بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Senin, 05 Desember 2011

MEMANFAATKAN SISA UMUR YANG TINGGAL SEDIKIT

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku, aku mau bertanya: “Apa yang sebaiknya dilakukan oleh seseorang yang sudah memasuki usia pensiun seperti aku ini? Apa harus berdzikir saja?”. Demikian pertanyaan Pak Nafil kepada Pak Fulan, sahabatnya.

Mendengar pertanyaan dari Pak Nafil tersebut, Pak Fulan berupaya untuk menanggapinya: “Teruslah berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, wahai saudaraku! Dengan mengisi sisa umur kita yang tinggal sedikit ini dengan segala kebaikan. Bisa dengan berdzikir, terus belajar tentang Islam + segala kebaikan lainnya. Jangan sampai engkau luangkan sedikitpun waktu yang tersisa ini untuk bersantai, apalagi sampai bermaksiat kepada-Nya. Dan jangan sampai datang ajalmu sedang engkau belum berserah diri kepada-Nya, padahal tak seorang pun tahu kapan ajalnya 'kan tiba”.

Tak lupa, Pak Fulan juga mengingatkan: ”Saudaraku..., Berapapun usia kita saat ini, sesungguhnya sisa umur kita tetaplah sangat sedikit. Karena kita tidak tinggal di dunia ini, melainkan hanya sebentar saja”.

Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui". (QS. Al Mu’minuun. 114).

-----

Saudaraku…,
Perhatikan nasehat Pak Fulan yang terakhir: ”Berapapun usia kita saat ini, sesungguhnya sisa umur kita tetaplah sangat sedikit. Karena kita tidak tinggal di dunia ini, melainkan hanya sebentar saja”.

Yah...,
Berapapun usia kita saat ini, sebenarnya sisa umur kita, ternyata tetaplah sangat sedikit. Karena kita tidak tinggal di dunia ini, melainkan hanya sebentar saja. Ini artinya bahwa nasehat Pak Fulan tersebut sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada Pak Nafil yang sudah memasuki usia pensiun. Tetapi juga ditujukan kepada kita semua, berapapun usia kita saat ini.

Menyadari akan hal ini, maka sekali-kali jangan sia-siakan sisa umur kita yang tinggal sedikit ini dengan berbagai kegiatan yang tidak bermanfaat, seperti: tidak tidur semalaman hanya karena larut dalam bermain “game” di komputer kesayangan, ‘ngobrol tak tentu arah hingga berjam-jam, dll. Apalagi sampai bermaksiat kepada-Nya.

Ingat...!!!
Bahwa berapapun usia kita saat ini, sebenarnya sisa umur kita tetaplah sangat sedikit. Sementara tidak lama lagi, kita semua akan menempuh suatu perjalanan nan amat panjang, yang harus kita lalui sendirian.

“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri”. (QS. Maryam. 95).

Saudaraku…,
Kita semua, sudah seharusnya menyadari hal ini...!!!

Demikian...,
Semoga bermanfaat…!

NB.
Pak Fulan dan Pak Nafil pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Sabtu, 03 Desember 2011

KEMATIAN, SESUATU YANG PASTI TERJADI NAMUN BEGITU BANYAK DIANTARA KITA YANG BERUPAYA UNTUK MELUPAKANNYA



Assalamu’alaikum wr. wb.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٨﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al Jumu’ah. 8).

أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِ اللهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِكَ قُلْ كُلًّ مِّنْ عِندِ اللهِ فَمَا لِهَـؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا ﴿٧٨﴾
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (QS. An Nisaa’. 78).

Saudaraku…,
Dari Al Qur’an surat Al Jumu’ah ayat 8 serta surat An Nisaa’ ayat 78 tersebut, diperoleh penjelasan bahwa kematian itu adalah suatu yang pasti akan menemui kita semua. Sekalipun kita berlindung di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh atau berlindung di dalam semua tempat yang lainnya, kita tetaplah tidak akan bisa lari daripadanya.

Meskipun demikian…,
Meskipun telah diperoleh penjelasan yang nyata, bahwa kematian itu adalah suatu yang pasti akan terjadi dan kita semua sama-sama meyakininya. Namun pada kenyataannya, begitu banyak diantara kita yang berupaya untuk melupakannya. Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Perhatikanlah realita yang ada di sekeliling kita, yang ternyata benar-benar mencengangkan. Dimana begitu banyak orang-orang di sekeliling kita yang sangat mencintai kehidupan dunia ini sehingga mereka tidak segan-segan untuk menghalalkan berbagai cara / tanpa memperdulikan norma-norma agama dalam mendapatkan / mengumpulkan berbagai perhiasan duniawi / berbagai limpahan kesenangan duniawi seperti: harta yang melimpah, kesuksesan dalam berkarier, kedudukan / jabatan tertentu, dst. Seolah-olah mereka akan hidup untuk selama-lamanya, seolah-olah maut tidak akan pernah menyapanya, seolah-olah semua perbuatannya tidak akan pernah dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya kelak dikemudian hari. Na’udzubillahi mindzalika!

Dan ketahuilah, bahwa ketika seseorang telah menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan / mengumpulkan berbagai perhiasan duniawi, maka pada saat itu pula dia telah melupakan kematian. Karena pada situasi seperti itu, biasanya yang bersangkutan akan merasa bahwa seolah-olah dia akan hidup untuk selama-lamanya, seolah-olah maut tidak akan pernah menyapanya, seolah-olah semua perbuatannya tidak akan pernah dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya kelak dikemudian hari. Na’udzubillahi mindzalika!

Hal sangat berbeda terjadi pada orang-orang yang senantiasa mengingat kematian. Apabila seseorang ingat akan kematian, maka tentunya dia akan lebih berhati-hati dalam mendapatkan / mengumpulkan berbagai perhiasan duniawi. Karena dia bisa merasakan bahwa hidup ini ternyata teramat singkat, dan maut itu bisa datang menjemputnya setiap saat, sementara semua perbuatannya (selama masa hidupnya di dunia yang teramat singkat ini) akan dimintai pertanggung-jawaban kepada-Nya kelak dikemudian hari, dan dia juga mengetahui bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْماً لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئاً إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللهِ الْغَرُورُ ﴿٣٣﴾
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).

-----

Ya… Tuhan kami,
Berilah kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami hanya berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin...!

Semoga bermanfaat!

NB.
Artikel terkait, silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/08/mengingat-kematian-iii.html

Kamis, 01 Desember 2011

TERNYATA KITA TERCIPTA DALAM KEADAAN YANG SANGAT LEMAH

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mungkin sebagian diantara kita menyangka bahwa seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah adalah orang yang kuat. Hal ini bisa dipahami, karena dengan kekayaannya, dia bisa berbuat apa saja. Namun ketika tiba-tiba penyakit kanker stadium akhir telah setia menemaninya, ternyata dia tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya menunggu ajal tiba. Pada kondisi seperti ini, ternyata harta kekayaannya yang melimpah tidak mampu membentenginya dari maut yang kian dekat menjemputnya. Jika sudah demikian, nampaklah bahwa ternyata dia hanyalah seorang manusia yang sangat lemah.

Hal yang sama juga terjadi pada seseorang yang sedang berada dipuncak kariernya. Dengan jabatan serta kekuasaan yang ada dalam genggamannya, seolah-olah dia bisa berbuat apa saja, sehingga orang-orang pada hormat kepadanya. Namun pada akhirnya jabatan serta kekuasaannya tersebut terpaksa harus dia tanggalkan bersamaan dengan masa pensiun yang telah menghampirinya. Dengan usia yang semakin senja serta tiadanya jabatan dan kekuasaan, menjadikan dia sebagai orang yang sangat lemah.

Demikian juga dengan seseorang yang sedang memegang kekuasaan sebagai pimpinan/presiden sebuah negara adidaya. Seolah-olah dia benar-benar berkuasa, sehingga dia dengan mudahnya dapat memenjarakan siapa saja yang berusaha menentangnya. Bahkan dia tak segan-segan untuk menghancurkan negara-negara lain yang lebih kecil yang dipandang menjadi ancaman. Namun pada kenyataannya, dia sesungguhnya adalah orang yang sangat lemah. Betapa tidak, kemana-mana dia harus mendapat pengawalan yang ekstra ketat karena begitu khawatir akan keselamatan jiwanya. Demikian seterusnya.

Terlebih lagi saat tiba-tiba bencana alam datang melanda. Apakah itu gunung meletus, tsunami, gempa bumi, dll. Nampak sekali, bahwa ternyata kita benar-benar tak berdaya ’tuk menghadapinya.

Oleh karena itu, janganlah kita menyombongkan diri ketika harta kekayaan, jabatan serta kekuasaan sedang dalam genggaman kita.

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (QS. 17. 37).

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”. (QS. 25. 63).

-----

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).

Amin...,
Ya rabbal ‘alamin...!!!

Semoga bermanfaat!

Sabtu, 05 November 2011

HANYA MENYAMPAIKAN AYAT-AYAT-NYA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sudah menjadi kewajiban bagi setiap kita kaum muslimin untuk berdakwah / menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf serta mencegah dari yang munkar. Karena sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 104, yang artinya adalah sebagai berikut:

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ’Imran. 104).

Di sisi lain, juga diperoleh penjelasan sebagai berikut: Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Sungguh, bila Allah memberi petunjuk kepada seseorang melalui perantara kamu maka itu lebih baik bagi kamu dari pada unta merah***." (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Oleh karena itu, marilah kita semua kaum muslimin untuk berlomba-lomba menyampaikan / menyebarkan / menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf serta mencegah dari yang munkar.

Meskipun demikian, dalam berdakwah kita tidak harus mentargetkan sedemikian rupa sehingga kita sukses membawa mereka untuk tertarik ke dalam jalan-Nya yang lurus. Karena kewajiban kita hanyalah menyampaikan ayat-ayat-Nya. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Ali ‘Imran ayat 20, yang artinya adalah sebagai berikut:

“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).

Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Allah dalam surat Al An’aam ayat 162, yang artinya adalah: “Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162).

Jadi, sebaiknya apapun yang kita lakukan, termasuk dalam berdakwah, harus kita niatkan semuanya ini hanya karena Allah semata. Bukan karena yang lain.

Saudaraku…,
Jika kita sudah berusaha secara maksimal, maka apapun hasilnya, semuanya itu sudah menjadi urusan Allah. Karena hak Allah-lah untuk memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya dia akan memilih jalan yang lurus (Islam). Demikianlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142 yang artinya adalah:

Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”. (Wallahu ta'ala a'lam).

Semoga bermanfaat.

NB.
*) Yang dimaksud dengan ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah.

**) Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

***) Unta merah adalah harta kekayaan yang sangat berharga dan menjadi kebanggaan orang Arab pada masa itu.

Kamis, 03 November 2011

DUNIA INI MEMANG PENUH DENGAN PERMAINAN



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dunia ini memang penuh dengan permainan (dan senda gurau belaka). Biarlah orang lain banyak yang hanyut dalam permainan itu. Bagi kita, yang penting tetap berupaya untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya yang lurus.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ ﴿٣٢﴾
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS. Al An’aam: 32).

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٣﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah* maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. Al Ahqaaf. 13). *) Yang dimaksud dengan “istiqamah” adalah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal saleh.

-----

... رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ ﴿١٠٩﴾
"... Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. (QS. Al Mu’minuun. 109).

رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنزَلَتْ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ ﴿٥٣﴾
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (QS. Ali ‘Imran. 53).

... رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا ﴿١٠﴾
"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS. Al Kahfi. 10).

Ya… Tuhan kami,

اهدِنَــــا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al Faatihah. 6 – 7).

Amin…,
Ya rabbal ‘alamin!

Semoga bermanfaat!


NB.Artikel terkait, silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2010/03/pintu-pintu-kesuksesan.html

Selasa, 01 November 2011

MENGHISAB DIRI SEBELUM DIHISAB ILLAHI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa uang yang kita bawa pulang (dari hasil bekerja, berdagang, dsb.) nantinya akan ditanyai dari mana asalnya uang itu dan akan dimintai pertanggung-jawaban untuk apa saja uang itu kita gunakan?

Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa rumah yang saat ini kita tempati, nantinya juga akan ditanyai dari mana asalnya rumah itu kita bangun/kita peroleh dan akan dimintai pertanggung-jawaban untuk apa saja rumah itu kita gunakan?

Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa pekerjaan yang saat ini menjadi profesi kita, nantinya juga akan ditanyai bagaimana caranya kita dalam memperoleh pekerjaan itu dan akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap semua kewajiban sebagai konsekuensi logis dari pekerjaan itu?

Saudaraku…,
Sadarkah kita, bahwa jabatan yang saat ini ada dalam genggaman kita, nantinya juga akan ditanyai bagaimana caranya kita dalam mendapatkan jabatan itu dan akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap semua tanggung jawab yang melekat pada jabatan itu?

Bahkan pendengaran, penglihatan serta hati kita, semuanya itu juga akan dimintai pertanggungan-jawabannya?

“Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab”. (QS. Az Zukhruf. 44).

”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al Israa’. 36).

Saudaraku…,
Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapinya?

Mengapa kita tidak menghisab diri kita sendiri sebelum dihisab Illahi Rabbi pada saatnya nanti?

Bukankah dengan menghisab diri kita sendiri sebelum dihisab Allah, maka kita masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri untuk kemudian bertaubat kepada-Nya? Bukankah Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?

“kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan** dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Baqarah. 160). **) Mengadakan perbaikan berarti melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik untuk menghilangkan akibat-akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”, (QS. Asy Syuura. 25).

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Nisaa’. 17).

“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al A’raaf. 153).

Saudaraku…,
Bisa dibayangkan, bahwa andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas diri kita dan andaikata Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, niscaya kita akan mengalami kesulitan-kesulitan yang teramat sangat. “Dan andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan)”. (QS. An Nuur. 10).

Saudaraku…,
Oleh karena itu, mulai saat ini, hisab diri kita sendiri sebelum dihisab Allah. Segera lakukan itu, sebelum ajal menjemput kita. Jangan ditunda-tunda lagi. Karena jika ajal telah datang menjemput kita, maka Allah sudah tidak lagi mau menerima taubat kita.

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih”. (QS. Al Nisaa’. 18). Na’udzubillahi mindzalika!

Semoga bermanfaat!

Kamis, 06 Oktober 2011

SIKAP SEORANG HAMBA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Seorang sahabat (dosen Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya / ITS) telah membuat pernyataan sebagai berikut: “Dari pagi sampai petang, kebanyakan manusia menyuruh Tuhan untuk menerima amal ibadahnya, memaksa Tuhan untuk berdagang dengannya karena Ia seolah butuh amal ibadahnya, bahkan menganggap Tuhan sebagai asisten pribadinya yang harus mengabulkan doa-doanya”.

-----

Semuanya itu sangat tergantung dari cara pandangnya, wahai saudaraku...!!!

Jika seorang hamba menyuruh Tuhannya untuk menerima amal ibadahnya atau mengharuskan Tuhannya untuk mengabulkan doa-doanya, maka tanpa dia sadari dia telah memposisikan dirinya sebagai tuan dan memposisikan Tuhannya sebagai "asisten pribadinya" sebagaimana yang saudaraku sampaikan. (Na’udzubillahi mindzalika!).

Namun jika seorang hamba menyadari akan kelemahan dirinya (sebagai makhluk yang tidak mempunyai kemampuan apapun dihadapan Allah) serta menyadari bahwa sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia, sehingga karenanya dia merasa sangat memerlukan pertolongan dan ampunan dari-Nya, tentunya ini adalah sikap yang sangat mulia. Dan memang demikianlah seharusnya sikap seorang hamba kepada Tuhannya. (Wallahu a'lam).

Saudaraku...,
Dalam Al Qur'an surat Al A'raaf ayat 55 – 56 dan surat Al Mu’min ayat 60 serta surat Al A'raaf ayat 128, diperoleh penjelasan (yang artinya) sebagai berikut:

"Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (QS. Al A'raaf. 55).

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al A'raaf. 56).

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku* akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Al Mu’min. 60). *) Yang dimaksud dengan “menyembah-Ku” di sini adalah “berdo’a kepada-Ku”.

“Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. Al A’raaf. 128).

Sedangkan dalam Al Qur'an surat Al Ikhlash ayat 1 – 4, diperoleh penjelasan (yang artinya) sebagai berikut:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan.

Semoga bermanfaat!

Senin, 03 Oktober 2011

MENGHADAPI SERBUAN KEMAKSIATAN

Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (single parent) telah bertanya: “Mohon saran. Anak-anak bersekolah di SD dan SMP Islam Fullday & pondok pesantren. Dalam waktu dekat, saya harus pindah rumah ke kota lain mendekati kantor. Jadi anak-anak juga harus pindah sekolah. Sebenarnya saya ingin anak-anak tetap sekolah di lingkungan yang islami, tapi biayanya mahal. Bagaimana solusinya?”

-----

Keputusan Ibu untuk menyekolahkan anak-anak di SD & SMP Islam Fullday & pondok pesantren adalah keputusan yang sangat tepat, mengingat realita yang sedang kita hadapi saat ini, dimana begitu banyak terdapat perusak akhlak berbanding dengan sangat sedikitnya proses pembangunan akhlak. Sehingga tidak mengherankan jika dimana-mana dapat dengan mudahnya kita temui para pemuda/pemudi kita yang bergaul dengan bebasnya. Sungguh..., suatu kenyataan yang sangat menyedihkan.

Beberapa waktu yang lalu, saya baca di Harian Surya (terbit di Surabaya), terdapat berita dimana warga Tulung Agung (sebuah kabupaten di bagian selatan Propinsi Jawa Timur) digegerkan oleh video tentang adegan layaknya suami istri yang diperankan oleh dua anak yang masih sangat belia. Yang perempuan bernama AR 14 th, siswa kelas 2 sebuah sekolah setingkat SLTP. Sedangkan pelaku laki-lakinya bernama PR 14 th, juga siswa kelas 2 sebuah SMP Negeri di Kec. Kauman, Tulung Agung. (Na’udzubillahi mindzalika!).

Keduanya melakukannya di balik pohon besar di sebuah hutan di Tulung Agung. Secara kebetulan ada pencari rumput yang secara tak sengaja mendengarkan adanya suara yang mencurigakan. Secara diam-diam, pencari rumput tersebut merekamnya dengan menggunakan ponsel, kemudian rekamannya beredar di kalangan warga di wilayah Kecamatan Kauman.

Sedangkan pergaulan di tingkat mahasiswa, juga tak kalah memprihatinkan. Kebetulan saya adalah seorang dosen. Saya banyak mengamati perkembangan pergaulan mereka. Dan biasanya, saya selipkan dakwah pada saat mengajar di kelas (meskipun saya adalah dosen Fakultas Teknik). Saya hanya berupaya untuk mengimbangi serbuan kemaksiatan di kalangan generasi muda kita dengan menyebarkan kebaikan kepada mereka, semampu saya.

Saudaraku...,
Melihat serbuan kemaksiatan yang luar biasa tersebut, hal ini benar-benar sangat membahayakan anak-anak / remaja kita. Oleh karena itu, akan lebih baik jika mereka dibekali pendidikan agama yang cukup.

Disamping itu, jangan biarkan mereka punya waktu luang yang banyak. Hal ini hanya akan memperbesar peluang mereka untuk bersentuhan dengan pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Akan lebih baik jika waktunya banyak diisi dengan berbagai kegiatan positif, khususnya yang terkait dengan proses pembangunan akhlak.

Jika dalam waktu dekat Ibu harus pindah rumah ke kota lain untuk mendekati kantor, sebaiknya tetap diupayakan agar mereka tetap disekolahkan di lingkungan yang islami*. Jika ternyata di kota yang baru biaya sekolah di lingkungan yang Islami mahal, mungkin ada baiknya jika anak-anak tetap bersekolah di sekolah yang lama, apalagi di sekolah yang lama juga sudah ada pondok pesantrennya. Sebagai jalan tengahnya, Ibu bisa menjenguknya tiap minggu sekali atau tiap dua minggu sekali / sebulan sekali. Memang, sebagai orang tua, kita harus sedikit berkorban demi masa depan mereka yang lebih baik.

“Dan berdo`alah: "Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat." (QS. Al Mu’minuun. 29).

“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (QS. Ali ‘Imran. 53).

Amin…,
Ya rabbal ‘alamin!

Demikian penjelasan yang bisa saya berikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Selamat berjuang, Bu...!!! Do’aku menyertai perjuangan Ibu.

Mungkin tautan di berikut ini, ada baiknya juga untuk di baca (jika berkenan membacanya, bisa klik di sini:
http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/06/ternyata-merusak-itu-lebih-mudah.html )

Semoga bermanfaat.

Wassalam,
Dari saudara seiman: Imron Kuswandi M.

NB.
*) Sebenarnya bersekolah di sekolah-sekolah umum juga tak masalah, selama bisa diupayakan untuk membekali mereka dengan tambahan pendidikan agama yang cukup di luar jam sekolah. Hal ini sebagai upaya untuk menghadapi serbuan kemaksiatan yang luar biasa, yang sangat membahayakan anak-anak / remaja kita. Disamping itu, hal ini juga sebagai upaya agar mereka tidak punya waktu luang yang banyak. Karena hal ini hanya akan memperbesar peluang mereka untuk bersentuhan dengan pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Akan lebih baik jika waktunya banyak diisi dengan berbagai kegiatan positif, khususnya yang terkait dengan proses pembangunan akhlak.

Sabtu, 01 Oktober 2011

TERNYATA SEMUANYA AKAN LENYAP!

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali ‘Imran. 14).

Saudaraku…,
Ingatlah bahwa semua yang ada di sisi kita, yaitu harta yang saat ini dalam genggaman kita, jabatan yang saat ini ada di tangan kita, juga orang-orang yang kita cintai (ibu bapak kita, saudara-saudara kita, istri kita, dst.), sesungguhnya semuanya itu pada akhirnya akan lenyap. Ibarat air hujan yang turun dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan yang ada di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering dan lenyap diterbangkan oleh angin. Begitulah gambaran kehidupan dunia, dimana pada akhirnya semuanya akan lenyap. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.

”Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An Nahl. 96). ”Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Kahfi. 45).

Saudaraku…,
Ingatlah, bahwa tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, jika kita mengetahui. ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS. Al ’Ankabuut. 64).

Semoga bermanfaat!

Senin, 05 September 2011

PENCEMARAN NAMA BAIK

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa perkembangan teknologi informasi yang ada pada saat ini, dapat mempermudah urusan kita. Dengannya, kita menjadi lebih mudah dalam menjalin tali silaturrahim dengan saudara-saudara kita yang lain yang tinggalnya berjauhan dengan tempat tinggal kita. Dapat mempermudah kita dalam berdakwah. Juga dapat mempermudah kita dalam mendapatkan informasi-informasi lainnya yang bermanfaat buat kita, dll.

Meskipun demikian, jika kita tidak menyandarkannya kepada Al Qur'an dan Al Hadits, maka perkembangan teknologi informasi yang ada pada saat ini juga dapat mempermudah jalan menuju "neraka". Karena dengan perkembangan teknologi informasi yang ada pada saat ini, ternyata juga berdampak pada demikian mudahnya penyebaran kemaksiatan diantara kita.

Bahkan bisa juga digunakan sebagai sarana untuk menebar fitnah / untuk mencemarkan nama baik seseorang. Karena bagi mereka yang paham teknologi informasi namun tidak berpegang (mengimani dan mengikuti) Al Qur'an dan Al Hadits, mereka bisa berbuat sedemikian rupa, sehingga seseorang yang menjadi sasaran pencemaran nama baik, seolah-olah telah menebar kemaksiatan / berita negatif (fitnahan, pornografi, dll) kepada khalayak via internet, padahal yang bersangkutan benar-benar tidak pernah melakukannya. Sesungguhnya mereka itu telah dibutakan mata hatinya, sehingga memandang baik perbuatan-perbuatan mereka itu. Na’udzubillahi mindzalika!

”Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al Hijr. 39). ”kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis* di antara mereka". (QS. Al Hijr. 40). *) Yang dimaksud dengan “mukhlis” ialah orang-orang yang diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah.

Dan tanpa kita sadari, mungkin saja sebagian diantara kita telah menjadi ”korban” pencemaran nama baik sebagaimana uraian di atas, dimana orang lain telah berbuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah kita telah menebar kemaksiatan / berita negatif (fitnahan, pornografi, dll) kepada khalayak via internet, padahal kita benar-benar tidak pernah melakukannya.

Saudaraku…,
Jika pada saat ini kita telah menjadi ”korban” pencemaran nama baik sebagaimana uraian di atas, maka menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, seharusnya kita tidak perlu panik. Kita juga tidak perlu larut dalam kesusahan, kesedihan maupun kegelisahan. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa kita menjadi tenang. “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27-28).

Lebih dari itu, seharusnya hal itu juga tidak memberikan pengaruh apapun kepada kita. Bukankah seluruh hidup kita, hanya kita persembahkan untuk-Nya?

“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162).

Saudaraku…,
Tiada artinya pujian dari orang lain, jika pada saat yang sama ternyata kita mendapat murka dari-Nya karena kita telah keluar dari jalan-Nya yang lurus, namun kita telah memakai “topeng”, sehingga seolah-olah dihadapan orang lain kita terlihat sebagai orang-orang yang terpuji.

Sebaliknya; biarpun orang-orang telah menghina kita, memalingkan mukanya dari kita, mencela kita, meninggalkan kita, dst. (sebagai dampak dari pencemaran nama baik tersebut, misalnya), namun jika pada saat yang sama justru kita bisa menggapai ridho-Nya karena kita telah berjalan sesuai dengan jalan-Nya yang lurus, maka seharusnya kita tidak perlu pusing dengan sikap mereka itu...!!!

Jika kita mampu untuk memaafkan mereka, maafkanlah. Semoga kelapangan dada kita dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan kita kepada-Nya. Amin!

Namun jika kita tidak mampu untuk memaafkan mereka, maka kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan memberikan keputusan terbaik diantara kita. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al Mumtahanah. 5).

Saudaraku…,
Sekali lagi, bahwa berdasarkan penjelasan Allah dalam surat Al An’aam ayat 162, aktivitas / kegiatan apapun yang kita lakukan, semuanya harus kita niatkan hanya karena Allah semata. Sehingga jika ada orang lain yang ingin menghancurkan nama baik kita sebagaimana uraian di atas, maka seharusnya hal itu tidak memberikan pengaruh apapun kepada kita.

Meskipun demikian, sebagai manusia biasa, kita juga mesti berupaya untuk memberikan penjelasan tentang duduk permasalahan yang sebenarnya kepada khalayak, agar tidak timbul fitnah.

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al Mumtahanah. 5). Amin...!!!

Semoga bermanfaat!

Sabtu, 03 September 2011

MENANTI SAAT PERJUMPAAN DENGAN-MU




Assalamu’alaikum wr. wb.

Ya Tuhan kami…,
Pada saat ini,
Kami sedang menanti saat perjumpaan dengan-Mu.

Dan cepat atau lambat,
Kami sadari ataupun tidak,
Kami ingat ataupun kami lupakan,
Yang pasti tetap saja,
Bahwa dari hari ke hari,
Kami semakin dekat dengan saat perjumpaan itu.

Karena Engkau telah berfirman dalam Al Qur’an surat Faathir ayat 11:

وَاللهُ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنثَى وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ وَمَا يُعَمَّرُ مِن مُّعَمَّرٍ وَلَا يُنقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ ﴿١١﴾
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah”. (QS. Faathir. 11).

Sedangkan dalam surat Maryam ayat 95, Engkau juga telah berfirman:

وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا ﴿٩٥﴾
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri”. (QS. Maryam. 95).

Ya Tuhan kami…,
Kamipun menyadari,
Betapa sesungguhnya saat perjumpaan itu,
Adalah benar-benar sudah teramat dekat di depan mata kami,
Berapapun umur kami saat ini.

Karena Engkau juga telah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Mu’minuun, bahwa sesungguhnya kami tidak tinggal di bumi ini melainkan hanya sebentar saja.

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ ﴿١١٢﴾ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْماً أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلْ الْعَادِّينَ ﴿١١٣﴾ قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
“Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" (QS. Al Mu’minuun. 112). Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." (QS. Al Mu’minuun. 113). Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui." (QS. Al Mu’minuun. 114).

Oleh karena itu,
Berilah kekuatan kepada kami,
Serta petunjuk kepada kami,
Sehingga kami mampu untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Mu,
Dengan mengisi sisa umur kami yang tinggal sedikit ini dengan segala kebaikan,
Serta senantiasa tidak menyia-nyiakan waktu yang tersisa ini untuk bersantai, apalagi sampai bermaksiat kepada-Mu.

Ya Tuhan kami…,
Bimbinglah kami,
Dan limpahkanlah kesabaran kepada kami,
Agar kami dapat mengakhiri hidup ini dalam keadaan berserah diri kepada-Mu,
Sehingga kami dapat berjumpa dengan-Mu (QS. Maryam. 95), sedangkan Engkau ridho kepada kami.

... رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ ﴿١٢٦﴾
"... Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)". (QS. Al A’raaf. 126). Amin, ya rabbal ‘alamin!

Semoga bermanfaat!

NB.
Artikel terkait, silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/11/sendirian.html

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞