بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Kamis, 05 Agustus 2010

BERBUAT BAIK ATAU JAHAT, HAL ITU ADALAH BAGI DIRI KITA SENDIRI


JIKA KITA BERBUAT BAIK SESUNGGUHNYA KITA TELAH BERBUAT BAIK BAGI DIRI KITA SENDIRI, DAN JIKA KITA BERBUAT KEJAHATAN SESUNGGUHNYA KEJAHATAN ITU ADALAH BAGI DIRI KITA SENDIRI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Pada saat ini, (mungkin) kita dengan mudah bisa menyaksikan, betapa begitu banyak orang yang menghadapi problematika kehidupan ini dengan nafsu belaka. Ditambah dengan keserakahannya, hal ini telah membuat mereka dengan mudahnya berbuat aniaya kepada pihak lain.

Memang...,
Sepertinya dengan mengurangi timbangan, sang pedagang dapat mengeruk keuntungan lebih besar dengan mudah. Juga, sepertinya dengan melakukan kecurangan via KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) atau cara lainnya, sang pelamar kerja dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Juga, sepertinya dengan melakukan korupsi, sang karyawan dapat memperoleh tambahan penghasilan dengan mudah. Dan sepertinya dengan melakukan KKN atau cara lainnya, sang karyawan dapat memperoleh promosi jabatan dengan mudah. Demikian seterusnya.

Namun ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka semuanya telah berbuat aniaya terhadap diri mereka sendiri.

Karena...,
Pada saat seorang pedagang mengurangi timbangan, maka pada saat itu pula dia telah mengambil sebagian barang yang menjadi hak pembeli secara tidak halal. Dalam hal ini, pada hakekatnya sang pedagang hanyalah “meminjam” barang tersebut dari pemilik yang syah (pembeli). Dan karena hanya meminjam, maka dia tetap harus mengembalikan barang yang “dipinjamnya” kepada pemiliknya.

Rasulullah SAW. bersabda:
لَا يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِطِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ. (رواه ابو داود)
“Tidak halal harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan dari dirinya.” (HR. Abu Dawud)

Jika dia tidak bersedia untuk mengembalikannya ketika masih hidup di dunia ini (atau minta dihalalkan), maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya.

Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ كَانَ عِنْدَهُ لِأَخِيْهِ مَظْلَمَةٌ فَلْيَتَحَلَّلْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا. إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْ حَسَناَتِهِ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٍ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. (رواه البخارى)
“Siapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta kehalalan saudaranya tersebut pada hari ini, sebelum datang suatu hari saat tidak berlaku lagi dinar dan tidak pula dirham. Jika ia memiliki amal saleh, akan diambil dari kebaikannya sesuai dengan kadar kezaliman yang diperbuatnya lalu diserahkan kepada orang yang dizaliminya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, akan diambil kejelekan saudaranya yang dizaliminya lalu dibebankan kepadanya.” (HR. al-Bukhari)

Jika sudah demikian, jelaslah bahwa hal ini merupakan suatu kesulitan yang tiada tara, sangat tidak sebanding dengan sedikit kesenangan yang dia peroleh saat mengambil sebagian hak pembeli tersebut. Jika sudah demikian adanya, bukankah dia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri...?

Demikian juga halnya ketika seorang pelamar kerja melakukan kecurangan via KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) atau cara lainnya, demi memperoleh suatu pekerjaan dengan mudah. Maka pada saat itu pula dia telah merampas pekerjaan dari pelamar lain yang lebih berhak. Dalam hal ini, pada hakekatnya dia hanyalah “meminjam” pekerjaan tersebut (beserta hak-hak yang melekat pada pekerjaan tersebut) dari pemiliknya yang syah. Dan karena hanya meminjam, maka dia tetap harus mengembalikan pekerjaan yang “dipinjamnya” kepada pemiliknya. Jika dia tidak bersedia untuk mengembalikannya ketika masih hidup di dunia ini (atau minta dihalalkan), maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya. Dan hal ini merupakan suatu kesulitan yang tiada tara, sangat tidak sebanding dengan sedikit kesenangan yang dia peroleh dari pekerjaan tersebut. Jika sudah demikian adanya, bukankah dia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri...?

Demikian juga halnya ketika seorang karyawan melakukan korupsi, demi memperoleh ”tambahan penghasilan” dengan mudah. Maka pada saat itu pula sang karyawan telah mengambil uang negara / uang perusahaan secara tidak halal. Dalam hal ini, pada hakekatnya karyawan tersebut hanyalah “meminjam” uang negara / uang perusahaan tersebut. Dan karena hanya meminjam, maka dia tetap harus mengembalikan uang yang “dipinjamnya” kepada pemiliknya. Jika dia tidak bersedia untuk mengembalikannya ketika masih hidup di dunia ini, maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya. Dan hal ini merupakan suatu kesulitan yang tiada tara, sangat tidak sebanding dengan sedikit kesenangan yang dia peroleh dari ”tambahan penghasilan” tersebut. Jika sudah demikian adanya, bukankah dia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri...?

Hal yang sama juga terjadi pada saat seorang karyawan melakukan kecurangan via KKN atau cara lainnya, demi memperoleh promosi jabatan dengan mudah. Maka pada saat itu pula dia telah merampas jabatan dari rekannya yang lebih berhak. Dalam hal ini, pada hakekatnya dia hanyalah “meminjam” jabatan tersebut (beserta hak-hak yang melekat pada jabatan tersebut) dari pemiliknya yang syah. Dan karena hanya meminjam, maka dia tetap harus mengembalikan jabatan yang “dipinjamnya” kepada pemiliknya. Jika dia tidak bersedia untuk mengembalikannya ketika masih hidup di dunia ini, maka kelak di akhirat nanti dia tetap harus mengembalikannya. Dan hal ini merupakan suatu kesulitan yang tiada tara, sangat tidak sebanding dengan sedikit kesenangan yang dia peroleh dari pekerjaan tersebut. Jika sudah demikian adanya, bukankah dia telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri...? Demikian seterusnya.

”Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad. 14).

”Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS. Thaahaa. 16). Semoga bermanfaat!

Sebaliknya...,
Sepertinya dengan berlaku jujur dalam timbangan, sang pedagang hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit. Juga, sepertinya dengan bersaing secara fair, sang pelamar kerja akan lebih sulit untuk memperoleh pekerjaan. Juga, sepertinya dengan berlaku amanah, sang karyawan akan lebih sulit untuk memperoleh tambahan penghasilan. Dan sepertinya dengan berlaku jujur serta bersaing secara fair, sang karyawan juga akan lebih sulit untuk memperoleh promosi jabatan. Demikian seterusnya.

Namun ketahuilah, bahwa ketika mereka berbuat kebaikan, maka sesungguhnya mereka telah berbuat kebaikan untuk diri mereka sendiri

Saudaraku…,
Dengan berlaku jujur dalam timbangan, dengan bersaing secara fair, serta dengan berlaku amanah dalam segala hal (dan seterusnya), hal itu menunjukkan bahwa mereka semuanya hanya berharap kepada Allah semata. Dia menyandarkan seluruh hidupnya hanya kepada-Nya. Karena dia menyadari, bahwa: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. 112. 2). Karena “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al Anfaal. 40).

Menyadari hal itu, maka mereka senantiasa berupaya untuk selalu bertakwa kepada-Nya, selalu berupaya untuk menjalankan semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Dia juga senantiasa berdzikir / ingat kepada-Nya serta setiap saat memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya serta senantiasa berbaik sangka kepada-Nya. Karena Dia adalah Pelindungnya dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahriim. 2).

Sebagai ilustrasi, jika dia adalah pencari kerja, maka dia tidak akan berlaku curang. Dia akan berupaya secara maksimal sambil menyerahkan semuanya hanya kepada-Nya. Jika pada akhirnya dia diterima, maka dia akan bersyukur. Sedangkan jika ternyata gagal, dia akan bersabar dan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Mungkin kegagalan itu hanyalah karena Allah akan memilihkan pekerjaan lain yang lebih baik / lebih cocok untuknya dibelakang hari.

Sedangkan jika yang bersangkutan adalah seorang karyawan, ketika ada promosi jabatan, maka dia juga tidak akan berupaya melakukan kecurangan demi memenuhi ambisinya untuk mendapatkan jabatan itu. Semuanya dia serahkan kepada-Nya. Yang lebih penting baginya adalah bekerja dengan baik, lillahi ta’ala. Jika kemudian dinilai pantas untuk menduduki jabatan itu, maka dia akan berupaya untuk menjalankannya dengan penuh amanah. Dan jika ternyata harus orang lain yang diberi kesempatan, maka dia akan tetap berprasangka baik kepada-Nya. Mungkin saja hal ini karena Allah berkehendak untuk meyelamatkannya dari fitnah yang menjerumuskan.

Demikian seterusnya…! Sehingga hal ini semua senantiasa membuat hidupnya menjadi tenang. Tidak dipenuhi oleh ambisi jahiliyah...!!!

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”, (QS. Al Israa’. 7).

“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng`azab sebelum Kami mengutus seorang rasul”. (QS. Al Israa’. 15).

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya)”. (QS. Fushshilat. 46).

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan”. (QS. Al Jaatsiyah. 15).

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman. 12).

Semoga bermanfaat!

NB.
Ada baiknya juga untuk dibaca, artikel berikut ini (silahkan klik di sini): http://imronkuswandi.blogspot.com/2008/10/nilai-sebuah-kesalahan_26.html

Selasa, 03 Agustus 2010

CEPAT ATAU LAMBAT, ALLAH PASTI AKAN MENUNJUKKAN KEADILAN-NYA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Pada saat ini, (mungkin) kita dengan mudah bisa menyaksikan, betapa begitu banyak orang yang menghadapi problematika kehidupan ini dengan nafsu belaka. Dengan keserakahannya, hal ini telah membuat mereka dengan mudahnya berbuat aniaya kepada pihak lain. Dan ditambah dengan serangkaian langkah yang telah mereka tempuh, seolah mereka lupa bahwa di atas kita semua masih ada Allah SWT. yang selalu mengawasi setiap gerak langkah kita. “… Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (QS. An Nisaa’. 1).

Saudaraku…,
Menghadapi situasi yang demikian sulit ini, jika kita mempunyai kemampuan untuk memberantas semua kemungkaran / kekejian / ketidakadilan / keserakahan / kedholiman ini, maka kita harus lakukan semaksimal mungkin.

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ’Imran. 104). *) Yang dimaksud dengan ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. **) Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Namun jika kebetulan kita berada pada pihak yang lemah, sehingga kita tidak bisa berbuat banyak dalam menghadapi situasi yang demikian sulit ini, maka kita tidak perlu berkecil hati. Karena sesungguhnya, Allah adalah Tuhan Yang Maha Adil. ”Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan)...” (QS. Asy Syuura. 17).

Dan cepat atau lambat, Allah pasti akan menunjukkan keadilan-Nya. Karena sesungguhnya janji-janji Allah adalah “pasti”. Dan Allah lebih mengetahui kapan saat yang tepat untuk melaksanakan janji-janji-Nya.

"Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Semoga bermanfaat!

Minggu, 01 Agustus 2010

SALING MENGINGATKAN (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Marilah kita semuanya berupaya menjalankan perintah Allah SWT. dalam surat Al 'Ashr untuk saling mengingatkan serta saling memberi nasehat. Karena dengan saling memberi dan mengingatkan, aku berharap, semoga kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. Sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103. 2-3).

Saudaraku...,
Sebagai sesama muslim yang terikat dalam tali persaudaraan yang kuat dalam iman dan Islam, kita juga sudah semestinya untuk saling mengingatkan agar kita terus-menerus mencari kebenaran dalam ber-Islam, kapan-pun dan di mana-pun.

Dan kebenaran itu harus kita cari / kita terima dari mana-pun / dari siapapun. Sekalipun kebenaran itu keluar dari lisan seorang penjahat / orang kafir sekalipun. Apalagi jika berasal dari sesama muslim. Karena sesungguhnya kebenaran itu adalah milik Allah.

Semoga penjelasan beberapa hadits / ayat Al Qur'an berikut ini dapat memotivasi kita semua untuk senantiasa belajar (mencari kebenaran), khususnya tentang ilmu agama. Amin...!!!

-----

Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu meriwayatkan, katanya Rasulullah SAW. bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْـرًا يُـفَـقِـهْهُ فِي الدِّيْنِ. (رواه البخارى و مسلم)
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan menjadikannya mengerti tentang agamanya (Allah akan memberikan kepadanya pemahaman tentang agama)”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, katanya: bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ. (رواه مسلم)
Barangsiapa yang melintasi sebuah jalan (pergi) untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan menuju syurga”. (HR. Muslim).

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al Baqarah. 269).

Semoga bermanfaat...!

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞