بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Sabtu, 05 Januari 2013

JIHAD*

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Yang dimaksud dengan jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh dalam menegakkan agama Islam1 atau berjuang dengan sungguh-sungguh dalam menegakkan agama Islam dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada dalam diri kita, yang kesemuanya itu dilakukan semata-mata hanya karena mengharapkan keridhaan Allah SWT2.

Karena jihad adalah ibadah, maka dalam melaksanakannya harus kita niatkan dengan ikhlas hanya karena Allah semata. Perhatikan penjelasan Allah dalam surat Al An’aam ayat 162 berikut ini:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162).

Sedangkan bentuk jihad itu bisa beragam. Dalam situasi perang, maka berjihad adalah berjuang menegakkan agama Islam dengan berperang melawan musuh-musuh Islam yang telah memerangi Islam. Sedangkan dalam situasi damai, maka berjihad adalah berjuang menegakkan agama Islam sesuai dengan keahlian masing-masing. Misalnya: berdakwah / menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf serta mencegah dari yang munkar lewat tulisan melalui media cetak / blog / facebook / internet (bagi yang memiliki kemampuan / keahlian menulis), berdakwah dengan memberi contoh nyata dengan tidak mengurangi timbangan serta memberi informasi yang benar terhadap kualitas / kondisi barang dagangannya (bagi yang berprofesi sebagai pedagang), dst., dll.

Adalah sangat tidak dibenarkan berjihad melalui jalan kekerasan dalam situasi damai, apalagi sampai memakan korban jiwa. Seperti adanya fenomena pengeboman tempat-tempat maksiat, khususnya yang dikunjungi oleh turis asing yang kebanyakan non-muslim, dll. Apalagi jika di situ juga terdapat pengunjung / karyawan yang muslim.

Saudaraku…,
Kita tidak dibenarkan untuk membunuh jiwa seseorang (baik yang muslim maupun non-muslim), kecuali dengan suatu alasan yang dibenarkan oleh syara’. Perhatikan penjelasan beberapa ayat Al Qur’an berikut ini:

وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالحَقِّ وَمَن قُتِلَ مَظْلُومًا فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَاناً فَلاَ يُسْرِف فِّي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُورًا ﴿٣٣﴾
”Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar3. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan4 kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (QS. Al Israa’. 33).

3) Maksudnya adalah pembunuhan yang dibenarkan oleh syara’, seperti qishash, rajam, dll.

4) Yang dimaksud dengan kekuasaan di sini ialah hal ahli waris yang terbunuh atau penguasa untuk menuntut qishash atau menerima diat (lihat surat Al Baqarah ayat 178 dan surat An Nisaa’ ayat 92 berikut ini):

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأُنثَى بِالأُنثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاء إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿١٧٨﴾
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash5 berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih”. (QS. Al Baqarah. 178).

5) Yang dimaksud dengan qishash adalah mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan bila yang membunuh mendapatkan kema’afan dari ahli waris yang terbunuh, yaitu dengan membayar diat (ganti rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, misalnya dengan tidak mendesak yang membunuh dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, seperti tidak menangguh-nangguhkannya.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ أَن يَقْتُلَ مُؤْمِناً إِلاَّ خَطَئاً وَمَن قَتَلَ مُؤْمِناً خَطَئاً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا أَن يَصَّدَّقُواْ فَإِن كَانَ مِن قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّكُمْ وَهُوَ مْؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَإِن كَانَ مِن قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةً فَمَن لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِّنَ اللهِ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ﴿٩٢﴾
”Dan tidak layak bagi seorang mu'min membunuh seorang mu'min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)6, dan barangsiapa membunuh seorang mu'min karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat7 yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah8. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mu'min, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba-sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. An Nisaa’. 92).

6) Yang dimaksud di sini, seperti saat seseorang hendak menembak burung, ternyata secara tidak sengaja telah mengenai orang lain.

7) Diat adalah pembayaran sejumlah harta karena suatu tindak pidana terhadap jiwa atau anggota badan.

8) Yang dimaksud dengan bersedekah di sini adalah membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat.

Oleh karena itu, berhati-hatilah wahai saudaraku. Karena sekalipun niat kita adalah baik, jika tidak berhati-hati, kita bisa saja terjebak dalam jeratan syaitan. Karena sesungguhnya syaitan akan selalu berupaya mendatangi kita dari segala arah, dalam upayanya untuk menyesatkan kita. Dalam Al Qur’an surat Al A’raaf ayat 16 – 17, diperoleh keterangan bahwa:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ﴿١٧﴾
“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)”. (QS. Al A’raaf. 16 – 17).

-----
Ya… Tuhan kami,
Bimbinglah kami,
Sehingga kami tetap mampu untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang semua ajaran Islam, sesuai dengan yang telah Engkau ajarkan kepada kami.

اللَّهُّمَ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai kebenaran dan karuniakanlah kami untuk mengikutinya. Dan tampakkanlah kebatilan itu sebagai kebatilan dan karuniakanlah kami untuk menjauhinya.” 

Ya… Tuhan kami,

اهدِنَــــا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al Faatihah. 6 – 7).

Demikian...,
Semoga bermanfaat.

NB.
*) Tulisan di atas terinspirasi dari pertanyaan yang disampaikan oleh seorang teman muallaf terkait bom bunuh diri yang telah beberapa kali terjadi di tanah air. Beliau telah menyampaikan pertanyaan sebagai berikut: “Mau nanya perihal bom bunuh diri, Pak Imron? Bagaimana ana menjelaskan pada keluarga karena ibu bertanya terus. Dan ana sudah jelaskan semampu ilmu (yang ana miliki)”.

1) Demikian pendapat KH. Mu'ammal Hamidy, Lc. yang beliau sampaikan saat memberi kajian rutin ba’da maghrib di Masjid Al Falah Jl. Raya Darmo 137A Surabaya (sebuah masjid besar di dekat Kebun Binatang Surabaya).

2) Demikian pendapat Prof. Dr. H. Roem Rowi, MA. yang beliau sampaikan saat memberi kajian rutin Kitab Riyadhush Sholihin di Masjid Al Falah Surabaya pada tanggal 20 Januari 2013.


Kamis, 03 Januari 2013

SAAT MELIHAT TANDA-TANDA KEBESARAN-NYA


Assalamu’alaikum wr. wb.

Setelah kembali ke tanah air, seorang teman muallaf telah menyapa: “Gimana kabarnya? Alhamdulillah sudah berada di tanah air, yah pa? Cerita-cerita dong pa bila berkenan, maaf”.

-----

Saudaraku…,
Mungkin kita membayangkan seandainya diantara kita diberi kesempatan untuk bertemu langsung dengan Rasulullah SAW, maka iman kita akan bertambah-tambah hingga apapun akan kita korbankan (bahkan hingga nyawa kita sekalipun) untuk mendukung perjuangan Beliau. Faktanya, ternyata tidak selalu demikian. Abu Jahal serta Abu Lahab (paman Beliau) yang mengetahui sendiri keberadaan Beliau dari dalam kandungan / sebelum lahir hingga menjadi Nabi, ternyata kekafirannya justru bertambah-tambah.

Demikian pula, tidak semua orang yang diberi kesempatan untuk melihat langsung Masjid Nabawi dan Masjidil Haram (+ tempat-tempat lainnya di tanah suci) serta melakukan sholat + ibadah lainnya di sana, lantas bertambah-tambah imannya.

Saudaraku...,
Hanya orang-orang yang diberi petunjuk oleh-Nya saja, yang imannya akan bertambah-tambah (semakin kuat tingkat keimanannya) saat melihat tanda-tanda Kebesaran-Nya.

-----

Ya Tuhan kami…!
Bimbinglah kami…,
Sehingga kami senantiasa berada dalam jalan-Mu yang lurus.

Ya Tuhan kami…!
Jagalah kami…,
Sehingga kami senantiasa berada dalam naungan ridlo-Mu.

Ya Tuhan kami…!
Tunjukilah kami…,
Sehingga kami senantiasa dapat menjaga cahaya kebenaran ini (setelah pengetahuan datang kepada kami) hingga akhir hayat kami.

Ya Tuhan kami…!
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al Faatihah. 6 – 7).

... رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٨﴾
"... Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At Tahrim. 8).

إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ ﴿١٠٩﴾
“Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdo`a (di dunia): "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik”. (QS. Al Mu’minuun. 109).

... رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا ﴿١٠﴾
"... Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS. Al Kahfi. 10).

Amin...,
Ya rabbal ‘alamin...!!!

Semoga bermanfaat.





Selasa, 01 Januari 2013

TENTANG SEPUTAR MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang teman muallaf telah menyampaikan pertanyaan sebagai berikut: “Afwan ana ganggu & sedikit merepotkan. Boleh ana tahu perihal memperingati Maulid Nabi? Ada yang mengatakan bid'ah (haram) & ada yang mengatakan sunnah. Mohon bimbingan & referensi dalilnya. Syukron".

-----

Saudaraku...,
Sesungguhnya segala ibadah itu adalah haram, kecuali jika ada tuntunannya (ada ayat Al Qur'an atau Al Hadits yang mengaturnya).

Dasar tidak dibolehkannya amal ibadah baru tanpa adanya tuntunan dari Al Qur'an atau Al Hadits adalah karena sebelum beliau Rasulullah SAW. wafat, Islam telah tuntas diturunkan semuanya dengan sempurna (tidak ada satu bagianpun yang belum tersampaikan kepada umat manusia). Hal ini ditandai dengan turunnya ayat terakhir (surat Al Maa-idah ayat 3), yang menjelaskan bahwa agama Islam telah sempurna, oleh karena itu tidak boleh ditambah dan dikurangi.

 
... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣﴾
“… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Maa-idah. 3).

Terkait dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW., hal itu tergantung niatnya / dari sudut mana kita memandangnya.

Pada saat Beliau masih hidup, Beliau serta para sahabat memang tidak pernah merayakan hari kelahirannya. Artinya Beliau memang tidak memberi contoh tentang hal ini.

Nah...,
Kalau kita memandang bahwa perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW. sebagai suatu amal ibadah baru, tentunya hal ini adalah benar-benar terlarang / haram, karena memang tidak ada tuntunannya.



Diriwayatkan dari Jabir berkata, Rasulullah SAW. bersabda:
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. (رواه مسلم) 
“Kemudian daripada itu. Maka sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah. Dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Nabi Muhammad SAW. Dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Maka sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap kebid’ahan adalah sesat.” (HR. Muslim)

Sedangkan apabila hanya diniatkan untuk menghormati dan mengenang Beliau maupun sebagai pengungkapan rasa cinta kita kepada Beliau Nabi Muhammad SAW. (tanpa menganggapnya sebagai suatu amal ibadah yang baru), maka dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama'. Ada yang membolehkannya, namun ada juga yang melarangnya secara mutlak.

Saran:
Sebaiknya kita tidak perlu terlalu larut pada masalah-masalah khilafiyah seperti ini (juga masalah-masalah khilafiyah yang lain, seperti masalah do'a qunut pada sholat subuh, dll).

Selama perbedaan pendapat tersebut bukan menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, maka langkah terbaik adalah saling menghormati perbedaan itu. Kita harus lebih mengedepankan persatuan umat, sehingga kita tidak sampai terpecah belah karenanya. Jika kita sampai terpecah belah, maka yang akan mereguk keuntungan adalah musuh-musuh Islam. Na’udzubillahi mindzalika!

 
وَالَّذينَ كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ ﴿٧٣﴾
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu*, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (QS. Al Anfaal. 73).

*) Yang dimaksud dengan apa yang telah diperintahkan Allah itu; adalah keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara kaum muslimin.

Namun jika perbedaan pendapat tersebut menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, seperti: adanya segolongan orang Islam yang mengatakan bahwa sholat wajib itu hanya tiga waktu, atau membolehkan minum khamer sebelum melaksanakan sholat, atau menganggap puasa Ramadhan itu tidak wajib, atau membolehkan sholat dengan menggunakan Bahasa Indonesia, atau mengakui ada nabi lagi sesudah Nabi Muhammad SAW., atau membolehkan pelaksanaan ibadah haji pada bulan apapun sepanjang tahun, atau memandang zakat itu sebagai ibadah sunat, atau meyakini bahwa Allah itu mempunyai putra, dll., maka untuk kasus-kasus seperti ini, adalah tugas kita bersama untuk meluruskannya (wallahu a'lam).


Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan.

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞