بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Rabu, 05 April 2023

BERSEDEKAH ATAS NAMA ORANG TUA YANG NON-MUSLIM

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Seorang muallafah telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp dengan pertanyaan sebagai berikut: Kalau misal kita bersedekah mengatas-namakan beliau (orang tua yang non-muslim), bagaimana Pak Imron?”.
 
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan hadits-hadits shahih tentang keutamaan bersedekah untuk kedua orang-tua berikut ini:
 
أَنْبَأَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ - رضى الله عنه - تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا. (رواه البخارى)
Ibnu Abbas memberitakan kepada kami bahwa Sa'ad bin Ubadah r.a. sedang tidak ada di tempat ketika ibunya meninggal. Ia berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, sedang saya tidak di sana. Apakah sesuatu berguna untuknya, jika kusedekahkan untuknya?" Beliau menjawab, "Ya." Ia berkata, "Sesungguhnya saya persaksikan kepadamu bahwa kebunku Al Mikhraf menjadi sedekah untuk ibuku." (HR. Bukhari)
 
أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - إِنَّ أَبِى مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوصِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ. (رواه مسلم)
Seseorang berkata kepada Nabi: “Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan tidak berwasiat, apakah sedekahku bisa menebus (kesalahan)-nya?”. Beliau menjawab: “Ya”. (HR. Muslim).
 
Saudaraku,
Kedua hadits di atas menunjukkan bahwa sedekah dari anak itu bisa sampai kepada kedua orang tuanya setelah keduanya wafat meski tanpa adanya wasiat dari keduanya, dan pahalanya-pun akan sampai kepada kedua-nya. 
 
Mengapa demikian? Bukankah manusia itu hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat An Najm ayat 39 – 41 berikut ini?
 
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَـــٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾ وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ ﴿٤٠﴾ ثُمَّ يُجْزَىٰهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ ﴿٤١﴾
(39) dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (40) Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (41) Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, (QS. An Najm. 39 – 41).
 
Saudaraku,
Jika kita perhatikan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta Imam Muslim di atas, menunjukkan bahwa sedekah dari anak itu bisa sampai kepada kedua orang tuanya setelah keduanya wafat meski tanpa adanya wasiat dari keduanya, dan pahalanya-pun akan sampai kepada kedua-nya. 
 
Hal ini mengandung arti bahwa ke-umum-an firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an surat An Najm ayat 39 berikut ini, dikhususkan oleh kedua hadits di atas.
 
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَـــٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾
“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. (QS. An Najm. 39).
 
Sekali lagi, hal ini mengandung arti bahwa ke-umum-an firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an surat An Najm ayat 39 tersebut, dikhususkan oleh kedua hadits di atas. Maksudnya adalah bahwa seorang manusia itu tidak akan memperoleh selain dari apa yang telah diusahakannya, kecuali sedekah dari anak itu bisa sampai kepada kedua orang tuanya setelah keduanya wafat meski tanpa adanya wasiat dari keduanya. Wallahu a'lam*).
 
Terlebih lagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menjelaskan bahwa anak merupakan hasil usaha kedua orang tuanya.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
إِنَّ أَطْـيَبَ مَـا أَكَـلَ الرَّجُلُ مِـنْ كَـسْبِهِ، وَإِنَّ وَلَـدَهُ مِنْ كَسْبِـهِ.
Sesungguhnya sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya anaknya adalah hasil usahanya. (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, Ibnu Majah, dan al-Hakim).
 
Saudaraku yang dicintai Allah,
Meskipun demikian, hal itu semua hanya berlaku untuk orangtua yang wafat dalam keadaan beriman kepada Allah (wafat dalam keadaan beragama Islam). Karena bagi siapa saja yang telah wafat dalam keadaan tidak beriman, maka pintu taubat telah tertutup baginya sehingga yang bersangkutan akan tetap dalam kekafiran untuk selama-lamanya. 
 
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْئَـــٰنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـــٰـــئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٨﴾
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. An Nisaa’. 18).
 
Sedangkan bagi siapa saja yang telah wafat dalam keadaan tidak beriman (yang karenanya pintu taubat telah tertutup baginya sehingga yang bersangkutan akan tetap dalam kekafiran untuk selama-lamanya), maka akan hapuslah semua amal-amalnya (QS. Az Zumar. 65 – 66) serta lenyaplah amalan yang telah dikerjakannya (QS. Al An’aam. 88) dan segala amal yang dikerjakannya dijadikan Allah bagaikan debu yang berterbangan (QS. Al Furqaan. 23).
 
Bagi siapa saja yang telah wafat dalam keadaan tidak beriman, maka semua amal-amalnya laksana fatamorgana di tanah yang datar yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun (QS. An Nuur. 39) dan semua amal-amalnya adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang sehingga yang bersangkutan tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah dia usahakan selama masa hidupnya di alam dunia (QS. Ibrahim. 18).
 
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَـــٰسِرِينَ ﴿٦٥﴾ بَلِ اللهَ فَاعْبُدْ وَكُن مِّنْ الشَّـــٰـكِرِينَ ﴿٦٦﴾
(65) Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (66) Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur”. (QS. Az Zumar. 65 – 66).
 
ذَٰلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿٨٨﴾
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’aam. 88).
 
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَّنثُورًا ﴿٢٣﴾
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (QS. Al Furqaan. 23).
 
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَــٰــلُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْئَانُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللهَ عِندَهُ فَوَفَّـــٰــهُ حِسَابَهُ وَاللهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿٣٩﴾
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. An Nuur. 39).
 
مَّثَلُ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمْ أَعْمَـٰـــلُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَىٰ شَيْءٍ ذَٰلِكَ هُوَ الضَّلَــــٰــلُ الْبَعِيدُ ﴿١٨﴾
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim. 18).
 
Saudaraku,
Dengan fakta-fakta sebagaimana penjelasan dalam beberapa ayat di atas, maka semua amal-amalnya hanyalah sia-sia belaka (QS. Ar Ra’d. 14).
 
... وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ ﴿١٤﴾
“... Dan do`a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Ar Ra’d. 14).
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Dalam satu kesempatan sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu diberikan beberapa wejangan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantara isi wejangannya adalah:
 
قُلِ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا. (رواه البيهقى)
“Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit”. (HR. Imam Baihaqi).
 
Semoga bermanfaat. 
 
NB.
*)  Jawaban di atas kusarikan dari kajian-kajian yang diberikan oleh guru-guru ngajiku (jadi bukan pendapatku pribadi). Biasanya saat mengikuti kajian, saya senang mencatat hal-hal penting + dalil-dalil yang mendasarinya (kalau sekarang saya senang merekam dengan hp saat mengikuti kajian sehingga jika diperlukan bisa didengar ulang).
 

Senin, 03 April 2023

PERSIAPKAN DIRIMU SENDIRI (II)

Assalamu’alaikum wr. wb. 
 
Seorang sahabat (dosen/staf pengajar dari Sulawesi Selatan) telah memberi tanggapan terhadap artikel “Persiapkan Dirimu Sendiri (I)” dengan tanggapan sebagai berikut: Perlu juga ditambahkan, dosa seperti apa yang bisa bertambah, supaya kita mohon bantuan Allah untuk menghindarinya.
 
Dosa jariyah wahai saudaraku, sebagaimana penjelasan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:
 
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
48.15/4831. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
 
Seorang sahabat lainnya (dosen/staf pengajar dari Sumatera Barat) telah memberi tanggapan sebagai berikut: “Dari penjelasan bagian terakhir adalah bila sewaktu masih hidup sering mengajak orang untuk berbuat dosa dan selama orang tersebut masih mengerjakan dosa akibat kita yang mengajak maka dosanya ikut kita tanggung. Betulkah begitu, Pak Imron Kuswandi?”.
 
In sya Allah benar, wahai saudaraku.
Setiap kali orang tersebut berbuat dosa akibat dari ajakan kita, maka kita akan mendapat dosa yang sama dengan orang yang kita ajak untuk berbuat dosa tersebut.
 
Contoh: seseorang telah kita ajak mabuk-mabukan (minum minuman keras). Ternyata orang tersebut menikmati sehingga dia sering mengulangi perbuatan maksiat tersebut. 
 
Maka dalam hal ini setiap kali orang tersebut meminum minuman keras, kita akan mendapat dosa yang sama dengannya. Bahkan meski kita sudah wafat sekalipun, kita akan selalu mendapatkan dosa yang sama dengan dosa orang tersebut, setiap kali yang bersangkutan mengulangi perbuatan maksiatnya (yaitu mabuk-mabukan/minum minuman keras). Na'udzubillahi min dzalika (kami berlindung kepada Allah dari yang demikian itu).
 
Sahabat dari Sumatera Barat tadi telah memberi tanggapan: “Semoga kita terhindar dari dosa jariah tersebut, mengerikan”. Amin, ya rabbal ‘alamin.
 
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ ﴿٨﴾
“(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali ‘Imran. 8).
 
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَـــٰـمَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ ﴿١٩٤﴾
”Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." (QS. Ali ‘Imran. 194).
 
الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٦﴾
“(Yaitu) orang-orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka," (QS. Ali ‘Imran. 16).
 
Demikian diskusi ini. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}
 

Sabtu, 01 April 2023

PERSIAPKAN DIRIMU SENDIRI (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Berikut ini kutipan pernyataan seorang sahabat dalam sebuah diskusi di Grup WhatsApp SMAN 1 Blitar: “Rata-rata usia kita 60 – 70 tahun saja. Di atas 70 jarang, di atas 80 lebih jarang, di atas 90 bisa dihitung dengan jari dari 1 angkatan. Setelah 3 generasi nama kita sudah dilupakan, tinggal debu yang beterbangan. Tinggal amal perbuatan, amal jariyah”.
 
TANGGAPAN
 
Benar sekali wahai saudaraku, bahwa rata-rata usia kita hanyalah 60 – 70 tahun saja. Sedangkan yang bisa mecapai usia di atas 70 jarang, di atas 80 lebih jarang lagi, apalagi di atas 90 bisa dihitung dengan jari dari 1 angkatan. Perhatikan penjelasan sebuah Hadits yang diriwayatkan oelh Imam Ibnu Majah berikut ini:
 
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ. (رواه ابن ماجه)
Telah menceritakan kepada kami [Al Hasan bin 'Arafah] telah menceritakan kepadaku [Abdurrahman bin Muhammad Al Muharibi] dari [Muhammad bin 'Amru] dari [Abu Salamah] dari [Abu Hurairah] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Usia ummatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit sekali mereka yang melebihi (usia) tersebut”. (HR. Ibnu Majah no. 4226).
 
Saudaraku mengatakan bahwa setelah 3 generasi nama kita sudah dilupakan, tinggal debu yang beterbangan (kecuali hanya sebagian orang yang menjadi tokoh-tokoh penting yang mengisi lembaran sejarah saja yang masih diingat orang).
 
Ini juga sesuai fakta. Karena kebanyakan kita hanya mengenal sampai nenek/kakek buyut saja (3 generasi di atas kita). Di atasnya lagi, pada umumnya sudah tidak kita kenal lagi.
 
Sekedar info: 1 generasi di atas kita adalah kedua orangtua kita (ibu/ayah), 2 generasi di atas kita adalah nenek/kakek kita, 3 generasi di atas kita adalah nenek/kakek buyut kita, 4 generasi di atas kita adalah nenek/kakek canggah kita, dst.
 
Saudaraku,
Benar bahwa selama di alam barzah*), pahala seseorang masih bisa bertambah (demikian juga dengan dosanya). Perhatikan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa Hadits berikut ini:
 
   Selama di alam barzah, pahala seseorang yang sudah wafat masih bisa bertambah jika yang bersangkutan mempunyai anak yang sholih yang senantiasa mendo’akannya serta memenuhi janji-janjinya yang belum sempat ditunaikannya selama masa hidupnya di alam dunia.

   Selama di alam barzah, dosa seseorang yang sudah wafat masih bisa berkurang jika yang bersangkutan mempunyai anak yang sholih yang senantiasa memohonkan ampunan untuknya.
 
بَيْنَانَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلِمَةَ فَقَالَ يَارَسُولَ اللهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَمَوْتِهِمَا؟ فَقَالَ نَعَمْ: اَلصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالْإِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا. وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكرَامُ صَدِيْقِهِمَا (رواه ابو داود وابن ماجه)
Ketika kami duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, tiba-tiba datang seorang dari Bani Salimah bertanya: “Ya Rasulullah, apakah ada amal untuk berbakti kepada kedua ayah atau ibu sesudah wafat keduanya?”. Jawab Rasulullah: Ya!
1.  mendo’akan keduanya.
2.  dan meminta ampun untuk keduanya.
3.  dan memenuhi janji keduanya setelah keduanya meninggal dunia.
4.  menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin.
5.  dan memuliakan teman dekat keduanya. (HR. Abu Daud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664).
 
   Selama di alam barzah, pahala seseorang yang sudah wafat masih bisa bertambah jika yang bersangkutan mempunyai anak yang sholih yang senantiasa bersedekah untuknya.
 
أَنْبَأَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ - رضى الله عنه - تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا. (رواه البخارى)
Ibnu Abbas memberitakan kepada kami bahwa Sa'ad bin Ubadah r.a. sedang tidak ada di tempat ketika ibunya meninggal. Ia berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, sedang saya tidak di sana. Apakah sesuatu berguna untuknya, jika kusedekahkan untuknya?" Beliau menjawab, "Ya." Ia berkata, "Sesungguhnya saya persaksikan kepadamu bahwa kebunku Al Mikhraf menjadi sedekah untuk ibuku." (HR. Bukhari)
 
أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - إِنَّ أَبِى مَاتَ وَتَرَكَ مَالًا وَلَمْ يُوصِ فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ أَنْ أَتَصَدَّقَ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ. (رواه مسلم)
Seseorang berkata kepada Nabi, "Sesungguhnya ayahku meninggal dunia dan tidak berwasiat, apakah sedekahku bisa menebus (kesalahan)-nya?" Beliau menjawab, "Ya" (HR. Muslim).
 
   Selama di alam barzah, pahala seseorang yang sudah wafat masih bisa bertambah jika yang bersangkutan mempunyai anak yang sholih yang senantiasa mendo’akannya.
 
   Selama di alam barzah, pahala seseorang yang sudah wafat masih bisa bertambah jika selama masa hidupnya di dunia mempunyai shadaqah jariyah serta ilmu yang bermanfaat, yang keduanya masih diambil manfaatnya oleh mereka yang masih hidup di dunia.
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ؛ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ الَّذِي يَدْعُو لَهُ. (رواه مسلم)  
“Apabila manusia telah mati, terputuslah amalannya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendo’akannya.” (HR. Muslim(.
 
   Selama di alam barzah, pahala seseorang yang sudah wafat masih bisa bertambah jika selama masa hidupnya di dunia dia pernah mengajak kebaikan kepada orang lain dan orang-orang masih terus mengamalkan kebaikan tersebut.
 
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنُونَ ابْنَ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا. (رواه مسلم)
48.15/4831. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan Ibnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: “Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim).
 
Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan bahwa selama di alam barzah, pahala seseorang masih bisa bertambah (demikian juga dengan dosanya) sebagaimana penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa Hadits di atas.
 
Namun setelah 3 generasi nama kita sudah dilupakan orang, tinggal debu yang beterbangan. Hal ini berarti bahwa sudah tidak ada lagi yang peduli dengan keberadaan kita. Bahkan sekedar mengingat nama kitapun, sudah tidak ada lagi.
 
Sehingga pada saat itu sudah tidak ada lagi yang mendo’akan kita, sudah tidak ada lagi yang memenuhi janji-janji kita yang belum sempat kita tunaikan selama masa hidup kita di alam dunia ini, sudah tidak ada lagi yang memohonkan ampunan untuk kita, sudah tidak ada lagi yang bersedekah untuk kita, dan bisa jadi sudah tidak ada lagi yang mengambil manfaat dari shadaqah jariyah kita (karena sudah rusak, hilang, atau sebab-sebab yang lainnya). 
 
Saudaraku,
Bisa jadi pada saat itu harapan kita akan tambahan pahala hanya tinggal satu saja yaitu ilmu yang bermanfaat, yang barangkali masih diamalkan orang. Sementara perjalanan kita di alam barzah masih teramat panjang, yaitu dimulai dari saat kita wafat hingga kita dibangkitkan nantinya.
 
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ. (رواه البخارى)
61.101/6033. Telah menceritakan kepada kami Al Humaidi telah menceritakan kepada kami Sufyan telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Bakar bin Amru bin Hazm ia mendengar Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: “Mayyit diiringi tiga hal, yang dua akan kembali sedang yang satu terus menyertainya, ia diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedang amalnya akan terus tetap bersamanya”. (HR. Bukhari).
 
Oleh karena itu persiapkan diri kita sendiri dan tidak perlu berharap banyak kepada yang lain karena seandainya mempunyai anak yang sholih, maksimal hanya bisa memberi manfaat sebentar saja yaitu selama anak tersebut masih hidup dan masih senantiasa berbakti kepada orang tuanya. Demikian pula dengan pihak-pihak yang lain, yang dalam waktu singkat akan melupakan kita semua. 
 
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَـــٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾ وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ ﴿٤٠﴾ ثُمَّ يُجْزَىٰهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ ﴿٤١﴾
(39) dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (40) Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). (41) Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, (QS. An Najm. 39 – 41).
 
رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَـــــٰنِ أَنْ ءَامِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ ﴿١٩٣﴾
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (QS. Ali ‘Imran. 193).
 
... رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٨﴾
"… Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At Tahriim. 8). 
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat. 
 
NB.
*)  Barzakh artinya perantara. Alam barzakh merupakan alam di antara alam dunia dengan alam setelah hari kebangkitan.
 
... وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿١٠٠﴾
“... Dan di hadapan mereka ada barzah sampai pada hari mereka dibangkitkan”. (QS. Al Mu’minuun. 100).
 
{ Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan }
 
 

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞