بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Kamis, 05 Januari 2023

BENARKAH BAHWA YANG DIJANJIKAN AL QUR’AN SEBAGAI NABI TERNYATA BUKAN MUHAMMAD?

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Seorang sahabat (teman alumni SMPN 1 Blitar) telah dikirimi sebuah rekaman video dari temannya yang Nasrani.
 
Orang yang berbicara dalam video tersebut, mengatakan bahwa menurut Al Qur’an, Nabi Muhammad bukanlah nabi yang dijanjikan. Dengan kata lain dia mengatakan bahwa Al Qur’an itu salah.
 
Dia mengatakan: “Kalau teman-teman muslim diperbolehkan mempertanyakan Al Kitab (Bible), kenapa saya tidak boleh mempertanyakan Al Qur’an? Kalau Al Qur’an itu benar, seharusnya kamu (orang Islam) tidak perlu takut untuk dipertanyakan (tentang kebenaran Al Qur’an).
 
TANGGAPAN
 
Saudaraku,
Sebelum menanggapi pernyataannya yang pertama, mari kita tanggapi pernyataanya yang kedua terlebih dahulu, dimana dia mengatakan: “Kalau teman-teman muslim diperbolehkan mempertanyakan Al Kitab (Bible), kenapa saya tidak boleh mempertanyakan Al Qur’an? Kalau Al Qur’an itu benar, seharusnya kamu (orang Islam) tidak perlu takut untuk dipertanyakan (tentang kebenaran Al Qur’an).
 
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa jawabnya bukan hanya boleh. Bahkan Allah telah memberikan tiga tantangan kepada manusia terkait hal ini, jika mereka memang orang-orang yang benar.
 
1.  Allah telah menantang manusia (dan jin) untuk membuat satu kitab yang seperti Al Qur’an.
 
Saudaraku,
Perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Israa’ ayat 88 berikut ini:
 
قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُواْ بِمِثْلِ هَــٰــذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا ﴿٨٨﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al Israa’. 88).
 
Saudaraku,
Tantangan tersebut telah disampaikan Al Qur'an lebih dari 14 abad yang lalu. Dan sampai sekarang terbukti bahwa tidak ada satupun manusia yang mampu untuk membuat yang serupa dengan Al Qur'an. Bahkan seandaianya semua manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Qur'an, niscaya mereka semua tetap tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Al Qur'an itu, sampai kapanpun.
 
2.  Allah telah menantang manusia untuk membuat 10 surat saja yang seperti Al Qur’an.
 
Saudaraku,
Perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Huud ayat 13 – 14 berikut ini:
 
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُواْ بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَـاتٍ وَادْعُواْ مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ﴿١٣﴾ فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُواْ لَكُمْ فَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أُنزِلَ بِعِلْمِ اللهِ وَأَن لَّا إِلَـــٰـهَ إِلَّا هُوَ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٤﴾
(13) Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al Qur'an itu”. Katakanlah: “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar”. (14) Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): “Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?”. (QS. Huud. 13 – 14).
 
Saudaraku,
Tantangan tersebut telah disampaikan Al Qur'an lebih dari 14 abad yang lalu. Dan sampai sekarang juga terbukti bahwa tidak ada satupun manusia yang mampu untuk membuatnya meski hanya sepuluh surat saja yang menyamai dengan surat-surat yang ada dalam Al Qur'an.
 
3.  Allah telah menantang manusia untuk membuat satu surat saja yang seperti Al Qur’an.
 
Saudaraku,
Perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Yunus ayat 38 berikut ini:

 

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّثْلِهِ وَادْعُواْ مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ﴿٣٨﴾
Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (QS. Yunus. 38).
 
Saudaraku,
Tantangan tersebut juga telah disampaikan Al Qur'an lebih dari 14 abad yang lalu. Dan lagi-lagi, sampai sekarang juga telah terbukti bahwa tidak ada satupun manusia yang mampu untuk membuatnya meski hanya satu surat saja yang seumpamanya, yaitu yang menyamai dengan surat-surat yang ada dalam Al Qur'an.
 
Sehingga dari sini jelas menunjukkan bahwa Al Qur'an itu benar-benar merupakan firman Allah, dan bukan buatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan pula buatan yang lainnya sebagaimana yang telah mereka tuduhkan.
 
Lebih dari itu, Al Qur'an itu hanya ada dalam satu versi saja sejak dahulu hingga hari kiamat nantinya (dimana hal ini berbeda dengan Alkitab atau Bible yang terbit dalam banyak versi, baik terbitan Bahasa Indonesia maupun yang terbit dalam Bahasa Inggris serta bahasa-bahasa lainnya).
 
Dan karena Al Qur'an hanya ada dalam satu versi saja, maka dimanapun kita berada, baik di Indonesia, di Timur Tengah, di Eropa, di Amerika, di Afrika serta di seluruh belahan bumi ini, bisa dipastikan kita akan mendapati Al Qur’an yang benar-benar sama, baik bahasanya maupun susunan kata-kata/kalimat-kalimatnya. Tidak akan pernah kita jumpai adanya perbedaan, dimanapun dan sampai kapanpun.
 
Padahal Al Qur’an telah diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui malaikat Jibril (untuk selanjutnya disampaikan kepada umat manusia), lebih dari 14 abad yang lalu. Sudah lebih dari 1.400 tahun Al Qur’an hadir di muka bumi ini dan kita semua telah menyaksikan betapa Al Qur’an itu tetap seperti dahulu. Sampai kapanpun tidak akan pernah berubah dan tidak akan pernah dapat diubah oleh siapapun.
 
Saudaraku,
Hal ini semua merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an adalah kitab suci yang benar-benar terjamin kesucian dan kemurniannya dari campur tangan manusia untuk selama-lamanya. Karena Allah-lah yang telah menurunkan Al Qur'an dan Allah pula yang memeliharanya.
 
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ ﴿٩﴾
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al Hijr. 9).
 
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ayat-ayat Al Qur’an itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin secara turun-temurun dan dipahami oleh mereka sehingga tidak akan pernah ada seorangpun yang dapat mengubahnya (yang mana hal seperti ini tidak akan pernah kita dapati pada semua kitab suci agama-agama yang lainnya).
 
بَلْ هُوَ ءَايَــــٰتٌ بَيِّنَـــٰتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِئَايَــــٰـتِنَا إِلَّا الظَّـــٰـلِمُونَ ﴿٤٩﴾
Sebenarnya, Al Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu*). Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS. Al ‘Ankabuut. 49).
 
*) Maksudnya ialah: bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum muslimin turun-temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengubahnya.
 
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِن كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَــٰــتِهِ وَلَن تَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا ﴿٢٧﴾
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya. (QS. Al Kahfi. 27)
 
Saudaraku,
Lebih dari itu semua, Al Qur'an juga tetap mempertahankan bahasa aslinya, yaitu Bahasa Arab.
 
إِنَّا أَنزَلْنَـــٰهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿٢﴾
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf. 2).
 
إِنَّا جَعَلْنَــٰهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿٣﴾
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami-(nya). (QS. Az Zukhruf. 3).
 
Pada kedua ayat tersebut, Allah sendiri yang memberikan kesaksian bahwa Al Qur’an itu Dia turunkan dalam Bahasa Arab. Dan terbukti sejak dahulu hingga sekarang bahkan hingga hari kiamat nantinya, Al Qur’an akan tetap mempertahankan bahasa aslinya.
 
Al Qur’an walaupun sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, namun tetap didampingi dengan bahasa aslinya yaitu Bahasa Arab. Hal ini bisa kita buktikan, bahwa kemanapun kita pergi di seluruh permukaan bumi ini, pasti akan kita jumpai terjemahan Al Qur’an yang didampingi dengan Bahasa Arab. Jadi kita tidak akan menjumpai adanya satu kitab yang hanya berisi terjemahan Al Qur’an saja, tanpa disandingkan dengan Al Qur’an dalam bahasa aslinya yaitu Bahasa Arab.
 
Kondisi seperti ini jelas akan memudahkan umat Islam untuk mengecek apabila terjadi kesalahan dalam terjemahannya, karena dengan mudah bisa merujuk langsung ke dalam Al Qur’an asli yang berbahasa Arab sebagai standard (dimana hal seperti ini tidak terdapat dalam Alkitab/Bible).
 
Saudaraku,
Sebuah kitab dari waktu ke waktu akan selalu mengalami perubahan, jika tidak ada lagi kitab berbahasa asli sebagai standard untuk mengecek apabila terjadi kesalahan dalam terjemahannya (sebagaimana yang terdapat dalam Alkitab/Bible).
 
Sehingga dari uraian di atas, dengan mudah dapat dipahami bahwa tidak ada sedikitpun keraguan pada kitab suci Al Qur'an.

 

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (QS. Al Baqarah. 2).
 
-----
 
Setelah tanggapi pernyataanya yang kedua, marilah kita kembali ke pernyataannya yang pertama. Dimana dia telah mengatakan bahwa menurut Al Qur’an, Nabi Muhammad bukanlah nabi yang dijanjikan. Dengan kata lain dia mengatakan bahwa Al Qur’an itu salah. Berikut ini ayat yang dia kutip:

 

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَــٰـذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ ﴿٦﴾
Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. (QS. Ash Shaff. 6).
 
Dia mengatakan bahwa dalam surat Ash Shaff ayat 6 tersebut memberitakan bahwa nama yang tertulis di dalam Al Qur’an adalah Ahmad, tetapi dikoreksi oleh manusia menjadi Muhammad, yaitu pada tulisan dalam tanda kurung pada terjemahannya.
 
Selanjutnya dia bertanya: “Mengapa nama Ahmad dikoreksi oleh manusia menjadi Muhammad?”.
 
Menurut dia terdapat dua kemungkinan alasannya, yaitu:
1.  Apakah Allah salah sebut nama (Ahmad) sehingga perlu dikoreksi oleh manusia menjadi Muhammad?
2. Apakah yang Allah maksud memang Muhammad, bukan Ahmad?
 
TANGGAPAN
 
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa pernyataannya tersebut justru menunjukkan ketidaktahuannya tentang siapa itu Ahmad atau Muhammad. Perhatikan penjelasan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta penjelasan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:
 
حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ قَالَ حَدَّثَنِي مَعْنٌ عَنْ مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللهُ بِي الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي وَأَنَا الْعَاقِبُ. (رواه البخارى)
Telah bercerita kepadaku [Ibrahim bin Al Mundzir] berkata telah bercerita kepadaku [Ma'an] dari [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Muhammad bin Jubair bin Muth'im] dari [bapaknya radliallahu 'anhu] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku memiliki lima nama, Aku adalah (1). Muhammad, (2). Ahmad, (3). aku juga Al Mahiy (penghapus), maksudnya Allah menghapuskan kekafiran melalui perantaraanku, (4). Aku juga Al Hasyir (penghimpun), maksudnya manusia akan berhimpun di bawah kakiku dan aku juga (5) Al 'Aqib, yang artinya tidak ada seorang nabi-pun sepeninggalku. (HR. Bukhari, no. 3268).

حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يُمْحَى بِيَ الْكُفْرُ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى عَقِبِي وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ. (رواه مسلم)
Telah menceritakan kepadaku [Zuhair bin Harb] dan [Ishaq bin Ibrahim] dan [Ibnu Abu 'Umar] dan lafazh ini milik Zuhair. [Ishaq] berkata; Telah mengabarkan kepada kami Sedangkan yang lainnya berkata; Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin 'Uyainah] dari [Az Zuhri] dia mendengar [Muhammad bin Jubair bin Muth'im] dari [Bapaknya] bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya saya adalah Muhammad, saya adalah Ahmad, saya adalah Al Mahi yang maknanya Allah menghapus kekufuran denganku, saya adalah Al Hasyir yang maknanya orang-orang akan dikumpulkan mengikuti kakiku, dan saya adalah Al 'Aqib yang maknanya tiada nabi sesudahku”. (HR. Muslim, no. 4342).
 
Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan kedua Hadits di atas, dapat kita ketahui bahwa Nabi kita mempunyai lima nama, yaitu: Muhammad, Ahmad, Al Mahi, Al Hasyir dan Al 'Aqib.
 
Dengan demikian terbantahlah pernyataannya yang telah menuduh bahwa Allah telah salah sebut nama (yaitu dengan menyebut Ahmad) sehingga perlu dikoreksi oleh manusia menjadi Muhammad.
 
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa kata dalam tanda-kurung (yaitu kata Muhammad) yang ditambahkan dalam terjemahan surat Ash Shaff ayat 6 di atas, hanya untuk menegaskan bahwa yang dimaksud dengan “Ahmad” itu sama saja dengan “Muhammad”. Hal ini berdasarkan penjelasan kedua Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di atas. Jadi itu bukan bentuk koreksi manusia atas Al Qur’an.
 
Dan hal ini sekaligus juga membantah pernyataan berikutnya, dimana dia telah menuduh bahwa yang Allah maksud memang Muhammad, bukan Ahmad.
 
-----
 
Setelah dia membuat tuduhan yang tidak berdasar tersebut, dia melanjutkan dengan membuat pernyataan berikut ini: “Kenapa muslim tidak boleh bersaksi bahwa Ahmad adalah utusan Allah? Kenapa muslim harus bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?”.
 
TANGGAPAN
 
Silakan ditunjukkan, mana dalilnya (baik dari Al Qur’an maupun dari Hadits) yang melarang hal itu?
 
Saudaraku,
Karena baik Muhammad dan Ahmad, keduanya adalah nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (lihat kembali penjelasan kedua kedua Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di atas), tentu saja boleh-boleh saja bersaksi bahwa Ahmad adalah utusan Allah. Dan boleh juga bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
 
-----
 
Setelah dengan kedangkalan ilmunya dia membuat tuduhan bahwa muslim tidak boleh bersaksi bahwa Ahmad adalah utusan Allah namun harus bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, dia melanjutkan kedunguannya dengan membuat pernyataan berikut ini:
 
Sehingga dari sini, dalam surat Ash Shaff ayat 6 ini saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa yang dijanjikan Al Qur’an sebagai sebagai nabi adalah Ahmad, bukan Muhammad. Kecuali jika teman-teman muslim berani berkata bahwa Allah telah salah sebut atau Al Qur’an sudah korup sehingga perlu dikoreksi oleh manusia dengan tanda kurung.
 
TANGGAPAN
 
Saudaraku,
Sekali lagi, pernyataan-pernyataannya tersebut justru semakin menunjukkan kebodohan yang bersangkutan dalam memahami surat Ash Shaff ayat 6. Dan kesalahannya dalam memahami surat Ash Shaff ayat 6 ini sudah saya bahas secara gamblang pada penjelasan sebelumnya (pada penjelasan di atas).
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 

Selasa, 03 Januari 2023

MEMINTA DO’A KEPADA NON-MUSLIM

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Seorang akhwat1) (dosen sebuah perguruan tinggi terkemuka di Manado) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut: “Pak Imron, kalau orang Islam minta do’a selain ke yang Islam, hukumnya apa ya Pak?”.
 
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa hanya Allah-lah yang bisa menolak mudharat dan memberi manfaat. Hanya Allah-lah pemilik segala ciptaan. Keputusannya pasti terlaksana, ketentuannya pasti terjadi. Tidak ada yang bisa menahan apa yang Dia berikan, tidak ada yang bisa memberikan apa yang Dia tahan, dan tidak ada yang bisa menolak apa yang Dia putuskan. Dialah satu-satunya pihak yang bisa melenyapkan setiap bencana dan menghilangkan setiap kesulitan. Para malaikat, para nabi, orang-orang shalih, para wali serta semua makhluk lainnya tidak ada satupun yang bisa menolak mudharat dan mendatangkan manfaat.
 
مَا يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢﴾
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Faathir. 2)
 
قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ قُلِ اللهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَــٰتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُواْ لِلّٰهِ شُرَكَاءَ خَلَقُواْ كَخَلْقِهِ فَتَشَـــٰــبَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللهُ خَــٰـلِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ ﴿١٦﴾
Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (QS.Ar Ra’d. 168).
 
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ﴿٣٨﴾
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS. Az-Zumar. 38).
 
قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al-A’raaf. 188).
 
Saudaraku,
Karena hanya Allah-lah yang bisa menolak mudharat dan memberi manfaat sedangkan para malaikat, para nabi, orang-orang shalih, para wali serta semua makhluk lainnya tidak ada satupun yang bisa menolak mudharat dan mendatangkan manfaat, maka itu artinya hanya Allah pula yang bisa mengabulkan do’a-do’a kita (baca: surat Al Baqarah ayat 186 di bawah ini). Sedangkan Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain daripada Allah itu sama sekali tidak bisa mengabulkan do’a-do’a mereka orang-orang kafir (baca: surat Yunus ayat 18 serta surat Al Ahqaaf ayat 5 – 6 di bawah ini).
 
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah. 186).
 
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلَاءِ شُفَعَــٰــؤُنَا عِندَ اللهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللهَ بـِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَــٰــنَهُ وَتَعَــٰــلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿١٨﴾
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa`atan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (QS. Yunus. 18).
 
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ اللهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَومِ الْقِيَــٰـمَةِ وَهُمْ عَن دُعَائِهِمْ غَــٰــفِلُونَ ﴿٥﴾ وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَـــٰــفِرِينَ ﴿٦﴾
(05) Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a mereka? (06) Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (QS. Al Ahqaaf. 5 – 6).
 
Saudaraku,
Karena hanya Allah-lah yang bisa mengabulkan do’a-do’a kita, maka berdo’alah hanya kepada Allah saja dan jangan sekali-kali berdo’a kepada yang selain Dia. Terlebih lagi karena do’a itu adalah ibadah, sedangkan ibadah itu hanya boleh ditujukan kepada Allah semata.
 
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina”. (QS. Ghafir. 60).
 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ. (رواه الترمذى)
“Do'a adalah ibadah”. (HR. At-Tirmidzi, no. 3372).
 
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi (hadits no. 3372) selengkapnya adalah sebagai berikut:

 

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ {وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ}. (رواه الترمذى)
3372. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Marwan bin Muawiyah menceritakan kepada kami, dari Al A'masy, dari Dzar, dari Yusai', dari An-Nu'man bin Basyir, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Do'a adalah ibadah”. Beliau kemudian membaca (ayat): Dan Tuhanmu berfirman: “Mintalah kepadaku, niscaya akan Aku kabulkan permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong enggan menyembahku, mereka akan masuk neraka dalam keadaan hina dina”. (HR. At-Tirmidzi).
 
Saudaraku,
Di sisi lain mereka orang-orang kafir yang tidak mengimani Allah sebagai Tuhan mereka, telah berdo’a kepada Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain daripada Allah. Maka sudah pasti hal itu adalah perbuatan yang sia-sia belaka karena tidak ada satupun selain Allah yang bisa mengabulkan do’a-do’a mereka (termasuk Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain selain Allah). Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ra’d pada bagian akhir ayat 14:
 
... وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ ﴿١٤﴾
“... Dan do`a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Ar Ra’d. 14).
 
Surat Ar Ra’d ayat 14 selengkapnya adalah sebagai berikut:
 
لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ ﴿١٤﴾
Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do`a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do`a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka. (QS. Ar Ra’d. 14).
 
   Meminta do’a kepada non-muslim adalah perbuatan yang sia-sia
 
Saudaraku,
Meminta do’a kepada non-muslim, hal itu sama saja dengan meminta kepada mereka yang non-muslim untuk dido’akan kepada Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah agar Tuhan-tuhan mereka bisa mengabulkan do’a-do’anya.
 
Perbuatan seperti ini, minimal merupakan sebuah kesia-siakan apabila orang muslim yang meminta do’a tadi pemahamannya tentang Islam masih sangat rendah sehingga yang bersangkutan tidak menyadari akan dampak dari perbuatannya.
 
Dalam kondisi seperti ini (yaitu ketika pemahaman seseorang tentang Islam masih sangat rendah sehingga yang bersangkutan tidak menyadari akan dampak dari perbuatannya meminta do’a kepada non-muslim), maka wajib baginya untuk terus belajar tentang bagaimana tata-cara melaksanakan ibadah do’a secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
 
Namun apabila yang bersangkutan tidak mau belajar tentang bagaimana tata-cara melaksanakan ibadah do’a secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya (padahal pemahamannya terkait hal ini masih sangat rendah), maka dia akan mendapat dosa karena menuntut ilmu agama itu adalah fardhu bagi setiap muslim.
 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah).
 
   Meminta do’a kepada non-muslim adalah sebuah kesesatan yang nyata
 
Saudaraku,
Jika pada uraian di atas dijelaskan bahwa perbuatan meminta do’a kepada non-muslim minimal merupakan sebuah kesia-siakan apabila orang muslim yang meminta do’a tadi pemahamannya tentang Islam masih sangat rendah sehingga yang bersangkutan tidak menyadari akan dampak dari perbuatannya. Maka hal ini akan berbeda jika dilakukan oleh muslim yang sudah paham tentang bagaimana tata-cara melaksanakan ibadah do’a secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
 
Saudaraku,
Jika perbuatan meminta do’a kepada non-muslim itu dilakukan oleh muslim yang sudah paham tentang bagaimana tata-cara melaksanakan ibadah do’a secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. Yang artinya dia telah jatuh ke dalam perbuatan dosa yang sangat besar. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Ahzaab, terutama pada bagian akhir ayat 36 berikut ini:
 
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al Ahzaab. 36)
 
Bahkan yang bersangkutan bisa jatuh kedalam jurang kekafiran jika yang bersangkutan tanpa ragu telah meyakini bahwa permintaan do’anya kepada non-muslim tersebut akan terkabul. Karena hal ini berarti bahwa yang bersangkutan secara nyata telah menentang firman Allah dalam surat Yunus ayat 18 serta surat Al Ahqaaf ayat 5 – 6 di atas. Karena sekedar memperdebatkan kebenaran ayat-ayat-Nya saja Allah telah menghukumi kafir, apalagi sampai menentangnya. (Wallahu ta’ala a'lam).
 
مَا يُجَـــٰدِلُ فِي ءَايَـــٰتِ اللهِ إِلَّا الَّذِينَ كَفَرُوا ... ﴿٤﴾
“Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. ...”. (QS. Ghafir. 4).
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 
NB.
1)  Akhwat ini sebenarnya adalah bentuk jamak dari ukhti, namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, telah terjadi pergeseran. Sama halnya dengan kata: ‘ulama' ( عُلَمَاءُ ) yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘alim ( عَالِمٌ ), namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia juga telah mengalami pergeseran. Sehingga kita sangat familiar mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘ulama' yang kharismatik”. Dan malah terdengar aneh di telinga kita saat mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘alim yang kharismatik”.
 

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞