بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Sabtu, 05 November 2022

BENARKAH AGAMA ITU UKURANNYA HANYA PENGAMALANNYA SAJA?

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Dalam sebuah diskusi di Grup WhatsApp SMAN 1 Blitar, seorang akhwat1) telah menyampaikan pernyataan sebagai berikut: “Meskipun lulusan SD yang penting diamalkan istiqomah. Mengetahui saja tapi tidak diamalkan, tidak ngefek lah yao. Kalau masalah belajar agama itu menurutku ukurannya adalah pengamalannya. Meskipun pegang ijazah tapi tidak diamalkan, buat apa?”.
 
TANGGAPAN
 
Saudaraku,
Ada dua kunci utama agar semua ibadah yang kita lakukan diterima Allah SWT., yaitu ikhlas dan ittiba’. Ikhlas berarti melakukannya semata-mata karena Allah (baca surat Az Zumar ayat 14 berikut ini), sedangkan ittiba’ berarti mengikuti cara peribadatan yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan (baca surat Al Hasyr pada bagian akhir ayat 7 berikut ini).
 
قُلِ اللهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُ دِينِي ﴿١٤﴾
Katakanlah: "Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". (QS. Az Zumar. 14).
 
... وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS Al Hasyr. 7).
 
Sedangkan untuk mendapatkan keduanya, maka kita harus belajar/menuntut ilmu agama. Karena tak mungkin kita bisa menjalankan ibadah sesuai dengan tata-cara peribadatan yang Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan, tanpa tahu ilmunya.
 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah).
 
Meskipun demikian, untuk menjalankan suatu ibadah tidak harus menunggu hinga paham ilmunya secara sempurna terlebih dahulu. Karena perintah dalam Islam itu dilaksanakan secara bertahap/semampunya. Mari kita perhatikan penjelasan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut:
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. (رواه البخارى) 
“Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari).
 
Contoh:
Seseorang sama sekali belum bisa membaca huruf hijaiyah. Pada kasus seperti ini, yang bersangkutan tidak harus menunggu hingga mempunyai ilmu yang sempurna tentang tata-cara membaca Al Qur’an dengan tartil baru melaksanakan ibadah membaca Al Qur’an, meskipun memang ada perintah untuk membaca Al Qur’an dengan tartil sebagaimana penjelasan surat Al Muzammil pada bagian akhir ayat 4 berikut ini:
 
... وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا ﴿٤﴾
“... Dan bacalah Al Qur'an itu dengan tartil”. (QS. Al Muzammil. 4).
 
Saudaraku,
Membaca Al Qur'an dengan tartil artinya membaca Al Qur'an dengan memberikan setiap huruf akan hak-nya (mengucapkan semua huruf dengan jelas dan benar sesuai dengan makhraj dan sifatnya, serta terpelihara ukuran panjang dan pendeknya). Contoh: ketika ada huruf yang berhak dibaca iqlab maka kita berikan haknya, demikian pula ketika ada huruf yang berhak dibaca idgham juga kita berikan haknya, dst.
 
Jika yang bersangkutan memang benar-benar belum bisa membaca huruf hijaiyah sama sekali, silakan membeli Al Qur’an yang ada tulisan ayat-ayatnya dengan huruf latin (disamping tulisan ayat-ayat dengan huruf hijaiyah, tentunya). Kemudian silakan dibaca huruf-huruf latinnya2) terlebih dahulu saat membaca Al Qur’an jika kemampuan yang dimiliki memang baru sebatas itu (baca kembali penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas) sambil terus berupaya untuk belajar tentang tata cara membaca Al Qur'an dengan baik dan benar.
 
Saudaraku,
Meskipun yang dibaca adalah huruf-huruf latinnya (karena kemampuan yang dimiliki memang baru sebatas itu), selama yang bersangkutan terus berupaya untuk belajar tentang tata cara membaca Al Qur'an dengan baik dan benar, in sya Allah yang bersangkutan akan tetap mendapatkan fadhilah membaca Al Qur’an, sebagaimana penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi serta hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا، لَااَقُوْلُ الم حَرْفٌ، بَلْ اَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ (رواه الترمذى، وقال حديث حسن صحيح)
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah (Al Qur’an) maka baginya satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu bernilai sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi, dan ia mengatakan hadits hasan shahih).
 
إِقْرَاُوْ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِىْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ (رواه مسلم عن ابى امامه)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Iqraul Qur’aan fainnahu ya’tii yaumal qiyaamati syafii’an liashhabihi (Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafaat3) kepada orang-orang yang gemar membacanya ketika di dunia)”. (HR. Muslim, dari Abu Umamah).
 
Saudaraku,
Dalam kondisi seperti itu, bahkan yang bersangkutan malah akan mendapatkan dua pahala sebagaimana penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:
 
Ummul Mukminin ‘Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan:
 
الَّذِيْنَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ فِيْهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِيْنَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ شَاقٌّ عَلَيْهِ لَهُ أَجْرَانِ. (رواه البخارى ومسلم)   
“Seseorang yang membaca Al-Qur’an dengan mahir, ia bersama malaikat yang diutus, yang mulia lagi senantiasa berbuat taat. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan kesulitan akan mendapatkan dua pahala4).” (HR. al-Bukhari no. 5027 dan Muslim no. 798).
 
Sekali lagi kusampaikan, bahwa jika yang bisa dibaca hanya huruf latinnya saja saat membaca ayat-ayat Al Qur’an (karena belum bisa membaca huruf hijaiyah sama sekali) maka lakukan hal itu sambil terus berupaya untuk belajar tentang tata cara membaca Al Qur'an dengan baik dan benar. Dan seiring dengan perjalanan waktu, in sya Allah pada saatnya nanti yang bersangkutan akan bisa membaca Al Qur'an dengan baik dan benar.
 
Yang tidak boleh adalah:
Seseorang tidak bisa membaca Al Qur'an dengan baik dan benar, namun dia tidak mau belajar tentang tata cara membaca Al Qur'an dengan baik dan benar, kemudian membacanya (membaca Al Qur'an) menurut tata caranya sendiri.
 
Sedangkan apabila seseorang terus berupaya untuk belajar tentang tata cara membaca Al Qur'an dengan baik dan benar, namun hingga akhir hayatnya tetap tidak mampu untuk membaca Al Qur'an dengan baik dan benar/tetap tidak mampu untuk membaca Al Qur'an dengan tartil, maka in sya Allah dia akan tetap mendapatkan dua pahala setiap kali membaca Al Qur'an sebagaimana yang telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam janjikan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di atas.
 
   Tidak benar bahwa agama itu ukurannya hanya pengamalanya saja
 
Saudaraku,
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak benar jika agama itu ukurannya hanya peng-amalan-nya saja. Karena syarat agar suatu amalan itu bisa diterima adalah ikhlas dan ittiba’. Sedangkan untuk mendapatkan keduanya, maka kita tahu ilmunya.
 
Sedangkan dalam pelaksanaannya, seseorang tidak harus menunggu hingga mempunyai ilmu yang sempurna tentang tata-cara suatu ibadah, baru melaksanakan ibadah tersebut. Cukuplah dari sedikit yang sudah dia ketahui tentang tata-cara suatu ibadah, dia laksanakan ibadah tersebut semaksimal yang dia bisa.
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. (رواه البخارى) 
“Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari).
 
Sekali lagi kusampaikan bahwa dalam pelaksanaannya, seseorang tidak harus menunggu hingga mempunyai ilmu yang sempurna tentang tata-cara suatu ibadah, baru melaksanakan ibadah tersebut. Cukuplah dari sedikit yang sudah dia ketahui tentang tata-cara suatu ibadah, dia laksanakan ibadah tersebut semaksimal yang dia bisa sambil terus dan terus belajar tentang tata-cara ibadah tersebut dengan baik dan benar.
 
Dan selama yang bersangkutan masih belum mendapatkan ilmu yang sempurna tentang tata-cara suatu ibadah, sambil melaksanakan ibadah tersebut semampu yang dia bisa lakukan, yang bersangkutan harus tetap berupaya untuk terus mempelajarinya karena menuntut ilmu agama itu adalah fardhu bagi setiap muslim.
 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah).
 
Sedangkan apabila yang bersangkutan telah berupaya untuk terus belajar namun hingga akhir hayatnya tetap belum mampu untuk melaksanakan suatu ibadah dengan baik dan benar, maka in sya Allah ibadahnya tetap diterima karena Islam hanya meminta umatnya untuk melaksanakan suatu perintah semampunya saja.
 
   Ilmu itu harus diamalkan dan disebarkan
 
Saudaraku,
Jika pada uraian di atas dijelaskan bahwa bagi yang belum punya ilmu (khususnya ilmu agama) maka wajib baginya untuk menuntut ilmu, maka bagi yang sudah punya ilmu (seberapapun ilmu yang dimiliki/meski hanya sedikit) wajib baginya untuk mengamalkan (baca: hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini) serta mengajarkannya kepada yang lain (baca: hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini).
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
 
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أربع : عن عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ به وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ. (رواه الترمذى)
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia gunakan, (2) tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya tersebut, (3) tentang hartanya, dari mana harta tersebut didapatkan dan untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan.” (HR. At Tirmidzi).
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dari ajaranku walau hanya satu ayat”. (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu).
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 
NB.
1)  Akhwat ini sebenarnya adalah bentuk jamak dari ukhti, namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia, telah terjadi pergeseran. Sama halnya dengan kata: ‘ulama' ( عُلَمَاءُ ) yang juga merupakan bentuk jamak dari ‘alim ( عَالِمٌ ), namun setelah diserap ke dalam Bahasa Indonesia juga telah mengalami pergeseran. Sehingga kita sangat familiar mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘ulama' yang kharismatik”. Dan malah terdengar aneh di telinga kita saat mendengar kalimat berikut ini: “Beliau adalah seorang ‘alim yang kharismatik”.
 
2)  Cukup banyak huruf-huruf hijaiyah yang tidak memiliki padanan yang tepat dengan huruf latin. Sehingga apabila yang dibaca adalah huruf latinnya, bisa dipastikan akan sangat banyak terjadi kesalahan baca.
 
3)  Yang dimaksud dengan syafa`at adalah: usaha perantaraan dalam memberikan suatu manfa’at bagi orang lain atau mengelakkan suatu mudharat bagi orang lain (dengan ijin Allah).
 
4)  Para ulama mengatakan: satu pahala untuk bacaannya, dan satu pahala lagi untuk kesusahannya dalam membaca.

Kamis, 03 November 2022

JANGAN BANDINGKAN KETENTUAN ALLAH DAN RASUL-NYA DENGAN PENDAPAT MANUSIA

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Berikut ini kutipan perbincanganku dengan beberapa teman sekolah di Grup WhatsApp SMAN 1 Blitar:
 
Kang Sdh:
Pacaran kok alasan nggak ada waktu dan biaya? Pacaran itu bisa mempersingkat waktu dan mengurangi biaya. Always look at the bright side of every story.
 
Aku:
Berikut ini alasan yang benar: “Pacaran itu haram, Kang Sdh”.
 
Saudaraku,
Orang yang berpacaran itu minimal akan sering-sering berkhalwat. Sedangkan khalwat itu sendiri, hukumnya dilarang dalam agama Islam (haram hukumnya). Demikian penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari berikut ini:


لَا يَدْخُلَنَّ رَجُلٌ بَعْدَ يَوْمِي هَــٰــذَا عَلَى مُغِيْبَةٍ إِلَّا وَمَعَهُ رَجُلٌ أَوِ اثْنَانِ. (رواه مسلم) 
“Sekali-kali tidak boleh setelah hariku ini seorang lelaki masuk menemui wanita yang sedang ditinggal pergi oleh suaminya, kecuali jika bersamanya ada satu atau dua orang lelaki lagi.” (HR. Muslim).
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ. (رواه البخارى ومسلم)   
“Janganlah sekali-kali seorang lelaki berkhalwat dengan seorang wanita kecuali bersama mahram si wanita.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
 
Saudaraku,
Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh orang lain. Perbuatan ini dilarang karena ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang kepada pelakunya untuk terjatuh dalam perbuatan yang dilarang.
 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَخْلُوَنَّ بِامْرَأَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ مِنْهَا فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ. (رواه البخارى ومسلم)   
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali ia berduaan dengan wanita yang tidak ada mahram bersamanya, karena yang ketiganya adalah setan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
 
Saudaraku,
Khalwat bukan saja dengan duduk berduaan. Tetapi berbual-bual melalui  telepon maupun media lainnya (via surat/email, messenger, sms, whatsapp, dll) di luar keperluan syar'i, juga termasuk berkhalwat. Karena mereka sepi dari kehadiran orang lain, meskipun secara fisik mereka tidak berada dalam satu tempat. Namun melalui telepon/surat/email/messenger/sms/whatsapp/dll., mereka lebih bebas membicarakan apa saja selama berjam-jam tanpa merasa dikawal oleh orang lain.
 
Nah, jika berkhalwat saja sudah haram (meski tanpa melihat atau bersentuhan tangan/anggota tubuh lainnya), apalagi jika sampai saling melihat, terlebih lagi jika sampai bersentuhan tangan/anggota tubuh lainnya.
 
قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَـــٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ ﴿٣٠﴾ وَقُل لِّلْمُؤْمِنَـــٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَـــٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَائِهِنَّ أَوْ ءَابَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّـــٰبِعِينَ غَيْرِ أُوْلِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٣١﴾
(30) Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (31) Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An Nuur. 30 – 31).
 
Kang Sdh:
Waduh, berarti aku ahli neraka berkali-kali dong. Ampun deh.
 
Bang Ylt:
Kalau saya pribadi sih sependapat dengan Kang Sdh, pacaran berkali-kali nggak masalah supaya mendapatkan pasangan yang pas dan tepat pada saat berumah-tangga.
 
Mas Ssl:
Aku setuju ini, yang penting tidak menabrak aturan masa’ masih berdosa?
 
Kang Sdh:
Ya betul, ada juga yang pacaran tanpa melibatkan sentuhan tangan. Macam-macamlah, bentuknya.
 
Aku:
Saudaraku,
Ketentuan Allah dan Rasul-Nya itu jangan dibandingkan dengan pendapat manusia. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan manusia itu sangat terbatas sedangkan ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu.
 
... وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
 
اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).
 
Oleh karena itu sebagai orang yang beriman, ketika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara, maka sikap kita adalah:  سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (kami mendengar dan kami patuh). Artinya apapun yang datang dari-Nya, kita terima dan kita laksanakan apa adanya (seutuhnya) tanpa adanya tawar menawar sedikitpun, termasuk dalam perkara berpacaran.
 
Allah SWT. berfirman dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 51:
 
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nuur. 51)
 
Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Ahzaab ayat 36, Allah SWT. berfirman:
 
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَـــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzaab. 36)
 
Saudaraku,
Janganlah merasa masih mempunyai pilihan lain selain apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain dengan mengatakan bahwa pacaran berkali-kali nggak masalah supaya mendapatkan pasangan yang pas dan tepat pada saat berumah-tangga.
 
Cukuplah kita terima saja semua ketetapan Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati. Karena dengan keterbatasan ilmu kita (baca kembali penjelasan Al Qur’an surat Al Israa’ ayat 85 di atas), bisa jadi sesuatu yang menurut pandangan kita sangat baik padahal ia amat buruk bagi kita. Demikian pula sebaliknya: apa yang menurut pandangan kita sangat buruk padahal ia amat baik bagi kita. Allah Maha Mengetahui, sedang kita tidak mengetahui.
 
... وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾
“... Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al Baqarah. 216).
 
Saudaraku,
Takutlah akan azab hari kiamat, jika mendurhakai Allah.
 
قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ ﴿١٥﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku". (QS. Al An’aam. 15).
 
Saudaraku,
Tak perlu bersedih, tak perlu khawatir tidak akan mendapatkan pasangan (suami atau isteri) terbaik jika meninggalkan pacaran untuk kemudian mengikuti tahapan-tahapan menuju jenjang pernikahan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya*).
 
*) Penjelasan selengkapnya terkait hal ini, silakan klik di sini: https://imronkuswandi.blogspot.com/2019/01/membina-rumah-tangga-baru-ii.html
 
Sekali lagi kusampaikan: tak perlu bersedih, tak perlu khawatir tidak akan mendapatkan pasangan (suami atau isteri) terbaik jika meninggalkan pacaran untuk kemudian mengikuti tahapan-tahapan menuju jenjang pernikahan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Selama tetap bertaqwa kepada Allah, maka tidak perlu merasa bimbang dan ragu. Karena Allah telah berjanji akan memberi jalan keluar bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa dari arah yang tiada disangka-sangka.
 
... وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا ﴿٢﴾
”... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”. (QS. Ath Thalaaq. 2).
 
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَــــٰـلِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ﴿٣﴾
”Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 3).
 
Sedangkan Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.
 
... لَا يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ ... ﴿٦﴾
"... Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, ...”. (QS. Ar Ruum. 6).
 
Sebagai catatan, bagi saudaraku yang saat muda dahulu terlanjur berpacaran, tak perlu berduka secara berlebihan karena merasa sebagai ahli neraka berkali-kali. Tak perlu berputus asa dari rahmat Allah, wahai saudaraku. Karena Allah telah berjanji untuk mengampuni dosa-dosa semuanya.
 
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).
 
Dan bersegeralah kembali kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya. Kemudian ikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah sebelum datang azab dari-Nya dengan tiba-tiba.
 
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah (kalian) kepada-Nya sebelum datang kepadamu azab kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. Az Zumar. 54).
 
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang kepadamu azab dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. Az Zumar. 55).
 
Sedangkan bagi saudaraku yang telah melalui masa mudanya dengan tanpa berpacaran, tak perlu merasa lebih baik dari yang lain. Karena hal itu semua bisa terjadi semata-mata karena pertolongan Allah. Sedangkan jika tanpa pertolongan-Nya, kita ini hanyalah makhluk yang lemah yang tak berdaya sedikitpun dalam menghadapi godaan syaitan yang terkutuk.
 
... وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾
“..., dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (QS. An Nisaa’. 28).
 
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٣٦﴾
“Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Fushshilat. 36).
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞