بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 05 Februari 2019

MERASA CUKUP DENGAN IJAZAH SD ATAU SMP



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Demi menghadapi masa depan selama hidup di dunia ini, sangat banyak diantara kita yang merasa tidak cukup dengan bekal ijazah SMA apalagi SMP atau SD. Karena begitu banyak diantara kita yang merasa tidak cukup dengan bekal ijazah SMA (apalagi SMP atau SD), sehingga begitu banyak diantara kita yang kemudian melanjutkan pendidikan tinggi hingga ke jenjang S1, S2 bahkan S3.

Hal yang sangat kontras terjadi pada sisi lain. Dimana begitu banyak diantara kita yang sudah merasa cukup dengan pendidikan agama “setingkat SMP bahkan SD” sebagai bekal untuk menyongsong kehidupan yang sangat jauh ke depan hingga menembus ke alam akhirat. Na'udzubillahimindzalika!

Hal seperti ini dengan mudah bisa kita jumpai, dimana begitu banyak orang yang merasa santai saja ketika membaca Al Qur’an belum lancar padahal statusnya sudah menjadi mahasiswa. Begitu banyak pula orang yang merasa tenang-tenang saja ketika yang bersangkutan belum tahu tatacara pelaksanaan ibadah sholat dengan baik dan benar sehingga dalam melaksanakan sholat hanya seadanya saja, padahal yang bersangkutan sudah menjadi sarjana. Dst.

Saudaraku,
Jika untuk menghadapi masa depan selama hidup di dunia ini saja begitu banyak diantara kita yang merasa tidak cukup dengan bekal ijazah SMA (padahal tidaklah kita hidup di dunia ini melainkan hanya sebentar saja/baca penjelasan surat Al Mu’minuun ayat 114 di bawah ini), maka untuk menyongsong kehidupan yang sangat jauh ke depan hingga menembus ke alam akhirat dimana kita akan tinggal untuk selamanya di sana (baca penjelasan surat Al Maa-idah ayat 37 serta surat Al A’raaf ayat 42 di bawah ini), mestinya diperlukan bekal ilmu yang teramat jauh lebih tinggi lagi, bukan malah sebaliknya.

قَالَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
”Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui". (QS. Al Mu’minuun. 114).

يُرِيدُونَ أَن يَخْرُجُواْ مِنَ النَّارِ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنْهَا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ ﴿٣٧﴾
Mereka ingin ke luar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat ke luar daripadanya, dan mereka beroleh azab yang kekal. (QS. Al Maa-idah. 37).

وَالَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّـــٰـلِحَـــٰتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُوْلَـــٰـــئِكَ أَصْحَـــٰبُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَـــٰــلِدُونَ ﴿٤٢﴾
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al A’raaf. 42).

Sekali lagi, jika untuk menghadapi masa depan kita selama kita hidup di dunia yang teramat singkat saja banyak diantara kita yang merasa tidak cukup dengan bekal ijazah SMA, maka untuk menyongsong kehidupan yang sangat jauh ke depan hingga menembus ke alam akhirat dimana kita akan tinggal untuk selamanya di sana, jelas diperlukan bekal ilmu yang teramat jauh lebih tinggi lagi, bukan malah sebaliknya.

Terlebih lagi jika hal ini dikaitkan dengan masa depan kita yang sesungguhnya, dimana masa depan kita yang sesungguhnya bukanlah di sini, di alam dunia ini. Tetapi nanti, di alam akhirat, dimana dia akan tinggal untuk selamanya di sana.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿٣٢﴾
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS. Al An’aam: 32).

Oleh karena itu, berlapang-lapanglah dalam majelis ilmu (baca penjelasan surat Al Mujaadilah ayat 11 di bawah ini) dan jangan tunda-tunda lagi. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita semua untuk bersegera dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat (baca penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Al Hakim di bawah ini). Lebih dari itu semua, ketahuilah pula bahwa menuntut ilmu itu (khususnya ilmu agama), juga mendapat tempat yang teramat tinggi (baca penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di bawah ini).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَـــٰــلِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَــٰـتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mujaadilah. 11).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلتُّؤَدَةُ فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, katanya: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

... وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ، ... (رواه مسلم)
... Dan barangsiapa yang melintasi sebuah jalan (pergi) untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju surga, ...”. (HR. Muslim).

Dan menjadilah generasi termulia, yaitu generasi rabbani (rabbani adalah orang yang sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah SWT).

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللهُ الْكِتَـــٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللهِ وَلَـــٰكِن كُونُواْ رَبَّــــٰـنِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَـــٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ ﴿٧٩﴾
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (QS. Ali ‘Imraan. 79).

Saudaraku, Betapa indahnya jika kita bisa mendapatkan hal itu semua. Sehingga pantaslah jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kita iri kepada yang lain kecuali terhadap dua golongan, yang salah satunya adalah kepada orang yang dikaruniai ilmu Al Qur’an dan As Sunnah, dia mengamalkannya serta mengajarkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٍ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh iri selain terhadap dua golongan: (1) orang yang dikaruniai harta yang melimpah oleh Allah SWT. dan dia membelanjakannya di jalan yang haq, (2) orang yang dikaruniai hikmah (ilmu Al Qur’an dan As Sunnah), dia menunaikannya (mengamalkannya), serta mengajarkannya.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Hal ini dipertegas dengan penjelasan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sebaik-baik kita adalah orang yang mau mempelajari Al Qur'an dan mau mengajarkannya.

عَنْ عُثْمَانَ بنِ عَفَّان رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. (رواه مسلم)
Dari sahabat Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik kamu ialah orang yang mau mempelajari Al Qur'an dan mau mengajarkannya”. (HR. Muslim).

Saudaraku,
Tiada yang lebih indah dari raihan seorang yang beriman selain daripada mendapatkan kefahaman yang mendalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah. Karena bagi siapa saja yang Allah jadikan dirinya mengerti/paham tentang Al Qur'an dan As Sunnah (yang artinya paham tentang agama), hal itu menunjukkan betapa Allah teramat sayang kepada dirinya karena Allah telah menghendaki kebaikan bagi dirinya.

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُوْلُواْ الأَلْبَابِ ﴿٢٦٩﴾
“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).

Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu meriwayatkan, katanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ فِي الدِّيْنِ. (رواه البخارى و مسلم)
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang agamanya (Allah akan memberikan kepadanya pemahaman tentang agama)”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagai penutup,
Ketahuilah bahwa menuntut ilmu itu (khususnya ilmu agama) adalah fardhu bagi setiap muslim. Demikian penjelasan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah berikut ini:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mencari ilmu adalah fardhu bagi setiap orang Islam”. (HR. Ibnu Majah).

Meskipun demikian, kita tetap harus sangat berhati-hati pada saat menuntut ilmu. Karena syaitan selalu siap setiap saat untuk menggelincirkan niatan mulia kita dalam menuntut ilmu tersebut sehingga bukan kebaikan yang kita dapatkan, namun justru sebaliknya. Perhatikan penjelasan beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya mencari ridha Allah, tapi dia tidak mencarinya melainkan untuk memperoleh kemewahan dunia, maka dia tidak akan menemukan aroma surga pada hari Kiamat”. (HR. Ibnu Majah).

عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيَصْرِفَ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَهُوَ فِي النَّارِ. (رواه ابن ماجه)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa mencari ilmu untuk menghina orang-orang yang bodoh atau menyombongkan diri kepada para ulama, atau untuk mengambil muka di depan manusia, maka (tempatnya) di dalam neraka”. (HR. Ibnu Majah).

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلَا لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلَا تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ. (رواه ابن ماجه)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian belajar ilmu untuk menyombongkan diri kepada para ulama, untuk menghina orang-orang yang bodoh. Dan janganlah kalian (terlalu) berharap agar menjadi pilihan suatu majelis. Barangsiapa melakukan semua hal itu, maka neraka, sekali lagi neraka (adalah tempatnya)”. (HR. Ibnu Majah).

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ لِتَصْرِفُوا وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْكُمْ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَهُوَ فِي النَّارِ. (رواه ابن ماجه)
Dari Khudzaifah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mencari ilmu untuk menyombongkan diri kepada ulama, atau untuk menghina orang-orang yang bodoh, atau untuk mencari muka di depan manusia. Barangsiapa melakukan hal tersebut, maka dia akan berada di neraka”. (HR. Ibnu Majah).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ وَيُجَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ وَيَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ جَهَنَّمَ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mencari ilmu untuk menyombongkan diri kepada ulama, berlomba-lomba kepada orang-orang yang bodoh, dan untuk mencari muka di depan manusia; maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka Jahanam”. (HR. Ibnu Majah).

Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam menuntut ilmu. Jadikanlah segala cita-cita kita sebagai satu cita-cita saja (yakni akhiratnya) sehingga akan bernilai sebagai amalan akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلتُّؤَدَةُ فِى كُلِّ شَيْءٍ خَيْرٌ اِلَّا فِى عَمَلِ الْاٰخِرَةِ. (رواه ابو داود والْحَاكِمُ)
“Perlahan-lahan dalam segala hal adalah baik, kecuali dalam amalan yang berkenaan dengan akhirat”. (HR. Abu Dawud dan Al Hakim).

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ كَفَاهُ اللهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, aku mendengar Nabimu shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menjadikan segala cita-citanya sebagai satu cita-cita (yakni, akhiratnya), maka Allah akan mencukupi cita-cita dunianya. Barangsiapa bercabang-cabang minatnya dalam tujuan-tujuan dunia, maka Allah tidak akan mempedulikan dia binasa di jurang dunia manapun”. (HR. Ibnu Majah).

Do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللّٰهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca doa: “Ya Allah, berikanlah kemanfaatan atas apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat untuk diriku, tambahkanlah kepadaku ilmu. Dan segala puji bagi Allah atas semua keadaan, aku pun berlindung kepada Allah dari siksa api neraka”. (HR. Ibnu Majah).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ مِنْ دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, termasuk do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, doa yang tidak didengar, hati yang tidak khusyu dan nafsu yang tidak pernah kenyang”. (HR. Ibnu Majah).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (berdoa): “Ya Allah, berilah aku manfaat dari apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku. Ajarilah aku akan apa yang bermanfaat untukku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku. Segala puji bagi Allah pada segala situasi dan kondisi”. (HR. Ibnu Majah). Amin, ya rabbal ‘alamin.

Semoga bermanfaat.

Minggu, 03 Februari 2019

MEMOTONG RAMBUT DAN KUKU SEBELUM MELAKSANAKAN IBADAH QURBAN



Assalamu’alaikum wr. wb.

Menjelang hari raya Idul Adha, biasanya banyak beredar di dunia maya (WhatsApp, facebook, dll) pesan seperti di bawah ini:

Maklumat penting!
Batas akhir memotong kuku dan memangkas rambut bagi yang memiliki niat berqurban tahun ini: “Selasa 22 Agustus 2017, bertepatan dengan 29 Dzulqa'dah 1438 H. Ingatkan yang lain, ya”.

Saudaraku,
Terkait hal ini, perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Abu Dawud berikut ini:

أُمَّ سَلَمَةَ تَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ لَهُ ذِبْحٌ يَذْبَحُهُ فَإِذَا أَهَلَّ هِلَالُ ذِى الْحِجَّةِ فَلَا يَأْخُذَنَّ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى يُضَحِّيَ. (رواه مسلم وابو داود)
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang memiliki hewan Kurban yang akan disembelih, apabila bulan Dzulhijjah telah tiba, maka janganlah ia mengambil sedikit pun dari bulu dan kuku hewan Kurbannya hingga dia menyembelihnya”. (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Keterangan:
Rambut dan kuku yang dilarang untuk dipotong dalam hadis di atas, memang ada yang menafsirkan rambut dan kuku shohibul qurban (orang yang berqurban/orang yang melaksanakan ibadah qurban), bukan rambut dan kuku hewan kurban.

Hal ini karena kata ganti yang digunakan dalam kalimat (شَعْرِهِ) dan (أَظْفَارِهِ) dalam hadits di atas adalah kata ganti tunggal/mufrad )مُفْرَد( untuk jenis mudzakkar/laki-laki )مُذَكَّـر(, yaitu kata gantiهـ” dan ini adalah kata ganti yang kembali kepada pemillik hewan, bukan hewannya.

Namun menurut Prof. Dr. HM. Roem Rowi, MA. (ahli tafsir Al Qur’an/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya,  pendidikan beliau: S1 Universitas Islam Madinah, S2 – S3 Universitas Al-Azhar) yang beliau sampaikan saat memberi kajian rutin ba’da Maghrib di Masjid Al Falah Jl. Raya Darmo 137A Surabaya, yang benar adalah: hewan yang dijadikan qurban itu semenjak diniatkan untuk qurban, tidak boleh dipotong rambut dan kukunya hingga tiba saatnya disembelih. Sekali lagi, menurut Prof. Roem Rowi yang tidak boleh potong rambut dan kuku itu bukan orang yang ber-qurban, tetapi hewan qurbannya.

Terkait hal ini, setelah aku cek di “Kitab Shahih Sunan Abu Daud”, ternyata beliau (Imam Abu Dawud, perawi hadits di atas) telah menempatkan hadits di atas dalam bab yang berjudul: “Orang yang Mengambil Bulu Hewan yang Akan Disembelih pada Hari Sepuluh (Dzulhijah)”. Dari sini bisa disimpulkan bahwa Imam Abu Dawud juga menyampaikan kepada kita semua bahwa yang dimaksud dengan “tidak boleh potong rambut dan kuku” tersebut bukan orang yang ber-qurban, tetapi hewan qurbannya. Dengan demikian, hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa pendapat Prof. Roem Rowi di atas senada dengan pendapat Imam Abu Dawud.

Saudaraku,
Untuk masalah-masalah fiqih seperti ini, memang tidak jarang dijumpai terjadinya perbedaan pendapat dikalangan 'ulama'. Kita tidak perlu terlalu larut pada masalah-masalah khilafiyah seperti ini (juga masalah-masalah khilafiyah yang lain, seperti masalah do'a qunut pada sholat subuh, perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, dll).

Selama perbedaan pendapat tersebut bukan menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, maka langkah terbaik adalah saling menghormati perbedaan itu. Menghadapi hal ini, maka sikap kita adalah: mengambil satu pendapat yang kita condong kepadanya, kemudian tidak serta merta menyalahkan pendapat yang lain.

Kita harus lebih mengedepankan persatuan umat, sehingga kita tidak sampai terpecah-belah karenanya. Jika kita sampai terpecah belah, maka yang akan mereguk keuntungan adalah musuh-musuh Islam. Na’udzubillahi mindzalika!

وَالَّذينَ كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ ﴿٧٣﴾
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu*, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (QS. Al Anfaal. 73). *) Yang dimaksud dengan apa yang telah diperintahkan Allah itu; adalah keharusan adanya persaudaraan yang teguh antara kaum muslimin.

Namun jika perbedaan pendapat tersebut menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, seperti: adanya segolongan orang Islam yang mengatakan bahwa sholat wajib itu hanya tiga waktu, atau meyakini bahwa puasa Ramadhan itu tidak wajib, atau membolehkan sholat dengan menggunakan Bahasa Indonesia, atau mengakui ada nabi lagi sesudah Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam, atau membolehkan pelaksanaan ibadah haji pada bulan apapun sepanjang tahun, atau memandang zakat itu hanyalah sebagai ibadah sunat saja, atau meyakini bahwa Allah itu mempunyai anak, dll., maka untuk kasus-kasus seperti ini adalah tugas kita bersama untuk meluruskannya.

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan/kesalahan.

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞