بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Jumat, 05 Juni 2020

PUASA SUNNAH PADA 9 HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri di Semarang) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut: “Pak Imron, puasanya kapan dan Hari Raya Idul Adha-nya kapan? Selasa atau Rabu?”.

Saudaraku,
Karena untuk tahun ini tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2018, maka puasanya dari tanggal 13 s/d 21 Agustus 2018. Kalau bisa, berpuasa sebanyak-banyaknya (9 hari full), kalau nggak bisa ya semampunya (beberapa hari saja diantara 9 hari pertama bulan Dzulhijjah) dan kalau masih berat juga, upayakan jangan sampai ditinggal puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah/jatuh pada hari Selasa 21 Agustus 2018). Dan karena tanggal 1 Dzulhijjah jatuh pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2018, maka Hari Raya Idul Adha-nya jatuh pada hari Rabu 22 Agustus 2018.

Berikut ini dalil tentang puasa 9 hari pertama bulan Dzulhijjah, yang aku kutipkan dari Kitab Shahih Sunan Abu Daud:

عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ. (رواه ابو داود)
2437. Dari beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah, hari As Syura' (10 Muharram), dan tiga hari setiap bulan. Beliau mengawalinya dengan puasa hari Senin dan Kamis." (HR. Abu Dawud).

Sedangkan dalil puasa Arafah, bisa dilihat pada hadits yang aku kutipkan dari Kitab Shahih Muslim berikut ini:

و حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ جَمِيعًا عَنْ حَمَّادٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلَانَ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَجُلٌ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَيْفَ تَصُومُ فَغَضِبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ غَضَبَهُ قَالَ رَضِينَا بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا نَعُوذُ بِاللهِ مِنْ غَضَبِ اللهِ وَغَضَبِ رَسُولِهِ فَجَعَلَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يُرَدِّدُ هَذَا الْكَلَامَ حَتَّى سَكَنَ غَضَبُهُ فَقَالَ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ بِمَنْ يَصُومُ الدَّهْرَ كُلَّهُ قَالَ لَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ أَوْ قَالَ لَمْ يَصُمْ وَلَمْ يُفْطِرْ قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمَيْنِ وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ وَيُطِيقُ ذَلِكَ أَحَدٌ قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا قَالَ ذَاكَ صَوْمُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ كَيْفَ مَنْ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمَيْنِ قَالَ وَدِدْتُ أَنِّي طُوِّقْتُ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثٌ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ فَهَذَا صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ. (رواه مسلم)
Dan Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi dan Qutaibah bin Sa'id semuanya dari Hammad - Yahya berkata- telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ghailan dari Abdullah bin Ma'bad Az Zimani dari Abu Qatadah bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya, "Bagaimanakah Anda berpuasa?" Mendengar pertanyaan itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam marah. Dan ketika Umar menyaksikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam marah, ia berkata, "Kami rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul. Kami berlindung kepada Allah, dari murka Allah dan Rasul-Nya." Umar mengulang ucapan tersebut hingga kemarahan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam reda. Kemudian ia bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang berpuasa sepanjang tahun?" Beliau menjawab: "Dia tidak berpuasa dan tidak juga berbuka." -atau beliau katakan dengan redaksi 'Selamanya ia tak dianggap berpuasa dan tidak pula dianggap berbuka-- Umar bertanya lagi, "Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka sehari?" beliau menjawab: "Itu adalah puasa Dawud 'Alaihis Salam." Umar bertanya lagi, "Bagaimana dengan orang yang berpuasa sehari dan berbuka dua hari?" beliau menjawab: "Aku senang, jika diberi kekuatan untuk itu." kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Puasa tiga hari setiap bulan, puasa dari Ramadlan ke Ramadlan sama dengan puasa setahun penuh. Sedangkan puasa pada hari Arafah, aku memohon pula kepada Allah, agar puasa itu bisa menghapus dosa setahun penuh sebelumnya dan setahun sesudahnya. Adapun puasa pada hari 'Asyura`, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya." (HR. Muslim).

Semoga bermanfaat.

Rabu, 03 Juni 2020

SAAT DITIMPA COBAAN YANG SANGAT BERAT


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (staf pengajar/dosen fakultas ekonomi sebuah perguruan tinggi negeri di Sumatera) telah menyampaikan pesan di sebuah grup WhatsApp sebagai berikut: “Mohon maaf jika saya slow respon jika panjenengan WA, saya benar-benar drop. Ada hal yang membuat saya down, Pak Imron. Ada fitnah kejam tentang saya. Semoga saya kuat”.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Menghadapi cobaan yang sangat berat ini, mohonlah kepada Allah agar saudaraku diberi kekuatan sehingga saudaraku benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Allah berikan kepada saudaraku.

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا ءَاتَـــٰـهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

Lebih dari itu, sadarkah saudaraku, bahwa sesungguhnya saudaraku termasuk orang-orang pilihan yang dipilih langsung oleh Allah SWT. karena saudaraku dipandang mampu untuk mendapatkan cobaan seperti ini? Karena seandainya hal ini ditimpakan kepada orang lain, belum tentu mereka bisa tabah dan sabar dalam menghadapinya.

Sudahkah saudaraku menyadarinya? Dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan berupaya untuk bisa tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan ini dan tetap berbaik sangka kepada-Nya? Bukankah saudaraku termasuk orang-orang pilihan yang dipilih langsung oleh Allah karena saudaraku dipandang mampu untuk mendapatkan cobaan seperti ini? Bukankah Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya?

لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا...
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...” (QS. Al Baqarah ayat 286).

Terlebih lagi jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al Bukhari).

Disamping itu semua, tahukah saudaraku bahwa seseorang itu akan diberi cobaan oleh Allah SWT. sesuai dengan keadaan agamanya. Jika agamanya kuat, Allah SWT. akan berikan kepadanya cobaan yang berat. Sedangkan jika agamanya masih lemah, ia juga akan diuji sesuai dengan agamanya. Dengan demikian jika pada saat ini saudaraku ditimpa cobaan yang teramat berat, hal ini sekaligus juga menunjukkan betapa kuatnya agama saudaraku.

وَأَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ  رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras dikenai cobaan?” Jawab beliau, “Para nabi, lantas yang semisal, dan yang semisal. Seseorang akan tertimpa cobaan sesuai dengan keadaan agamanya. Jika agamanya kuat, cobaan itu pun keras. Jika agamanya masih lemah, ia akan diuji sesuai dengan agamanya. Tiadalah cobaan itu senantiasa menimpa seorang hamba sampai ia meninggalkan si hamba berjalan di muka bumi tanpa ada dosa padanya.” (HR. At-Tirmidzi, hadits dari Mush’ab bin Sa’d, dari ayahnya).

Berbahagialah engkau wahai saudaraku, karena dalam hal ini bukan aku yang menilai, namun yang menilai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (baca kembali hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di atas).

Sedangkan segala yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (termasuk dalam hal ini), tidak lain adalah wahyu semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berkata-kata tidaklah mengikuti hawa nafsunya, melainkan dibimbing oleh wahyu yang diturunkan kepada Beliau.

قُلْ إِنَّمَا أُنذِرُكُم بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ ﴿٤٥﴾
“Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan" (QS. Al Anbiyaa’. 45).

Oleh karena itu dalam situasi/kondisi bagaimanapun, tetaplah istiqomah untuk senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Tak mungkin Allah bermaksud buruk kepada hamba-hamba-Nya.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم) 
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal melainkan dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”. (HR. Muslim).

Sedangkan terkait fitnah yang saat ini sedang menimpa saudaraku, maka menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, seharusnya saudaraku tidak perlu panik. Kita juga tidak perlu larut dalam kesusahan, kesedihan maupun kegelisahan. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa kita menjadi tenang.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27 – 28).

Lebih dari itu, seharusnya hal itu juga tidak memberikan pengaruh apapun kepada kita. Bukankah seluruh hidup kita, hanya kita persembahkan untuk-Nya?

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162). “tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 163).

Saudaraku,
Tiada artinya pujian dari orang lain, jika pada saat yang sama ternyata kita mendapat murka dari-Nya karena kita telah keluar dari jalan-Nya yang lurus, namun kita telah memakai “topeng”, sehingga seolah-olah dihadapan orang lain kita terlihat sebagai orang-orang yang terpuji.

Sebaliknya; biarpun orang-orang telah menghina kita, memalingkan mukanya dari kita, mencela kita, meninggalkan kita, dst. (sebagai dampak dari pencemaran nama baik tersebut, misalnya), namun jika pada saat yang sama justru kita bisa menggapai ridho-Nya karena kita telah berjalan sesuai dengan jalan-Nya yang lurus, maka seharusnya kita tidak perlu pusing dengan sikap mereka itu!

Jika kita mampu untuk memaafkan mereka, maafkanlah. Semoga kelapangan dada kita dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan kita kepada-Nya. Amin!

Namun jika kita tidak mampu untuk memaafkan mereka, maka kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan memberikan keputusan terbaik diantara kita. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana.

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٥﴾
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al Mumtahanah. 5). Amin, ya rabbal ‘alamin!

Meskipun demikian, sebagai manusia biasa, ada baiknya jika saudaraku juga berupaya untuk memberikan penjelasan tentang duduk permasalahan yang sebenarnya kepada khalayak, sebagai upaya untuk meredam fitnah tersebut atau minimal agar tidak timbul fitnah yang lebih besar lagi.

Tanggapan beliau: “Alhamdulillah. Matur nuwun tausiyahnya*, Pak Imron”.

Demikian dialog ini. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

NB.
*)  Tausiyah merupakan istilah lain dari dakwah bi al-lisan, yaitu dakwah yang dilakukan melalui lisan.

Senin, 01 Juni 2020

HADITS TENTANG FADHILAH 10 HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (teman alumni SMAN 1 Blitar/staf pengajar/guru sebuah SMA Negeri di Surabaya) telah menyampaikan pertanyaan via WhatsApp sebagai berikut: “Aku tanya, ya. Apa benar HR ini? Aku dikirimi temanku”.

Puasa 1-9 H.

السلام عليكم ورحمة الله وبركا ته.... معاشرالاخوان والمسلمين رحمكمﷲ.
Sebelumnya mohon izin untuk menyampaikan fadhilah 10 hari pertama mulai tanggal 1 s/d 10 Dzulhijjah 1439 H.

Alhamdulillah.
Semoga kita semuanya selalu mendapat rahmat Allah SWT. Sekedar mengingatkan bahwa besok hari Senin tanggal 13 Agustus 2018 bertepatan tanggal 1 Dzulhijjah 1439 H.

Pahala dan Keutamaan 10 hari Pertama Bulan Dzulhijjah.
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Hari 1 bulan Dzulhijah
Adalah hari di mana Allah SWT mengampuni dosanya Nabi Adam AS. Barang siapa berpuasa pada hari tersebut, Allah SWT akan mengampuni segala dosanya.

Hari 2 bulan Dzulhijah
Adalah hari di mana Allaah SWT mengabulkan doa Nabi Yunus AS dengan mengeluarkannya dari perut ikan. Barang siapa berpuasa pada hari itu seolah olah telah beribadah selama satu tahun penuh tanpa berbuat maksiat sekejap pun.

Hari 3 bulan Dzulhijah
Adalah hari di mana Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria. Barang siapa berpuasa pada hari itu, maka Allaah SWT akan mengabulkan segala do’anya.

Hari 4 bulan Dzulhijah
Adalah hari di mana Nabi Isa AS dilahirkan. Barang siapa berpuasa pada hari itu akan terhindar dari kesengsaraan dan kemiskinan.

Hari 5 bulan Dzulhijah
Adalah hari di mana Nabi Musa AS dilahirkan, barang siapa berpuasa pada hari itu akan bebas dari kemunafikan dan adzab kubur.

Hari 6 bulan Dzulhijah
Adalah hari dimana Allah SWT membuka pintu kebajikan untuk Nabi-Nya, barang siapa berpuasa pada hari itu akan dipandang oleh Allah SWT dengan penuh Rahmat dan tidak akan diadzab.

Hari 7 bulan Dzulhijjah
Adalah hari ditutupnya pintu jahannam dan tidak akan dibuka sebelum hari kesepuluh lewat. Barang siapa berpuasa pada hari itu Allah SWT akan menutup tiga puluh pintu kemelaratan dan kesukaran serta akan membuka tigapuluh pintu kesenangan dan kemudahan.

Hari 8 adalah hari Tarwiyah.
Barang siapa berpuasa pada hari itu akan memperoleh pahala yang tidak diketahui besarnya kecuali oleh Allah SWT.

Hari 9 adalah hari Arafah.
Barang siapa berpuasa pada hari itu puasanya menjadi tebusan dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Hari 10 adalah hari Raya Iedul Qurban. Barang siapa menyembelih Qurban, maka pada tetesan pertama darah Qurban diampunkan dosa dosanya dan dosa anak-anak dan istrinya. (HR. Ibnu Abbas).

Tanggapan.

Saudaraku,
Jika benar tertulis HR. Ibnu Abbas, maka ketahuilah bahwa meskipun penulisan hadits sudah dimulai semenjak masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun pada masa itu masih belum dibukukan. Bahkan pada zaman sahabat radhiyallahu ‘anhum penulisan hadits masih dalam bentuk suhuf atau lembaran lembaran.

Sedangkan sejarah pembukuan hadits diawali pada saat Umar Bin Abdul Aziz dipercaya menjadi khalifah pada 10 Safar tahun 99 H. Hal ini berangkat dari kegalauan beliau karena selama ini hadits banyak dihafal oleh orang-orang yang punya hafalan kuat, sedangkan kebutuhan masyarakat luas untuk mengetahui hadits sudah tidak bisa dimungkiri. Karenanya, Umar Bin Abdul Aziz merasa bahwa pembukuan hadits perlu dilakukan.

Pada periode awal ditengarai tidak ada pemisahan hadits, yakni mencampur-adukan hadits shahih dengan hadits hasan dan hadits dha’if. Segala hadits yang mereka terima dibukukan dengan tidak menerangkan keshahihanya atau kehasananya atau kedho’ifanya. Selanjutnya pada abad ke 3 H sudah mulai dibedakan secara rapi antara hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif.

Penyaringan terhadap hadits-hadits yang sahih, maudlu atau dhaif diselenggarakan dengan sempurna oleh Imam Al-Bukhari. Sampai saat ini, hadits-hadits yang disusun Al Bukhari dikenal dengan hadits shahih Bukhari yang menjadi kitab kumpulan hadits yang banyak digunakan sebagai rujukan dalam setiap penelitian Islam.

Sesudah Shahih Bukhari dan shahih Muslim, banyak Imam lain bermunculan mengikuti jejak Bukhari dan Muslim, diantaranya adalah Abu Dawud, Al-Tirmizdi, An-Nasa’i, dan Ibn Majah, yang kemudian dikenal dengan nama Al-Kutub Al-Sittah. Mereka semua itu telah mengumpulkan hadits dengan berpegang pada usaha sendiri dan pemeriksaan sendiri dengan menemui para penghafalnya yang tersebar di penjuru negara Arab, Persi dan lain-lain. 

Saudaraku,
Berikut ini contoh sebuah hadits yang aku kutibkan langsung dari Kitab Shahih Sunan Tirmidzi, yaitu hadits no. 1882 tentang keringanan minum sambil berdiri:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ الْأَحْوَلُ وَمُغِيرَةُ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَرِبَ مِنْ زَمْزَمَ وَهُوَ قَائِمٌ. (رواه الترمذى)
Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Husyaim menceritakan kepada kami, Ashim bin Al Ahwal dan Mughirah menceritakan kepada kami dan mereka berkata, dari Asy-Sya'bi, dari Ibnu Abbas: Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum air zamzam sambil berdiri. (HR. At-Tirmidzi, no. 1882).

Dalam hadits tersebut, Imam Tirmidzi adalah perawi hadits, yaitu orang yang menerima hadits kemudian megumpulkanya dalam suatu kitab (yaitu Kitab Shahih Sunan Tirmidzi). Sedangkan nama-nama dari Ahmad bin Mani' hingga Ibnu Abbas merupakan silsilah atau rangkaian /susunan orang-orang yang menyampaikan hadits, atau dikenal dengan istilah “sanad hadits”. Dalam hal ini, Imam Tirmidzi menerima hadits tersebut dari Ahmad bin Mani' dan seterusnya hingga Ibnu Abbas. Sedangkan Ibnu Abbas adalah orang yang menerima hadits tersebut langsung dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ibnu Abbas adalah orang yang melihat langsung perbuatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah minum air zamzam sambil berdiri). Adapun materi atau lafazh hadits, yaitu: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum air zamzam sambil berdiri”, dikenal dengan istilah: matan hadits.

Kesimpulan.
Dari uraian di atas, jika hadits kiriman teman saudaraku di atas memang benar tertulis HR. Ibnu Abbas, maka kesahihan hadits kiriman teman saudaraku di atas jelas diragukan/tidak bisa dibuktikan, karena Ibnu Abbas adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan pada masa sahabat, penulisan hadits masih dalam bentuk suhuf atau lembaran lembaran. Pembukuan hadits dengan penyaringan terhadap hadits-hadits yang sahih, maudlu atau dhaif baru diselenggarakan dengan sempurna pada abad ke 3 H.

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

NB.
Umar Bin Abdul Aziz dipercaya menjadi khalifah pada 10 Safar tahun 99 H., sumber: https://almanhaj.or.id/3764-khalifah-umar-bin-abdil-aziz-rahimahullah.html

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞