بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 05 Januari 2016

MELAKSANAKAN KEWAJIBAN DAKWAH



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Berdakwah bermakna menghimbau/menyeru kepada umat manusia untuk melaksanakan segala apa yang Allah Ta’ala perintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya. Sedangkan kewajiban untuk berdakwah itu telah Allah bebankan atas setiap muslim, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini:

يَــــٰــبُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ ﴿١٧﴾
”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Saudaraku,
Perintah untuk berdakwah juga terlihat jelas dalam dua ayat berikut ini:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَــٰـــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٠٤﴾
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ’Imran. 104).

يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُسَــٰرِعُونَ فِي الْخَيْرَٰتِ وَأُوْلَـــٰــئِكَ مِنَ الصَّـــٰـلِحِينَ ﴿١١٤﴾
”Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma`ruf*, dan mencegah dari yang munkar** dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ali ’Imran. 114).

Sedangkan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dari ajaranku walau hanya satu ayat”. (HR. Bukhari dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu).

Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan bahwa kewajiban untuk berdakwah itu telah dibebankan Allah SWT. atas setiap muslim. Sedangkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas, dapat kita pahami bahwa untuk melaksanakan kewajiban dakwah tersebut, tidak harus menunggu hingga ilmu kita (tentang Islam) sempurna. Sebab jika kesempurnaan ilmu menjadi syarat untuk bisa berdakwah, dipastikan hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang bisa melaksanakan dakwah.

Hal ini karena hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang pemahamannya tentang Islam bisa mencapai kesempurnaan. Lebih dari itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga ma’shum (terpelihara dari dosa / kemaksiatan / kesalahan / kekhilafan) dalam hal penyampaian risalah, sehingga risalah yang seharusnya berfungsi sebagai petunjuk ke jalan yang lurus, tidak akan menyimpang. Sedangkan kita? Tak satupun di antara kita yang pemahamannya tentang Islam bisa mencapai kesempurnaan. Lebih dari itu, juga tak satupun di antara kita yang ma’shum.

Saudaraku,
Perhatikan penjelasan hadits berikut ini: Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ. (رواه البخارى) 
“Apabila aku melarangmu dari sesuatu maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara maka tunaikanlah semampumu.” (HR. Al-Bukhari).

Dari hadits tersebut, nampaklah bahwa secara umum perintah dalam Islam itu dilaksanakan secara bertahap/semampunya. Contohnya: seseorang yang baru saja memeluk Islam (muallaf) dan belum bisa shalat sama sekali, maka dia boleh sholat sebisanya, semampunya (artinya tidak harus menunggu hingga dia mampu melaksanakan ibadah shalat dengan baik dan benar, baru kemudian melaksanakan kewajiban shalat tersebut). Jika bisanya hanya berdiri saja, maka dia bisa lakukan dengan berdiri saja. Jika bisanya hanya baca basmalah saja, maka dia bisa lakukan dengan membaca basmalah saja. Demikian seterusnya sambil terus berupaya untuk belajar tentang tata cara ibadah shalat dengan baik dan benar. Dan seiring dengan perjalanan waktu, insya Allah pada saatnya nanti dia akan bisa melaksanakan ibadah shalat dengan baik dan benar. Demikian juga halnya dalam hal berdakwah. (Wallahu a'lam).

Saudaraku,
Sekali lagi kusampaikan bahwa untuk berdakwah, tidak harus menunggu hingga ilmu kita tentang Islam sempurna. Ibarat belajar matematika dan kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), jika pada saat itu yang kita bisa baru penjumlahan/pengurangan/perkalian serta pembagian, maka hal itu yang kita sampaikan/yang kita ajarkan kepada pihak lain, tanpa harus menunggu hingga kita paham tentang integral, logaritma, dll.

Demikian seterusnya sambil terus berupaya untuk belajar matematika sehingga ketika kita sudah SMA dan kita sudah paham tentang integral, logaritma, dll, maka pada saat itu kita tidak lagi hanya menyampaikan/mengajarkan penjumlahan/pengurangan/perkalian serta pembagian saja. Demikian seterusnya.

Saudaraku,
Demikian pula dalam berdakwah. Sebagaimana ilustrasi di atas, dari sedikit yang sudah kita ketahui tentang Islam, maka itu yang harus kita sampaikan, tanpa harus menunggu hingga ilmu kita sempurna.

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٥﴾
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa`at bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Adz Dzaariyaat. 55).

Dan upaya untuk menyampaikan dakwah ini, harus terus kita lakukan sambil terus belajar dan terus belajar hingga ajal menjemput kita.

Saudaraku,
Jangan menyia-nyiakan setiap ada kesempatan untuk berdakwah. Teruslah berdakwah sambil terus belajar dan terus belajar hingga ajal menjemput kita. Karena orang yang paling baik perkataan dan perbuatannya adalah orang yang mengajak manusia kepada Allah SWT., membimbing mereka kepada-Nya, mengajari mereka urusan agama mereka, memberikan pemahaman agama kepada mereka, bersabar dalam menjalankannya, dan mengamalkan apa yang didakwahkanya.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَـــٰـلِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٣٣﴾
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" (QS. Fushshilat. 33).

Semoga bermanfaat.

NB.
*)   Yang dimaksud dengan ma’ruf* adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah SWT.
**)  Sedangkan yang dimaksud dengan munkar** adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Minggu, 03 Januari 2016

BERDIALOG DENGAN TEMAN-TEMAN NASRANI, TELAH MEMBUAT HAMBA SEMAKIN YAKIN DENGAN AGAMA-MU INI, YA RABBI (II)



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku, Alhamdulillah, aku diberi pengalaman cukup panjang berdialog dengan teman-teman Nasrani. Berikut ini kusampaikan sebagian diantaranya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya. Amin, ya rabbal ‘alamin!

√ Sama seperti sikap teman Nasrani yang kedua, teman Nasrani yang ketiga juga mengambil sikap biasa-biasa saja saat berdialog tentang akidah denganku. Dari pengalaman dialog tentang akidah dengan beliau, bahkan aku tidak bisa menyimpulkan apakah beliau mau ‘menangkap’ pesan-pesan dariku/bantahan-bantahan dariku (dengan menyampaikan hujjah-hujjah/keterangan, alasan, bukti yang jelas) terhadap berbagai argumen yang telah beliau sampaikan. Namun tanpa kuduga sebelumnya, setelah lulus kuliah beliau telah mengirim email sebagai berikut:

-----

Pada zaman dahulu, ada seorang pedagang yang mempunyai seorang istri jelita dan seorang anak laki-laki yang sangat dicintainya. Suatu hari istrinya jatuh sakit dan tak berapa lama meninggal. Betapa pedihnya hati pria tersebut. Sepeninggal istrinya, dia mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayangnya kepada anak laki-laki semata wayangnya.

Suatu ketika pedagang tersebut pergi ke luar kota untuk berdagang; anaknya ditinggal di rumah. Sekawanan bandit datang merampok desa tempat tinggal mereka. Para penjarah ini merampok habis harta benda, membakar rumah-rumah, dan bahkan menghabisi hidup penduduk yang mencoba melawan; rumah sang pedagang-pun tak luput dari sasaran. Mereka bahkan menculik anak laki-laki sang pedagang untuk dijadikan budak.

Betapa terperanjatnya sang pedagang ketika ia pulang dan mendapati rumahnya sudah jadi tumpukan arang. Dengan gundah hati, ia mencari-cari anak tunggalnya yang hilang. Ia menjadi frustrasi ketika mendapati banyak tetangganya yang terbantai dan mati terbakar. Di tengah kepedihan dan keputus-asaan, ia menemukan seonggok belulang dan abu di sekitar rumahnya, di dekat tumpukan abu itu tergolek boneka kayu kesayangan anaknya. Yakinlah sudah ia bahwa itu adalah abu jasad anaknya. Meledaklah raung tangisnya. Ia menggelepar-gelepar di tanah sembari meraupi abu jasad itu ke wajahnya. Satu-satunya sumber kebahagiaan hidupnya telah terenggut.

Semenjak itu, pria tersebut selalu membawa-bawa abu anaknya dalam sebuah tas. Sampai setahun setelah itu ia suka mengucilkan diri, tenggelam dalam tangis sampai berjam-jam lamanya; kadang orang melihat ia tertawa sendiri, mungkin kala itu ia teringat masa-masa bahagia bersama keluarganya. Ia terus larut dalam kesedihan tak terperikan.

Musim berlalu. Sang anak akhirnya berhasil meloloskan diri dari cengkeraman para penculiknya. Ia bergegas pulang ke kampung halamannya. Sesampai di kediaman ayahnya, ia mengetuk pintu rumah sembari berteriak senang, "Ayah, ini aku pulang!".

Sang ayah yang waktu itu lagi tertidur di ranjangnya, terbangun mendengar suara itu. Ia berpikir, "Ini pasti ulah anak-anak nakal yang suka meledekku itu! Pergi! Jangan main-main!".

Mendengar sahutan itu, sang anak kembali berteriak, "Ayah! Ini aku, anakmu!".

Dari dalam rumah terdengar lagi, "Jangan ganggu aku terus! Pergi kamu!".

Sang anak menggedor pintu dan berteriak lebih lantang, "Buka pintu ayah! Ini betul anakmu!".

Mereka saling bersahutan. Sang ayah terus bersikeras tidak membuka pintu. Sang anak-pun akhirnya putus asa dan berlalu dari rumah itu.

Sebagian orang begitu erat memegang apa yang mereka ANGGAP sebagai kebenaran. Ketika Kebenaran Sejati betul-betul datang, belum tentu mereka membuka pintu hati mereka.

-----

Saudaraku, Dari email di atas, akhirnya aku bisa menyimpulkan bahwa ternyata diam-diam beliau juga mengakui kebenaran Agama Islam. Namun, beliau belum mendapat hidayah dari Allah SWT., sehingga meskipun kebenaran sejati betul-betul datang, beliau belum bisa membuka pintu hatinya.

Ya Tuhan kami,
Betapa bersyukurnya kami, karena Engkau telah memberi hidayah kepada kami. Logika kami menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan hati kami juga bisa menerima kebenaran agama Islam!

Ya Tuhan kami,
Tunjukilah kami, sehingga kami senantiasa dapat menjaga cahaya kebenaran ini setelah pengetahuan datang kepada kami hingga akhir hayat kami.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ ﴿٨﴾
“(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (QS. Ali ‘Imran. 8).

... رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٨﴾
"... Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At Tahrim. 8).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berdo’a:

وَيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِك. (رواه الترمذى)   
“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi). Amin, ya rabbal ‘alamin!

Semoga bermanfaat.

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}

Jumat, 01 Januari 2016

BERDIALOG DENGAN TEMAN-TEMAN NASRANI, TELAH MEMBUAT HAMBA SEMAKIN YAKIN DENGAN AGAMA-MU INI, YA RABBI (I)


Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Alhamdulillah, aku diberi pengalaman cukup panjang berdialog dengan teman-teman Nasrani. Berikut ini kusampaikan sebagian diantaranya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya. Amin, ya rabbal ‘alamin!

√ Seorang teman Nasrani dari kalangan Tionghoa telah mengambil sikap sangat keras terhadap Islam ketika berdialog denganku. Saat bermain ke rumahnya, aku diajak masuk ke dalam kamarnya dimana di dalam kamar tersebut terpasang sebuah salib besar yang ukurannya bahkan terlalu besar jika dibanding dengan ukuran kamarnya. Seolah beliau ingin menunjukkan bahwa beliau adalah salah seorang penganut Nasrani yang taat.

Menghadapi sikap kerasnya tersebut, tentunya kita harus tetap tenang dan tetap mengambil sikap untuk berdialog dengan cara yang paling baik (QS. Al ‘Ankabuut. 46), tetap menghindari untuk memaki sembahan-sembahan yang beliau sembah selain Allah (QS. Al An’aam: 108), serta tetap berupaya untuk memberi pelajaran yang baik dan membantahnya dengan bantahan yang baik pula dengan menyampaikan hujjah-hujjah (keterangan, alasan, bukti, atau argumentasi) yang jelas (QS. An Nahl. 125).

وَلَا تُجَـــٰـدِلُوا أَهْلَ الْكِتَـــٰبِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَـــٰـهُنَا وَإِلَــٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ﴿٤٦﴾
”Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim* di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri". (QS. Al ‘Ankabuut. 46**).

وَلَا تَسُبُّواْ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ فَيَسُبُّواْ اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ...﴿١٠٨﴾
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan ...” (QS. Al An’aam: 108).

اُدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَـــٰدِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah*** dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl. 125).

Saudaraku,
Dengan sikapnya yang demikian kasar terhadap Islam tersebut, siapa sangka jika pada akhirnya beliau berbalik arah dan mengambil keputusan untuk memeluk Agama Islam. Kini, bahkan beliau telah menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

√ Seorang teman Nasrani yang lainnya telah mengambil sikap biasa-biasa saja saat berdialog tentang akidah denganku. Dari diskusi yang sangat panjang dan berulangkali, alhamdulillah aku diberi kemudahan untuk mematahkan berbagai argumen yang telah beliau sampaikan. Semakin lama diskusi berlangsung/semakin sering diskusi dilakukan, semakin nampaklah kesalahan-kesalahan yang terdapat pada agamanya. Sebaliknya, semakin sering diskusi dilakukan, justru semakin nampak kebenaran agama kita.

Namun dengan berjalannya waktu, dimana beban kuliah terasa semakin berat dan tugas-tugas kuliah juga semakin banyak, maka lambat laun kami tidak pernah lagi berdiskusi tentang masalah akidah.

Saudaraku,
Setelah sekian lama aku tidak pernah terlibat diskusi masalah akidah dengannya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pernyataannya. Pada suatu saat, aku mampir ke kos-kosannya. Tanpa kuduga sebelumnya, tiba-tiba beliau mengingatkan lagi tentang diskusi-diskusi masalah akidah yang dahulu sering kami lakukan.

Beliau sendiri menyimpulkan, bahwa pada akhirnya beliau mengakui jika agama yang beliau yakini terdapat banyak kejanggalan/kesalahan, sambil beliau memberikan contoh sebagian dari kejanggalan/kesalahan tersebut. Kemudian beliau mengakhiri penjelasannya dengan kalimat dalam Bahasa Jawa: “Tapi nggak ngerti yo Mron, atiku kok iso nompo”, yang artinya adalah: “Tapi nggak ngerti ya Mron, hatiku kok bisa menerima”.

Saudaraku,
Mendengar penuturannya tersebut, bagi orang lain, bisa jadi itu hal biasa saja. Namun bagi kita orang-orang yang beriman, itu sungguh luar biasa karena telah menyadarkan kita akan nikmat terbesar yang telah Allah anugerahkan kepada seorang hamba (yaitu nikmat iman), yang ternyata tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Ya Tuhan kami,
Betapa bersyukurnya kami, karena Engkau telah memberi hidayah kepada kami. Logika kami menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan hati kami juga bisa menerima kebenaran agama Islam!

فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلّٰهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَـــٰبَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَــٰـغُ وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ ﴿٢٠﴾
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).

Semoga bermanfaat.

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}
NB.
*) Yang dimaksud dengan ”orang-orang zalim” ialah orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.

**) Yang membedakan antara kita kaum muslimin dengan Ahli Kitab (kaum Yahudi dan kaum Nasrani) adalah sebagaimana penjelasan Al Qur'an dalam surat At Taubah ayat 30 berikut ini:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَـــٰــرَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَـــٰـهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَـــٰــتَلَهُمُ اللهُ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
”Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah. 30).

***) Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞