ini, Al Qur’an secara tegas menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh kaum gay/lesbi/homoseksual tersebut merupakan perbuatan yang amat keji (artinya apa yang telah dilakukan oleh kaum gay/lesbi/homoseksual tersebut merupakan perbuatan dosa besar). Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut ini:

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَـــٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّن الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿٨٠﴾ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ ﴿٨١﴾
(80) Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?". (81) Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al A’raaf. 80 – 81).

أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿١٦٥﴾ وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ ﴿١٦٦﴾
(165) Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, (166) dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas". (QS. Asy Syu’raa’. 165 – 166).

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَـــٰحِشَةَ وَأَنتُمْ تُبْصِرُونَ ﴿٥٤﴾ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّن دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ ﴿٥٥﴾
(54) Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu melihat (nya)?" (55) Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)". (QS. An Naml. 54 – 55).

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الْفَـــٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿٢٨﴾
Dan (ingatlah) ketika Luth berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu". (QS. Al ‘Ankabuut. 28).

Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan, bahwa terkait hal ini Al Qur’an secara tegas menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan oleh kaum gay/lesbi/homoseksual tersebut merupakan perbuatan yang amat keji dan pelakunya diancam dengan adzab yang sangat mengerikan. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut ini:

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَـــٰـقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ ﴿٨٤﴾
Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (QS. Al A’raaf. 84).

ثُمَّ دَمَّرْنَا الْاٰخَرِينَ ﴿١٧٢﴾ وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنذَرِينَ ﴿١٧٣﴾ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَاٰيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٧٤﴾
(172) Kemudian Kami binasakan yang lain. (173) Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu) maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. (174) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti-bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. (QS. Asy Syu’raa’. 172 – 174).

وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنذَرِينَ ﴿٥٨﴾
Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat buruklah hujan yang ditimpakan atas orang-orang yang diberi peringatan itu. (QS. An Naml. 58).

Sehingga berdasarkan penjelasan ayat-ayat di atas, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa tafsiran orang liberal yang menyatakan bahwa gay/lesbi hanyalah merupakan perbedaan orientasi seksual saja, hal ini jelas-jelas merupakan propaganda yang sangat menyesatkan.

Saudaraku,
Ada satu hal yang sangat mengerikan jika masyarakat sampai termakan oleh propaganda yang sangat menyesatkan tersebut sehingga masyarakat bisa menerima keberadaan mereka sebagai salah satu bentuk/sikap toleransi terhadap keberadaan mereka.

Jika hal ini sampai terjadi (yaitu jika masyarakat pada akhirnya bisa menerima/mengakui keberadaan mereka) maka hal ini akan semakin menyuburkan perkembangan mereka sehingga jumlah mereka menjadi semakin banyak. Dan pada saat mereka sudah banyak, maka mereka akan menyiksa, mengancam, bahkan memperkosa kaum laki-laki. Dan mereka akan mengusir orang-orang yang menentang mereka. Mereka sebut orang-orang yang mengingatkan mereka sebagai orang-orang yang “sok suci”. Al Qur’an telah menyampaikan informasi tentang hal ini.

Saudaraku,
Kita semua harus belajar banyak dari umat Nabi Luth. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam beberapa ayat berikut ini:

وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَن قَالُواْ أَخْرِجُوهُم مِّن قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ ﴿٨٢﴾
Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." (QS. Al A’raaf. 82).

قَالُوا لَئِن لَّمْ تَنتَهِ يَا لُوطُ لَتَكُونَنَّ مِنَ الْمُخْرَجِينَ ﴿١٦٧﴾
Mereka menjawab: "Hai Luth, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti, benar-benar kamu termasuk orang-orang yang diusir". (QS. Asy Syu’raa’. 167).

فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَن قَالُوا أَخْرِجُوا ءَالَ لُوطٍ مِّن قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ ﴿٥٦﴾
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda`wakan dirinya) bersih". (QS. An Naml. 56).

5. Agama: cukup kita dengan Tuhan saja

Saudaraku,
Mereka menafsirkan bahwa agama itu cukup kita dengan Tuhan saja, dengan kata lain agama itu urusan pribadi. Agama adalah urusan pribadi, artinya orang mau sholat atau tidak, itu urusan pribadi. Orang mau puasa atau tidak, merdeka saja, karena ini adalah urusan pribadi. Orang mau pesta miras, selama dilakukan di ruang tertutup dan tidak bikin ribut tetangga, maka orang lain tak boleh ikut campur, karena ini adalah urusan pribadi. Demikian seterusnya.

Jika memang demikian adanya, maka sudah tidak akan ada lagi yang namanya amar ma’ruf nahi munkar. Padahal kewajiban untuk ber amar ma’ruf nahi munkar itu telah Allah bebankan atas setiap muslim, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini:

يَــــٰــبُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Terlebih lagi jika hal ini kita kaitkan dengan surat Al Baqarah ayat 208, dimana kita diperintahkan untuk masuk ke dalam Islam secara kaaffah (secara keseluruhannya). Artinya kita tidak boleh mengambil sebagian saja hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah yaitu hukum-hukum yang kita senangi saja, sementara hukum-hukum yang lain yang tidak kita senangi kita buang begitu saja.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah. 208).

Dan jika kita hanya mengambil sebagian hukum-hukum Allah dan membuang sebagian yang lainnya, maka tanpa kita sadari, kita telah memperturutkan langkah-langkah syaitan. Padahal, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kita. Na’udzubillahi mindzalika!

... أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَن يَفْعَلُ ذَٰلِكَ مِنكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰ أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٨٥﴾
“... Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”. (QS. Al Baqarah. 85).

Sementara itu Islam meliputi segala aspek kehidupan, mulai masalah politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, masalah pribadi, dan semuanya. Berikut ini beberapa ayat di antaranya:

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَـــٰـكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ ﴿٢٦﴾
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Shaad. 26).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْاٰيَــــٰتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ ﴿١١٨﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS. Ali ‘Imraan. 118).

... وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢﴾
“... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al Maa-idah. 2).

وَإِن جَنَحُواْ لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٦١﴾
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Anfaal. 61).

Saudaraku,
Jika kita bahas lebih banyak lagi ayat-ayat Al Qur’an (serta Al Hadits), maka nampaklah bahwa Islam itu adalah agama yang benar-benar sempurna, dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya.

هَــٰــذَا بَلَـــٰـغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَـــٰـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَــــٰبِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).

Sehingga dari uraian di atas, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa tafsiran orang liberal yang menyatakan bahwa bahwa agama itu cukup kita dengan Tuhan saja (dengan kata lain agama itu adalah urusan pribadi), hal ini jelas-jelas merupakan tafsiran sesuka hati mereka sendiri, karena jelas-jelas merupakan tafsiran yang tidak berdasar sama sekali.

{ Bersambung; tulisan ke-2 dari 3 tulisan }

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞