بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 05 Juli 2016

HANYA ADA SATU AGAMA ISLAM



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang sahabat muallaf1 telah menanyakan tentang adanya berbagai kelompok/aliran di dalam Agama Islam. Kondisi ini tentu bisa membingungkan muallaf dan tidak tertutup kemungkinan berpotensi membuatnya kembali ke agama terdahulu.

Beliau mengatakan: “Jangankan ana yang bingung, saudara kita muallaf yang lain juga begitu. Apalagi mereka yang calon-calon muallaf. Bagaimana kiranya ana dapat menyampaikan ini pada mereka, yah? Mohon sarannya”.

Saudaraku,
Marilah kita perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Ali ‘Imraan ayat 103 berikut ini:

وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ ءَايَــــٰــتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali ‘Imraan. 103).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah) maksudnya agama-Nya (kesemuanya dan janganlah kamu berpecah-belah) setelah menganut Islam (serta ingatlah nikmat Allah) yakni karunia-Nya (kepadamu) hai golongan Aus dan Khazraj (ketika kamu) yakni sebelum Islam (bermusuh-musuhan, maka dirukunkan-Nya) artinya dihimpun-Nya (di antara hatimu) melalui Islam (lalu jadilah kamu berkat nikmat-Nya bersaudara) dalam agama dan pemerintahan (padahal kamu telah berada dipinggir jurang neraka) sehingga tak ada lagi pilihan lain bagi kamu kecuali terjerumus ke dalamnya dan mati dalam kekafiran (lalu diselamatkan-Nya kamu daripadanya) melalui iman kalian. (Demikianlah) sebagaimana telah disebutkan-Nya tadi (Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya supaya kamu beroleh petunjuk)”.

Saudaraku,
Berdasarkan surat Ali ‘Imraan ayat 103 di atas, diperoleh penjelasan bahwa Allah telah mempersatukan kita, sehingga dalam Islam seharusnya tidak boleh ada perpecahan.

Dalam surat Al An’aam ayat 159, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ ﴿١٥٩﴾
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”. (QS. Al An’aam. 159).

Berdasarkan surat Al An’aam ayat 159 di atas, diperoleh penjelasan bahwa dalam Islam, berpecah-belah dan membuat kelompok-kelompok sendiri, hukumnya adalah haram. Oleh karenanya tidak boleh ada muslim dengan nama yang berbeda-beda. Karena yang benar hanya ada muslim saja, tanpa adanya tambahan lainnya.

Saudaraku,
Jika seseorang atau sekelompok orang membuat organisasi yang berbeda, seperti sekelompok orang bekerja dalam bidang pendidikan kemudian membuat sebuah organisasi sebagai wadahnya, sekelompok orang bekerja/berjuang dalam bidang agama kemudian membuat sebuah organisasi sebagai wadah untuk berjuang di bidang agama, sekelompok orang bekerja/membantu orang-orang miskin kemudian membuat sebuah organisasi sebagai wadah untuk bekerja/membantu orang-orang miskin tersebut, maka dalam hal ini tidak apa-apa. Melakukan hal-hal itu semua secara jama’ah (dengan membuat organisasi-organisasi), tentu tidak apa-apa.

Tetapi sebagai sebuah agama, kita tidak boleh bercerai-berai, tidak boleh ada sekte/kelompok-kelompok. Al Qur’an telah menjelaskan bahwa kita tidak boleh terpecah-belah. Karena hanya ada satu Agama Islam.

... فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ﴿٦٤﴾
“... maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim2". (QS. Ali ‘Imraan. 64). 

Ya, Al Qur’an menjelaskan bahwa hanya ada satu Agama Islam. Al Qur’an tidak pernah menjelaskan adanya Islam versi ini dan versi itu.

... الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلَامَ دِينًا ... ﴿٣﴾
“… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu ...”. (QS. Al Maa-idah. 3).

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ الْإِسْلَــٰمُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَـــٰبَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَـــٰتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿١٩﴾
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali ‘Imraan. 19).

Saudaraku,
Ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul-Nya serta para ‘ulama’. Kemudian jika mereka para ‘ulama’ itu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul-Nya (Hadits).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الْأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَـــٰــزَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا ﴿٥٩﴾
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri3 di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An Nisaa’. 59).

Saudaraku,
Ke-empat imam besar, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Malik dan Imam Syafi’i, mereka semua berkata: “Jika engkau menemukan fatwaku yang bertentangan dengan Allah dan Rasul-Nya, maka buanglah fatwaku”.

Sehingga apapun yang dikatakan orang tentang Islam adalah nol (tidak ada artinya sama sekali) jika tidak bersandar kepada Al Qur’an dan Hadits. Karena yang harus kita ikuti adalah Al Qur’an dan Hadits.

Saudaraku,
Semua muslim harus berpegang pada Al Qur’an dan Hadits. ‘Ulama’ manapun jika mereka mengatakan sesuatu yang sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits, silahkan diikuti. Sedangkan jika tidak sesuai/bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits, silahkan ditinggalkan.

هَـــٰـذَا بَلَـــٰغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَــــٰـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الْأَلْبَابِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).

Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan.
Semoga bermanfaat.

NB.
1)  Sahabat yang menyampaikan pertanyaan di atas, dulunya adalah aktivis gereja. Alhamdulillah, beberapa tahun yang lalu beliau telah mendapat hidayah dan telah masuk Islam sekeluarga bersama isteri dan anak-anaknya. Saat menyampaikan pertanyaan ini, usia beliau sekitar 40 tahun.
2)  Muslim adalah orang yang berserah diri kepada Allah SWT.
3)  Menurut Dr. Zakir Naik (seorang ahli perbandingan agama dari India), yang dimaksud dengan ulil amri (pemegang-pemegang urusan) adalah orang-orang yang berpengetahuan agama, para ‘ulama’.

Minggu, 03 Juli 2016

MENYIKAPI AJAKAN UNTUK MEMAKNAI AL QUR’AN



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Sebagai hidangan spesial dari Allah SWT. bagi hamba-hamba-Nya, maka ketika diperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an di hadapan kita, sudah semestinya jika kita sambut dengan baik hidangan dari Allah tersebut. Demikian juga ketika dihadapan kita ada ‘alim/‘ulama', ustadz maupun saudara kita yang lain yang memberikan kajian/mengajak kita untuk memaknai Al Qur’an1, tentunya akan sangat tidak pantas jika kita abaikan/kita tinggalkan kajian itu begitu saja, apalagi sampai membencinya.

Jika ini yang kita lakukan, dimana ketika di hadapan kita diperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an, ketika dihadapan kita ada ‘alim/‘ulama', ustadz maupun saudara kita yang lain yang memberikan kajian/mengajak kita untuk memaknai Al Qur’an, kemudian kita abaikan/kita tinggalkan begitu saja (apalagi sampai membencinya), maka ketahuilah bahwa terkait hal ini, Allah telah memberikan peringatan yang sangat keras!

أَفَبِهَــٰـذَا الْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ ﴿٨١﴾
“Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur'an ini?”, (QS. Al Waaqi’ah. 81).

Saudaraku,
Marilah kita perhatikan ilustrasi berikut ini:

Ketika kita masih kecil dan masih tinggal serumah dengan orang tua kita, kemudian pada suatu saat ayah kita sedang menasehati kita namun kita cuek saja atas nasehat-nasehat ayah kita bahkan kemudian kita meninggalkan begitu saja ayah kita yang sedang menasehati kita tersebut, hingga hal ini telah membuat ayah kita memanggil kita dengan nada marah sambil berkata: “Le2, berarti kamu ini telah menganggap remeh saja ya, omongan/nasehat ayahmu ini!”.

Mendengar teguran keras dari ayah kita tersebut, tentunya kita akan sangat ketakutan. Sehingga kita akan segera berbalik arah untuk segera menghadap kepada ayah kita dan segera memohon maaf atas kekhilafan kita tersebut.

Pelajaran Untuk Kita Semua

Saudaraku,
Jika terhadap teguran ayah kita saja telah membuat kita ketakutan, lalu bagaimana lagi jika yang menegur adalah Allah SWT? Pemilik semua yang ada di langit dan yang ada di bumi ini?

لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ ﴿٤﴾
“Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Asy Syuura. 4).

Sekali lagi, jika terhadap teguran ayah kita saja telah membuat kita ketakutan, lalu bagaimana lagi jika yang menegur adalah Allah SWT? Pemilik semua yang ada di langit dan yang ada di bumi ini? Tentunya akan lebih-lebih lagi takut kita kepada-Nya.

Sehingga akan sangat mudah dipahami, bahwa ketika di hadapan kita diperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an, ketika dihadapan kita ada ‘alim/‘ulama', ustadz maupun saudara kita yang lain yang memberikan kajian/mengajak kita untuk memaknai Al Qur’an, maka tidak ada pilihan lain bagi kita selain daripada menyambutnya dengan baik, karena sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia yang diturunkan dari Tuhan semesta alam, dan tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ ﴿٧٧﴾ فِي كِتَابٍ مَّكْنُونٍ ﴿٧٨﴾ لَّا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ ﴿٧٩﴾ تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ الْعَـــٰـلَمِينَ ﴿٨٠﴾ أَفَبِهَــٰـذَا الْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ ﴿٨١﴾
(77). sesungguhnya Al Qur'an ini adalah bacaan yang sangat mulia, (78). pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh), (79). tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. (80). Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (81). Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al Qur'an ini?, (QS. Al Waaqi’ah. 77 – 81).

Saudaraku,
Demikianlah seharusnya sikap kita sebagai orang-orang yang beriman ketika diperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an/ketika ada ajakan untuk memaknai Al Qur’an.

Sedangkan apabila kita berada pada posisi/diberi kesempatan oleh Allah untuk menyampaikan dakwah/mengajak saudara-saudara kita untuk memaknai Al Qur’an, maka satu hal yang harus kita perhatikan adalah bahwa hal itu harus kita lakukan/kita niatkan hanya karena Allah semata.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَـــٰــلَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162). “tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 163).

Sedangkan apabila pada saat kita menyampaikan dakwah/mengajak saudara-saudara kita untuk memaknai Al Qur’an, kemudian satu per satu diantara mereka meninggalkan kita sebelum kita selesai menyampaikan dakwah tersebut, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka para Nabi itu telah menyampaikan dakwah kepada ummatnya tanpa meminta upah sedikitpun. Mereka para Nabi itu hanyalah berharap upah dari Allah semata, karena upah dari Allah adalah lebih baik dan Dia adalah Pemberi rezki Yang Paling Baik.

Perhatikan petunjuk yang diberikan Allah SWT. ketika kita menghadapi situasi yang sulit seperti ini:

فَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُم مِّنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللهِ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٧٢﴾
“Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)". (QS. Yunus. 72).

Sedangkan terhadap saudara-saudara kita yang telah meninggalkan dakwah kita/yang telah meninggalkan ajakan kita untuk memaknai Al Qur’an, tentunya kita tidak boleh memandang rendah mereka. Karena ketika kita sedang memandang rendah orang lain, maka pada saat itu pula tanpa kita sadari kita telah merasa lebih tinggi daripada mereka. Kita juga tidak boleh menjelekkan mereka, karena ketika kita sedang menjelekkan orang lain, maka pada saat itu pula tanpa kita sadari kita telah merasa lebih baik daripada mereka. Demikian seterusnya.

Dalam hal ini, maka sikap terbaik kita adalah dengan memandang mereka sebagai saudara-saudara kita yang barangkali belum mengetahui tentang adanya teguran yang sangat keras dari Allah terkait sikap mereka (baca kembali surat Al Waaqi’ah ayat 81 di atas), sehingga menjadi tugas kita untuk terus berupaya mengingatkan mereka.

وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللهِ وَمَا أَنَاْ بِطَارِدِ الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّهُم مُّلَــٰـقُو رَبِّهِمْ وَلَــــٰـكِنِّي أَرَىـٰـكُمْ قَوْمًا تَجْهَلُونَ ﴿٢٩﴾
“Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". (QS. Huud. 29).

Ya Rabbi,
Berilah kesempatan kepada hamba untuk menyampaikan dakwah kepada saudara-saudara hamba. Semoga Engkau berkenan memberi kekuatan kepada hamba, sehingga hamba tetap mampu untuk terus menebar dakwah kepada sesama, hingga akhir hayat hamba. Amin, ya rabbal ‘alamin!

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ...، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Jabir r.a berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “..., Dan sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain”. (HR. at-Thabrani)


Semoga bermanfaat.

NB.
1)  Memaknai Al Qur’an identik dengan membacanya, memahaminya, menghayatinya dan mengamalkan pesan-pesan moral dan spiritualnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, Al Qur’an sebagai petunjuk kehidupan manusia dapat berfungsi.

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَـــٰبِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَـــٰـكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿١١١﴾
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf. 111).

2)  Le = panggilan orang tua kepada anak laki-laki dalam Bahasa Jawa.

Jumat, 01 Juli 2016

BAGAIMANA SIKAP KITA JIKA KITA BERDO’A KEPADA ALLAH NAMUN ALLAH BELUM MENGABULKAN DO’A KITA BAHKAN MEMBERIKAN HAL YANG LAIN YANG JUSTRU MEMBUAT KITA SEDIH ATAU KECEWA?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dik Fulan (nama samaran/mahasiswa Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura) telah menyampaikan pertanyaan sebagai berikut: “Salam sejahtera Pak Imron, saya ingin bertanya pada bapak. Jika apa yang kita mau atau inginkan kepada Allah, Allah belum jawab atau bahkan Allah berikan hal yang lain dan hal ini yang membuat kita sedih atau kecewa, kita harus bagaimana Pak? Terimakasih bapak”.

Sebelum menjawab pertanyaan yang Dik Fulan sampaikan, marilah kita perhatikan terlebih dahulu uraian berikut ini:

Dik Fulan yang dicintai Allah,
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya pengetahuan Allah adalah meliputi segala sesuatu, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:

اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).

Sementara kalimat-kalimat-Nya adalah tidak terbatas. Tidak mungkin bagi kita untuk menuliskan semuanya. Meski telah disediakan tinta sebanyak lautan yang ada di bumi ini untuk menuliskan kalimat-kalimat-Nya, maka pasti akan habis tinta itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat-Nya. Bahkan seandainya didatangkan tambahan tinta sebanyak itu lagi, tetap saja, pasti akan habis lagi tinta itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat-Nya.

قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَاداً لِّكَلِمَــٰـتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَـــٰـتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا ﴿١٠٩﴾
“Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”. (QS. Al Kahfi. 109).

Bahkan dalam ayat yang lainnya, diperoleh penjelasan bahwa seandainya pohon-pohon di bumi ini dijadikan pena dan laut menjadi tintanya untuk menuliskan kalimat-kalimat Allah, kemudian ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya tetap tidak akan pernah habis-habisnya dituliskan kalimat Allah tersebut.

وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِن شَجَرَةٍ أَقْلَــــٰمٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِن بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمَــٰـتُ اللهِ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٢٧﴾
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)-nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Luqman. 27).

Di sisi lain, ilmu pengetahuan yang kita miliki ternyata sangatlah terbatas. Semakin tinggi pendidikan kita, justru semakin menyadarkan kita, bahwa semakin banyak ilmu pengetahuan yang tidak kita ketahui. Teramat banyak ilmu pengetahuan yang tidak kita kuasai, karena pada kenyataannya kita memang tidak mungkin menguasai semua ilmu, meski setinggi apa-pun pendidikan kita.

... وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Ayat lain yang menggambarkan betapa ilmu kita (termasuk semua makhluk Allah yang lain) adalah sangat terbatas, adalah QS. Al Israa’ ayat 88. Karena terbatasnya ilmu yang dimiliki, maka seandainya semua makhluk berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an (kitab suci yang benar-benar datang dari Allah, Tuhan yang ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu), niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Al Qur'an, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.

قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُواْ بِمِثْلِ هَـــٰـذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا ﴿٨٨﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS. Al Israa’. 88).

Dik Fulan yang dicintai Allah,
Selain penjelasan Al Qur'an sebagaimana uraian di atas, bukti-bukti yang ada juga menunjukkan betapa ilmu kita adalah sangat terbatas.

Teori Geosentris yang menganggap bumi adalah pusat alam semesta, misalnya. Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan manusia pada saat itu, teori geosentris sempat dianggap sebagai “suatu kebenaran”. Bahkan berlangsung hingga ratusan tahun. Hingga akhirnya ditumbangkan oleh teori Heliosentris yang menganggap bahwa matahari adalah pusat alam semesta.

Namun, pada saat ini-pun terbukti bahwa alam semesta tidaklah berpusat pada matahari. Karena matahari sendiri ternyata hanya salah satu bintang dari miliaran bintang yang ada dalam suatu gugusan bintang yang juga disebut galaxy (galaxy Bima Sakti / Milky Way). Bersama bintang-bintang yang lain, ternyata matahari juga berputar mengelilingi pusat galaxy Bima Sakti. Demikian seterusnya.

Dengan demikian, nampaklah bahwa teori ilmiah tidak akan pernah final. Apa yang dianggap benar pada saat ini, pada suatu saat bisa saja dianggap salah dan sebaliknya. Dan (sekali lagi) ini benar-benar suatu tanda betapa ilmu kita adalah sangat terbatas. Artinya tidak ada kebenaran mutlak pada teori ilmiah ciptaan manusia.

Belum lagi untuk urusan alam ghaib. Tentang roh kita, misalnya. Teramat sedikitlah yang kita ketahui.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Dik Fulan yang dicintai Allah,
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Allah adalah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu (tidak terbatas), sedangkan ilmu kita adalah sangat terbatas.

Nah karena Allah adalah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu sedangkan ilmu kita adalah sangat terbatas, maka ketika kita merasa do’a kita belum Allah kabulkan atau bahkan Allah berikan hal yang lain yang justru membuat kita sedih atau kecewa, maka yang sesungguhnya terjadi adalah karena ilmu/logika kita belum mencukupi untuk memahami kehendak Allah tersebut.

Jadi bukan karena Allah tidak mau mengabulkan do’a kita, karena Allah telah berjanji dalam Al Qur’an surat Ghafir ayat 60 berikut ini:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku* akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir. 60). *) Yang dimaksud dengan “menyembah-Ku” di sini adalah “berdo’a kepada-Ku”.

Sedangkan Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.

... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...
"... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Dik Fulan yang dicintai Allah,
Allah yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, pasti lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita.

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).

Sebaliknya karena ilmu kita sangat terbatas, seringkali kita tidak bisa memahami kehendak Allah tersebut. Terhadap hal ini, maka sikap kita adalah tetap berbaik sangka kepada Allah, karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم) 
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal melainkan dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”. (HR. Muslim).

Demikian,
Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞