بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 06 Oktober 2015

BENARKAH TIDAK ADA JAMINAN NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM MASUK SURGA?


Assalamu’alaikum wr. wb.

Pada bulan Ramadhan 1435 H yang lalu, seorang dosen senior di ITS telah menyampaikan pesan via inbox (facebook) terkait ceramah Prof. Dr. Quraish Shibab di sebuah stasiun televisi swasta nasional (biasanya beliau memberikan kajian rutin menjelang subuh setiap bulan Ramadhan di sebuah stasiun televisi tersebut/kebetulan saya tidak menyaksikan ceramah tersebut). Berikut ini adalah pesan dosen ITS tersebut:

22 Ramadhan 1435 H 08:03
Pak Fulan (nama samaran)
• Gus saya perlu pencerahan tentang polemik ceramah Prof. Quraish Shibab. Ini tanggapan beliau: Quraish Shihab mendasarkan penjelasannya pada hadits, antara lain, “Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya: “Engkau pun tidak?”, beliau menjawab: “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah kepadaku”.

22 Ramadhan 1435 H 08:04
Imron Kuswandi M
• Ceramah yang mana, Pak Fulan? Ceramah tentang apa?

22 Ramadhan 1435 H 08:04
Pak Fulan
• Tentang tidak ada jaminan Nabi Muhammad SAW. masuk surga.

MARI KITA KAJI DIALOG DI ATAS

Ada dua hal yang perlu dibahas dalam dialog di atas:
1.  Tidak seorangpun masuk surga karena amalnya (termasuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), kecuali berkat rahmat Allah?
2.  Tidak ada jaminan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk surga?

~

1.  Tidak Seorangpun Masuk Surga Karena Amalnya (Termasuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), Kecuali Berkat Rahmat Allah?

Saudaraku,
Mari kita perhatikan ilustrasi berikut ini:

Ketika kita menggunakan jasa pengetikan untuk mengetikkan makalah kita dengan tarif yang wajar atau sekitar Rp 3.000,- per halaman dan setelah pengetikan makalah kita tersebut selesai dan diserahkan kepada kita kemudian kita lihat hasil pengetikannya ternyata terdapat kesalahan ketik sekitar satu atau dua huruf, maka dalam hal ini seharusnya kita bisa memakluminya sebagai sebuah kesalahan yang wajar, yang masih bisa ditolerir/dima’afkan.

Hal yang berbeda terjadi jika upah yang kita berikan adalah jauh di atas tarif yang wajar, misalnya kita berikan upah sebesar Rp 1.000.000,- per halamannya. Maka dalam hal ini kesalahan ketik walau hanya satu atau dua huruf, benar-benar sudah merupakan sebuah kesalahan fatal yang tidak bisa dima’afkan lagi.

Kesimpulan:
Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa untuk kesalahan yang sama, ternyata nilai kesalahannya akan semakin tinggi ketika imbalan yang diberikan juga semakin tinggi.

Saudaraku,
Sekarang marilah kita memikirkan tentang apa yang terjadi antara kita dengan Allah SWT.

Jika kita perhatikan dengan seksama, ternyata nikmat yang telah Allah berikan kepada kita adalah tidak terhingga, baik nilainya maupun jumlahnya. Jantung kita misalnya (juga paru-paru kita, hati kita, organ pencernaan kita, apalagi otak kita), tentunya tidak ada satupun di antara kita yang bersedia ditukar dengan sejumlah uang (berapapun banyaknya), karena masing-masing adalah tak ternilai harganya.

Demikian juga halnya dengan nikmat-nikmat yang lain, seperti: bumi tempat kita berpijak, udara yang kita hirup saat kita bernafas, air yang kita minum, dll), ternyata semuanya juga tidak ternilai. Karena tidak ada satupun di antara kita yang bersedia diberi sejumlah uang (berapapun banyaknya), jika syaratnya adalah: harus hengkang dari permukaan bumi ini, atau tidak boleh bernafas walau hanya sehari, atau tidak boleh minum air sama sekali walau hanya 3 bulan. Karena tidak ada satupun diantara kita yang mampu bertahan hidup di luar planet kita tercinta ini, dan tidak ada satupun diantara kita yang mampu bertahan hidup tanpa bernafas walau hanya sehari, dan juga tidak ada satupun diantara kita yang mampu bertahan hidup tanpa air selama 3 bulan.

Sementara itu jika kita mencoba untuk menghitung jumlah nikmat dari-Nya, pasti kita juga tidak akan mampu menghitungnya, karena jumlah nikmat yang diberikan-Nya kepada kita adalah tak terhingga.

وَءَاتَــىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنسَـــٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ ﴿٣٤﴾
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah)”. (QS. Ibrahim. 34).

Saudaraku,
Jika kita melihat kembali kesimpulan kisah di atas (yang menyatakan bahwa untuk kesalahan yang sama, ternyata nilai kesalahannya akan semakin tinggi ketika imbalan yang diberikan juga semakin tinggi), maka logika kita akan mengatakan bahwa apabila kita melakukan suatu kesalahan yang menurut pandangan kita hanyalah kesalahan yang sepele saja, namun jika hal ini kita kaitkan dengan pemberian Allah yang tak terhingga kepada kita, tentunya nilai kesalahannya adalah teramat besar, bahkan tak terhingga. (Wallahu a'lam).

Dengan demikian apabila seseorang telah melakukan suatu kesalahan yang menurut pandangan kita hanyalah kesalahan yang kecil (misal: seseorang telah mengurangi timbangan sedemikian rupa sehingga dia mendapatkan “tambahan keuntungan” sebesar Rp 1.000,- dari transaksi tersebut), kemudian orang tersebut dihukum di neraka dengan siksaan yang tak terperikan selama 1 juta tahun misalnya, selanjutnya kesalahan/dosanya dianggap telah terhapus, maka hal ini pasti karena telah dima’afkan/telah diampuni oleh Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun. (Wallahu a'lam).

Karena jika tidak mendapatkan ampunan dari-Nya, maka logika kita akan mengatakan bahwa akibat dari kesalahan tersebut, maka dihukum di neraka seberat apapun dan seberapa lamapun, hal ini tetap tidak akan mampu menghapus dosa/kesalahan yang telah dia perbuat, karena nilai kesalahannya adalah tidak terhingga. Artinya hukuman di neraka seberat apapun dan seberapa lamapun, tetap tidak akan mampu menebus nilai kesalahannya yang tidak terhingga tersebut! (Wallahu a'lam).

Saudaraku,
Demikianlah kasih sayang yang telah Allah berikan kepada orang-orang yang beriman. Ya, pada akhirnya Allah akan mengampuni segala dosa bagi setiap orang yang wafat dalam keadaan beriman kepada-Nya. Sedangkan bagi siapa saja yang wafat dalam keadaan mempersekutukan-Nya, maka tiada ampunan baginya. (Na’udzubillahi mindzalika).

إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).

Saudaraku,
Perhatikanlah penjelasan dua Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: سَمِعْتُ النبي صلى الله عليه وسلم يقولُ: لا يُدْخِلَ اَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ وَلَايُجِيْرُهُ مِنَ النَّارِ وَلَا اَنَا اِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللهِ. (رواه مسلم)
Dari Jabir r.a., beliau berkata: saya pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Amal saleh seseorang di antara kamu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga dan tidak dapat menjauhkannya dari azab api neraka dan tidak pula aku, kecuali dengan rahmat Allah." (HR. Muslim).

عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم لَنْ يُدْخِلَ اَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوْاوَلَااَنْتَ يَارَسُوْلُ الله؟ قَالَ وَلَا اَنَا اِلَّا اَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ مِنْهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ. (رواه مسلم)
Dari Abi Hurairah r.a., beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: "Amal saleh seseorang di antara kamu sekali-kali tidak dapat memasukkannya ke dalam surga." Mereka (para sahabat) bertanya, "Hai Rasulullah, tidak pula engkau?" Rasulullah menjawab, "Tidak pula aku, kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku." (HR. Muslim).

Saudaraku,
Penjelasan dua Hadits di atas sangat bersesuaian dengan uraian sebelumnya, karena sekecil apapun kesalahan yang telah diperbuat oleh seseorang, sesungguhnya nilai kesalahannya adalah tidak terhingga. Maka sebesar apapun amal saleh yang telah diperbuat oleh seseorang, sama sekali tidak akan mampu menjauhkannya dari azab api neraka. Hanya dengan rahmat Allah-lah, yang akan mampu menjauhkannya dari azab api neraka serta memasukkannya ke dalam surga.

Lalu untuk apa kita beribadah/beramal saleh? Kita beribadah/beramal saleh, semata-mata hanyalah karena mengharap ridha-Nya.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ... ﴿٢٨﴾
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; ...”. (QS. Al Kahfi. 28).

Jika Allah ridha, maka Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada kita, yang dengan/atas rahmat-Nya itu kita bisa menggapai surga-Nya yang dipenuhi dengan kenikmatan abadi serta terhindar dari azab api neraka.

قَالَ اللهُ هَـــٰـذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّـــٰدِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّـــٰتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَــٰــرُ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَّضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١٩﴾
“Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfa`at bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya**. Itulah keberuntungan yang paling besar". (QS. Al Maa-idah. 119). **) Maksudnya ialah: Allah meridhai segala perbuatan-perbuatan mereka, dan merekapun merasa puas terhadap nikmat yang telah dicurahkan Allah kepada mereka.

... كَذَٰلِكَ يَجْزِي اللهُ الْمُتَّقِينَ ﴿٣١﴾
“... Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa”. (QS. An Nahl. 31).

الَّذِينَ تَتَوَفَّـــٰـهُمُ الْمَلَـــٰــئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَـــٰمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُواْ الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٣٢﴾
“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik* oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum**, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl. 32). *) Maksudnya: wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan, atau dapat juga berarti mereka wafat dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk surga. **) Artinya adalah: selamat sejahtera bagimu. (Wallahu a'lam).

Catatan:
Pada tulisan di atas, ku-akhiri dengan kalimat: ”wallahu a'lam”. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan ilmu-ku/logika-ku adalah sangat terbatas.

... وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Sedangkan yang lebih mengetahui bagaimana yang sebenarnya, tentunya hanya Allah semata. Karena Pengetahuan Allah adalah meliputi segala sesuatu.

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا ﴿١١٠﴾
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”. (QS. Thaahaa. 110).

اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).

2.  Tidak Ada Jaminan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Masuk Surga?

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa dalam Al Qur’an surat Ghafir ayat 51 serta surat Ali ’Imran ayat 198, Allah SWT. telah berjanji untuk menolong/menyelamatkan para rasul-Nya dan orang-orang yang beriman/orang-orang yang bertakwa kepada Allah, dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat nanti.

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَــٰـدُ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”, (QS. Ghafir. 51).

لَــٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْاْ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّــــٰتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَـٰــرُ خَــٰــلِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِّنْ عِندِ اللهِ وَمَا عِندَ اللهِ خَيْرٌ لِّلأَبْرَارِ ﴿١٩٨﴾
”Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan-nya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali ’Imran. 198).

Saudaraku,
Adalah mustahil bagi Allah untuk tidak menolong/menyelamatkan para rasul-Nya serta orang-orang yang bertakwa kepada-Nya untuk kemudian memasukkan mereka ke dalam api neraka, karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.

... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Dan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:  

... لَا يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ ... ﴿٦﴾
"... Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, ...”. (QS. Ar Ruum. 6).

Dengan demikian, jelaslah sekarang bahwa pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada jaminan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk surga, adalah pendapat yang salah dan sama sekali tidak berdasar. (Wallahu a'lam).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kesalahan/kekhilafan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

NB.

Ini Klarifikasi Quraish Shihab soal Komentarnya 'Rasul tidak Dijamin Masuk Surga' (Wednesday, 16 July 2014, 06:01 WIB)


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tayangan Tafsir Al-Misbah yang dibawakan Quraish Shihab di Metro TV pada Sabtu (12/7) menuai kontroversi. Itu setelah pakar hadis terkemuka tersebut menyinggung bahwa Nabi Muhammad SAW tidak mendapat jaminan tempat di surga.

Terkait masalah kontroversi tersebut, Quraish Shihab memberikan klarifikasi langsung melaui situs resminya pada Selasa (15/7) dalam judul 'Tentang Tayangan Tafsir al-Mishbah 12 Juli 2014'.

''Uraian tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan begini (masuk surga),'' kata Quraish Shihab dalam situs resminya quraishshihab.com.

Quraish Shihab mendasarkan penjelasannya pada hadis, antara lain, “Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya “Engkau pun tidak?”, beliau menjawab “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah kepadaku.”

Quraish Shihab mengatakan hal tersebut karena amal baik bukan sebab masuk surga, tapi itu hak prerogatif Allah SWT. Uraian di atas, lanjutnya, bukan berarti tidak ada jaminan dari Allah bahwa Rasul tidak masuk surga.

''Saya jelaskan juga di episode yang sama bahwa Allah menjamin dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan anugerah-Nya sampai beliau puas, yang kita pahami sebagai surga dan apapun yang beliau kehendaki. Wa la sawfa yu’thika rabbuka fa tharda,'' katanya.

''Itu yang saya jelaskan, tapi sebagian dipelintir, dikutip sepotong dan di luar konteksnya. Silakan menyimak ulang penjelasan saya di episode tersebut. Mudah-mudahan yang menyebarkan hanya karena tidak mengerti dan bukan bermaksud memfitnah,'' kata Quraish Shihab.


Sabtu, 03 Oktober 2015

ANAK KECIL BELUM BISA MENGAMBIL KEPUTUSAN SENDIRI



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang teman telah mengirim pesan/email: “Assalammu’alaikum mas, semoga mas Imron dalam keadaan sehat. Mas, saya punya putri sekarang di kelas 4 di Ponpes Al Amanah Al Ghontory. Kemarin putriku sms, dia ingin pindah sekolah. Dia mau tinggal dan nemenin neneknya. Dia punya cita-cita ingin jadi dokter, katanya. Gimana, ya mas?”.

~

Wa’alaikumussalam wr. wb.
Alhamdulillah, keadaanku sehat wal afiat. Tentunya hal ini juga karena do’a saudaraku yang (in sya Allah) telah dikabulkan oleh Allah SWT.

Saudaraku,
Sebagaimana kita ketahui bahwa bagi kita yang berstatus mukallaf1, maka semua yang telah kita perbuat selama masa hidup di dunia ini harus kita pertanggung-jawabkan kepada Allah SWT., pemilik seluruh alam semesta ini. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Muddatstsir ayat 38:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ ﴿٣٨﴾
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”, (QS. Al Muddatstsir. 38).

Nah, karena kita harus mempertanggung-jawabkan semua yang telah kita perbuat selama masa hidup kita di dunia ini kepada Allah SWT., maka tentunya semua perbuatan kita selama masa hidup kita di dunia ini juga harus kita lakukan berdasarkan aturan/tuntunan/petunjuk yang datang dari-Nya serta dari Rasul-Nya.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـــٰـتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ... ﴿١٨٥﴾
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) ...” (QS. Al Baqarah. 185).

... وَمَا ءَاتَـــٰـكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَــٰـكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٧﴾
“... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya”. (QS Al Hasyr. 7).

Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada anak yang masih kecil (artinya belum dewasa/belum baligh2). Baginya, semua perbuat yang telah dia lakukan, tidak akan dicatat/tidak akan dimintai tanggung-jawab oleh Allah SWT. Sehingga ketika seorang anak kecil tiba-tiba tergerak hatinya untuk mencuri dan kemudian menindaklanjutinya dengan tindakan nyata, maka tidak ada dosa baginya. Perhatikan penjelasan hadits berikut ini:

Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu 'anha dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ. (رواه أحمد وابو داود)
"Al-Qalam diangkat (tidak dicatat) pada tiga orang: orang tidur hingga terbangun, anak kecil hingga ihtilam (keluar mani) dan dari orang gila hingga sadar." (HR. Imam Ahmad dan Abu Dawud).

Saudaraku,
Seorang anak walaupun sudah mencapai usia dimana anak tersebut sudah mulai bisa membedakan mana hal yang bermanfaat baginya dan mana hal yang bisa membahayakan dirinya (seorang anak yang mumayyiz), namun sejatinya perkembangan tubuh dan akalnya masih belum sempurna. Oleh karenanya, semua perbuat yang telah dia lakukan, tidak akan dicatat/tidak akan dimintai tanggung-jawab oleh Allah SWT. (sebagaimana uraian di atas), sampai dia mencapai usia dewasa/baligh.

Seorang anak yang mumayyiz, baru dianjurkan untuk melaksanakan ibadah (karena memang belum terikat oleh semua hukum-hukum agama). Hal ini ditujukan sebagai latihan agar nantinya saat sudah dewasa (yaitu saat sudah baligh, dimana dia sudah terikat secara penuh oleh semua hukum-hukum agama), maka dia sudah terbiasa dalam melaksanakan ibadah tersebut.

Saudaraku,
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa anak kecil masih belum bisa mengambil keputusan sendiri secara penuh.

Terlebih lagi terkait keputusan besar, yang menyangkut masa depannya kelak. Hal ini karena perkembangan tubuh dan akalnya memang masih belum sempurna. Oleh karenanya, sangat dituntut peran serta orang tua dalam mengarahkan/memberi pengertian pada sang anak tentang keputusan-keputusan yang akan diambilnya. Orang tua-lah yang lebih tahu, mana keputusan terbaik bagi masa depan anak dan mana keputusan yang bisa berdampak buruk/membahayakan dirinya kelak.

Saya sendiri melihat, keputusan saudaraku untuk menyekolahkannya di pondok pesantren (termasuk SD serta SMP Islam Fullday)3 adalah keputusan yang sangat tepat, mengingat realita yang sedang kita hadapi saat ini, dimana begitu banyak terdapat perusak akhlak berbanding dengan sangat sedikitnya proses pembangunan akhlak. Sehingga tidak mengherankan jika dimana-mana dapat dengan mudahnya kita temui para pemuda/pemudi kita yang bergaul dengan bebasnya (seperti maraknya peredaran video porno di kalangan remaja kita, dst). Sungguh..., suatu kenyataan yang sangat menyedihkan.

Oleh karena itu, akan lebih baik jika mereka dibekali pendidikan agama yang cukup!

Disamping itu, jangan biarkan mereka punya waktu luang yang banyak. Hal ini hanya akan memperbesar peluang mereka untuk bersentuhan dengan pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Akan lebih baik jika waktunya banyak diisi dengan berbagai kegiatan positif, khususnya yang terkait dengan proses pembangunan akhlak.

Terkait keinginannya untuk pindah sekolah karena mau tinggal dan menemani neneknya, tentunya hal ini perlu pemikiran yang matang dalam hal apakah keinginan tersebut harus dipenuhi atau tidak. Memang sang anak biasanya akan senang karena kakek/nenek dapat menjadi teman anak yang setia karena anak membutuhkan waktu dan kakek/nenek mempunyai waktu luang. Disamping itu, biasanya sang kakek/nenek cenderung lebih sayang kepada cucunya daripada kepada anaknya sendiri, sehingga sang anak akan bisa merasakan kasih sayang yang lebih dalam.

Nah, disinilah yang menjadi persoalan. Karena jika rasa sayang tersebut berlebihan, bisa jadi neneknya malah akan memanjakannya dan cenderung bersikap permisif4. Sikap seperti ini tentu saja sama sekali tidak dianjurkan karena justru bisa berdampak buruk bagi anak. Karena anak-anak yang dibesarkan oleh kakek/nenek yang permisif akan tumbuh menjadi anak-anak yang tidak mandiri, tidak bisa memecahkan masalah, dan tidak bertanggung jawab terhadap tingkah laku mereka sendiri.

Karena selalu memperoleh apa yang diinginkan, akhirnya anak-anak ini bisa jadi akan tumbuh dengan keyakinan: bahwa kepentingannya sendiri jauh lebih penting daripada kepentingan orang lain. Ia pun bisa melakukan apa saja yang ia suka, dan orang lain harus mengalah. (Semoga hal ini tidak sampai terjadi pada saudaraku).

Sedangkan terkait cita-citanya yang ingin jadi dokter, sebenarnya hal ini bisa tetap dicapai tanpa harus pindah sekolah. Yang penting harus belajar dengan keras dan tentu saja, juga harus disertai dengan disiplin yang tinggi.

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

NB.
1)  Mukallaf adalah muslim yang sudah dikenai kewajiban untuk menjalankan perintah serta menjauhi larangan agama (pribadi muslim yang sudah dapat dikenai hukum). Seseorang berstatus mukallaf bila ia telah dewasa (sudah baligh) dan tidak mengalami gangguan jiwa maupun akal.
2)  Baligh adalah anak yang sudah mencapai usia yang mengalihkannya dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan. Masa ini biasanya ditandai dengan nampaknya beberapa tanda-tanda fisik, seperti mimpi basah (ihtilam), mengandung dan haidh. Apabila tanda-tanda tersebut tidak nampak, maka masa baligh ditandai dengan sampainya seorang anak pada usia 15 tahun (menurut pendapat madzhab Syafi'i).
3) Sebenarnya bersekolah di sekolah-sekolah umum juga tak masalah, selama bisa diupayakan untuk membekali mereka dengan tambahan pendidikan agama yang cukup di luar jam sekolah. Hal ini sebagai upaya untuk menghadapi serbuan kemaksiatan yang luar biasa, yang sangat membahayakan anak-anak/remaja kita. Disamping itu, hal ini juga sebagai upaya agar mereka tidak punya waktu luang yang banyak. Karena hal ini hanya akan memperbesar peluang mereka untuk bersentuhan dengan pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Akan lebih baik jika waktunya banyak diisi dengan berbagai kegiatan positif, khususnya yang terkait dengan proses pembangunan akhlak.
4)  Permisif = bersifat terbuka (serba membolehkan; suka mengizinkan): masyarakat kita kini sudah lebih -- terhadap hal-hal yang dahulu dianggap tabu. (Deskripsi diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞