بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Senin, 05 Maret 2012

POSISI LAKI-LAKI TERHADAP KAUM HAWA

Assalamu'alaikum wr. wb.

Seorang teman telah bertanya: ”Pak Imron, saya mohon penjelasan tentang bagaimana posisi laki-laki atas kaum hawa dalam Islam (Al Qur’an). Soalnya tadi saya mendengar perdebatan teman saya tentang hal ini. Dan membuat saya ingin tahu lebih dalam. Terima kasih”.

-----

Saudaraku…,
Posisi laki-laki atas kaum hawa dalam Islam itu bermacam-macam, tergantung dalam kedudukannya sebagai apa.

Dalam kedudukannya sebagai hamba Allah, maka posisi laki-laki dan kaum hawa adalah sama saja. Demikian juga antara yang kaya dengan yang miskin, antara pejabat dengan rakyat jelata, antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya, dst. Semuanya itu dihadapan Allah adalah sama saja. Karena orang yang paling mulia di antara kita di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa kepada-Nya (tidak dilihat dari jenis kelaminnya, kekayaannya, jabatannya, suku bangsanya, dst).

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al Hujuraat. 13).

Dalam lingkup keluarga, maka laki-laki (suami) itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (istri). Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat An Nisaa’ ayat 34, yang artinya adalah sebagai berikut:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. An Nisaa’. 34).

Sedangkan dalam kedudukannya sebagai seorang ibu, maka selain kepada Allah dan rasul-Nya (Muhammad SAW.), beliau adalah orang yang harus kita hormati melebihi semua manusia yang lainnya. Yah..., berbakti kepadanya benar-benar menduduki tempat tertinggi, melebihi semua yang lain
.

Abuhurairah .a. berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَارَسُولَ اللهِ مَنْ أَحَقَّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. فَقَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أَبُوكَ. (رواه البخارى و مسلم)
Seseorang datang kepada Rasulullah s.a.w. dan bertanya: “Ya Rasulullah, siapakah yang berhak untuk aku layani (untuk aku patuhi)?”. Jawab Rasulullah: “Ibumu!”. Kemudian siapa?”. Jawab Rasulullah: “Ibumu!”. Kemudian siapa?”. Jawab Rasulullah: “Ibumu!”. Kemudian siapa?”. Jawab Rasulullah: “Ayahmu!”. (HR. Bukhari, Muslim).

“Jagalah ibumu, karena surga itu di bawah tapak kakinya”. (H. R. Ibn Majah, Annasa’i, dan Alhaakim).

Demikian seterusnya. Sehingga jika saudaraku belajar Islam lebih jauh lagi, nampaklah bahwa sesungguhnya Islam begitu memuliakan kaum hawa, sama seperti halnya Islam memuliakan kaum adam. Hal ini sangat berbeda dengan propaganda pihak-pihak yang dengki terhadap kebenaran Islam, dimana mereka hanya menyampaikan ”secuil” informasi yang tidak lengkap, sehingga seolah-olah terkesan bahwa Islam adalah agama yang memandang rendah kaum hawa.

Demikian penjelasan yang bisa aku sampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan. Juga mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 03 Maret 2012

TENTANG NAMA TUHAN



Assalamu’alaikum wr. wb.

Dalam sebuah diskusi terbuka di facebook, seorang teman dari Sulawesi dengan santainya membuat pernyataan berikut ini: ”Tuhan menghadirkan diri-Nya dalam setiap ciptaan-Nya. Siapapun yang menyadari kebesaran-Nya akan melampaui semua hal, termasuk peluru dan rasa takut. Ia mewujud tanpa nama, karena Ia tak memerlukannya. Kitalah yang memberi-Nya nama. Ada yang menyebut-Nya Allah, Tuhan, Sang Hyang Widhi, Tao, Yahweh, Eloi, God, bahkan orang Ambon menyebut-Nya Tete Manis. Penamaan hanya ada dalam aturan pikiran manusia. Manusia harus memberi nama untuk dapat mengenali sesuatu”.

-----

Saudaraku...,
Ada dua kesalahan sangat besar dari pernyataannya tersebut. Kesalahan yang pertama, beliau mengatakan bahwa ”Ia mewujud tanpa nama, karena Ia tak memerlukannya. Kitalah yang memberi-Nya nama”. Padahal, Tuhan telah menjelaskan bahwa Dia mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Hal ini berdasarkan penjelasan-Nya dalam Al Qur'an surat Al Hasyr ayat 24 yang artinya adalah sebagai berikut:

هُوَ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاء الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢٤﴾
”Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Hasyr. 24).

Dan kesalahan yang kedua adalah, beliau telah mengatakan bahwa ”Allah” adalah nama pemberian manusia kepada Tuhan. Padahal Tuhan sendirilah yang memberi nama Diri-Nya Allah, bukan manusia atau makhluk yang lain. Hal ini berdasarkan penjelasan-Nya dalam Al Qur'an surat Thaahaa ayat 14 yang artinya adalah sebagai berikut:

إِنَّنِي أَنَا اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَاْ فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa. 14).

-----

Saudaraku...,
Janganlah "membaca" Al Qur'an berdasarkan persepsi kita sendiri. Bagiku, belajar agama tanpa guru, maka setan akan mengambil kesempatan itu. (Na’udzubillahi mindzalika...!!!).

Oleh karena itu, berhati-hatilah wahai saudaraku!

Memahami Islam secara sepotong-sepotong (secara parsial), bisa menimbulkan kesalahpahaman tentang Islam.

Ya… Tuhan kami,
Lindungilah kami ketika kami membaca ayat-ayat-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk agar kami senantiasa berada dalam jalan-Mu yang lurus. Amin...!!!

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿٩٨﴾
”Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (QS. An Nahl. 98).

Semoga bermanfaat.



Kamis, 01 Maret 2012

TENTANG SEKULARISME

Assalamu'alaikum wr. wb.

Seorang teman telah bertanya: Pak, ana mau tanya nich. Ana pernah mendengar kata "sekularisme". Sejauh yang ana ketahui, arti dari kata tersebut ialah memisahkan antara perkara agama dan dunia. Ana sedikit bingung mengenai hal ini Pak, jadi apa hubungan bid'ah dengan sekularisme? Bid'ah ialah menambah ataupun mengurangi setiap dalam perkara agama diluar dari yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Bukankah segala sesuatu yang kita lakukan (hal-hal dunia sekalipun) jika dikerjakan dengan penuh rasa ikhlas kepada Allah, itu ialah bentuk ibadah? Sedangkan ibadah ialah perkara agama. Jadi kesimpulannya, rasanya tidak ada perkara dunia yang tidak berhubungan dengan agama. Semuanya memiliki hubungan. Tak bisa dipisahkan.

Nah, yang ingin saya tanyakan Pak;
1. Apa yang dimaksud dengan sekularisme, dan adakah hubungannya dengan perkara agama?
2. Bagaimana cara kita sebagai kaum muslimin dalam menyikapi sekularisme Pak?

Terimakasih banyak Pak, ana harap bapak berkenan menjawab pertanyaan ini, jazakallahu khairan katsiran..

-----

Dari pesan yang saudaraku sampaikan tersebut, nampaknya saudaraku telah menanyakan dua hal, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan sekularisme, dan adakah hubungannya dengan perkara agama?
2. Bagaimana cara kita sebagai kaum muslimin dalam menyikapi sekularisme Pak?

Saudaraku…,
Sebelumnya aku sampaikan terimakasih atas kesediaannya untuk bersama-sama belajar. Dan semoga semangat untuk belajar tidak pernah padam hingga akhir hayat kita. Amin...!!!

1. Apa yang dimaksud dengan sekularisme, dan adakah hubungannya dengan perkara agama?

Saudaraku…,
Sekularisme adalah suatu kepercayaan atau faham yang menganggap bahwa urusan keagamaan atau ketuhanan tidak boleh dicampurkan dengan urusan negara, politik dan pemerintahan.

Saudaraku…,
Mereka yang berpaham sekularisme, banyak yang mengagung-agungkan system demokrasi. Padahal, system demokrasi itu sendiri juga ada kelemahannya. Salah satu kelemahan dari system demokrasi adalah: jika populasi dari suatu wilayah / negara / organisasi / lembaga mayoritas adalah orang-orang yang tidak ber-akhlak, maka keputusan ”terbaik” yang akan diambil, juga akan mengikuti suara mayoritas.

Contoh: pada sebuah negara yang mayoritas penduduknya tidak ber-akhlak sehingga menyukai pergaulan bebas (free sex). Maka sistem demokrasi akan menyetujui adanya pergaulan bebas (free sex) tersebut, selama dilakukan atas dasar suka sama suka (tidak ada paksaan).

Demikian juga ketika dewan perwakilan rakyat (atau sejenisnya) pada sebuah negara mayoritas anggotanya tidak ber-akhlak sehingga sangat mencintai dunia ini secara membabi buta tanpa mengindahkan norma-norma agama, maka keputusan ”terbaik” yang akan diambil, juga akan mengikuti suara mayoritas. Artinya sistem demokrasi akan banyak menghasilkan keputusan-keputusan kontroversial yang justru ”melegalkan” upaya-upaya mereka dalam mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya (baca: merampok uang rakyat) tanpa mengindahkan norma-norma agama.

Contoh yang lain: jika sebuah organisasi mayoritas anggotanya adalah preman / perampok, maka organisasi tersebut akan cenderung menyetujui adanya tindakan premanisme / perampokan dalam mengumpulkan harta / kekayaan. Demikian seterusnya.

Oleh karena itu, sangatlah tepat apa yang telah dilakukan / dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW (pemimpin kita yang teramat kita cintai), yaitu dengan terus-menerus memperbaiki akhlak umat.

Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ. (رواه البخارى)  
“Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah SWT.) untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al-Bukhari).

(Semoga kita semua bisa melaksanakan segala yang telah dituntunkan oleh Beliau. Amin!).

Jadi
nampaklah bahwa urusan keagamaan atau ketuhanan tidak boleh dipisahkan dengan urusan negara, politik dan pemerintahan. Islam tidak membenarkan pemisahan agama (Islam) dari negara karena negara dengan fiqh Islam bukanlah dua perkara yang berasingan alias satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

2. Bagaimana cara kita sebagai kaum muslimin dalam menyikapi sekularisme pak?

Saudaraku…,
Sekali lagi aku sampaikan, bahwa dari uraian di atas (jawaban pertanyaan pertama) nampaklah bahwa urusan keagamaan atau ketuhanan tidak boleh dipisahkan dengan urusan negara, politik dan pemerintahan. Islam tidak membenarkan pemisahan agama dari negara karena negara dengan fiqh Islam adalah bukan dua perkara yang berasingan. Tidak mungkin sebuah negara tegak dengan baik jika tidak ada agama yang memandunya.

Pada saat yang sama, agama juga tidak mungkin tegak dengan sempurna tanpa adanya negara yang akan menguatkannya dengan undang-undang dan aparat yang menjaga pelaksanaan undang-undang tersebut. Bisa dibayangkan, betapa sulitnya memberantas berbagai kemaksiatan (korupsi, perjudian, perzinahan / pergaulan bebas, dll) jika negara membiarkan semuanya itu tanpa adanya undang-undang yang mencegahnya + aparat yang menjaga pelaksanaan undang-undang tersebut.

Dan undang-undang yang mencegah berbagai kemaksiatan tersebut (ditambah dengan aparat yang menjaga pelaksanaan undang-undang tersebut) hanya bisa lahir dari sebuah negara yang berdiri di atas landasan agama yang kuat.

Nah, karena sudah jelas bahwa Islam tidak membenarkan pemisahan agama dari negara karena negara dengan fiqh Islam adalah bukan dua perkara yang berasingan alias satu kesatuan yang tidak terpisahkan, maka nyata-lah bahwa sekularisme adalah faham yang sesat. Oleh karena itu, kita harus menolaknya. Jika kita mempunyai kekuasaan, kita tolak faham sekularisme tersebut dengan kekuasaan kita. Sedangkan jika kita tidak mampu melakukannya, kita sampaikan penolakan kita dengan lisan kita (dengan kata-kata, dengan tulisan, dll). Dan jika dengan lisanpun kita tidak mampu, maka setidaknya hati kita harus mengingkari faham sekularisme tersebut.

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf* dan mencegah dari yang munkar**; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali ’Imran. 104). *) Yang dimaksud dengan ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah. **) Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Dari Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ’anhu berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ
“Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu dengan tangannya, dengan lisannya. Jika tidak mampu dengan lisannya, dengan hatinya; dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).

Demikian penjelasan yang bisa aku sampaikan. Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. Karena bagaimanapun juga, sampai saat ini aku benar-benar menyadari bahwa wawasan ilmuku masih sangat terbatas. Oleh karena itu, ada baiknya jika saudaraku juga bertanya kepada alim ulama’ di sekitar saudaraku tinggal. Semoga bisa mendapatkan penjelasan / jawaban yang lebih memuaskan. Karena bagaimanapun juga, mereka (para ulama') lebih banyak memiliki ilmu dan keutamaan daripada aku.

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞