بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Minggu, 29 Juni 2008

TUNDUK DAN SUJUD

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Seberapa banyak sujud kita kepada-Nya?
Seberapa jauh tunduk patuh kita kepada-Nya?
Seberapa ikhlas puji kita kepada-Nya?
Seberapa banyak tasbih kita kepada-Nya?
Seberapa besar kedekatan kita kepada-Nya?


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri”. (QS. As Sajdah. 15).

“Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari”. (QS. Al Insaan. 26).

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Baqarah. 128).

“Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk”. (QS. ArRuum. 26).

Subhanallah!
Maha suci Engkau, ya Allah.

Walhamdulillah,
Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Semoga bermanfaat.

Rabu, 18 Juni 2008

APA YANG SEBENARNYA KITA CARI DALAM HIDUP INI? (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Terhadap artikel yang berjudul: APA YANG SEBENARNYA KITA CARI DALAM HIDUP INI? (I), seorang sahabat (dosen senior FTI ITS) telah memberi komentar sebagai berikut:

Yang kita cari adalah :
1. HARTA,
2. TAHTA,
3. WANITA,
4. ILMU.

Untuk menggapai cinta kasih Sang Khaliq, menuju kemulyaan hidup yang bermartabat dan diridhoi-Nya..., tidak perlu terlalu panik dengan usia, karena ketentuan-Nya tidak bisa diminta untuk diajukan atau dimundurkan. Wallahu a'lam bish-shawab.

Wassalam.

-----

Saudaraku...,
Sebelumnya kusampaikan terimakasih atas perhatian serta masukannya.

Meskipun demikian, aku mohon maaf karena menurutku yang kita cari dalam hidup ini seharusnya hanyalah menggapai ridho-Nya (QS. Al Fajr. 27-28; QS. Al Maa-idah. 119; QS. Al Baqarah. 207). Tidak ada gunanya memperoleh / mendapatkan harta, tahta, wanita serta ilmu, jika semuanya itu tidak mendapatkan ridho-Nya. (Wallahu ta’ala a’lam).

Tentang penyampaian umur dalam artikel tersebut, sama sekali tidak ada kaitannya dengan kepanikan. Hal itu semata-mata hanyalah untuk mengingatkan kita semua bahwa ternyata waktu terus berlalu. Dan apabila kita tidak segera menyadari tentang apa yang sebenarnya kita cari, maka dikhawatirkan kita akan menyesal selamanya karena harus meninggalkan dunia ini tanpa mendapatkan apa-apa. (Wallahu a'lam).

Saudaraku,
Sebagai sesama muslim yang terikat dalam tali persaudaraan yang kuat dalam Agama Islam, memang sudah jika diantara kita berupaya untuk menjalankan perintah Allah dalam surat Al 'Ashr untuk saling mengingatkan serta saling memberi nasehat. Karena dengan saling memberi dan mengingatkan, aku berharap, semoga kita semua tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi. “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103. 2-3).

Semoga bermanfaat!

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}

Selasa, 17 Juni 2008

APA YANG SEBENARNYA KITA CARI DALAM HIDUP INI? (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Tanpa kita sadari, ternyata tiap-tiap kita telah hampir memasuki usia 40 tahun. Bahkan, sekitar 12 tahun lagi, tiap-tiap kita akan memasuki usia 50 tahun. Sungguh…, suatu usia yang sudah dapat dikatakan ‘tua’. Sehingga tidak tertutup kemungkinan, pada waktu itu sebagian diantara kita telah menjadi kakek/nenek, atau bahkan sudah ada diantara kita yang berpulang menghadap kepada Sang Kholiq, Pemilik seluruh alam semesta ini. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un!

Saudaraku…,
Rasanya, begitu cepat waktu berlalu. Masih terbayang dalam ingatan kita, masa-masa ketika kita masih SMA dahulu. Masa ketika hari-hari indah kita lalui bersama. Masa ketika hari-hari kita lalui dengan penuh canda dan tawa. Masa ketika kita tidak pernah dan tidak perlu memikirkan problematika kehidupan yang teramat kompleks ini, karena itu adalah urusan orang tua kita.

Yah…, singkat cerita, begitu indah masa-masa ketika kita masih SMA dahulu. Teramat banyak kenangan yang terukir di sana. Sehingga rasanya tidak cukup untuk sekedar menuliskannya kembali dalam tulisan ini.

Namun, ternyata masa itu sudah berlalu. Bahkan sudah hampir 20 tahun telah kita tinggalkan. Rasanya, teramat cepat waktu berlalu. Dan pada saat ini, tiap-tiap kita telah hampir memasuki usia 40 tahun.

Saudaraku…,
Lalu, apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini? Apakah mencari harta/kekayaan sebanyak-banyaknya? Untuk apa? Sampai kapan? Atau, mengejar jabatan/pangkat setinggi-tingginya? Untuk apa? Sampai kapan? Atau, mencari …? Atau, mengejar…? dst. Untuk apa? Sampai kapan? Sementara waktu terus berlalu dan terus berlalu (dan tidak mungkin berhenti/kita hentikan). Hingga tanpa sadar, tiba-tiba maut sudah ada di depan mata!

“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al Baqarah. 96). Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Sesungguhnya, semuanya itu (mencari harta/kekayaan sebanyak-banyaknya, mengejar jabatan/pangkat setinggi-tingginya, atau mencari …atau mengejar… dst.) “hanya akan terasa hampa” jika kita belum mengenal-Nya, jika kita belum mendapatkan ridha-Nya!!!

Saudaraku…,
Hanya dengan menggapai ridha-Nya, jiwa kita akan menjadi tenang. Hanya dengan mendapatkan ridha-Nya, kita akan memperoleh keberuntungan yang besar. Hanya dengan ridha-Nya, kita akan bisa merasa puas terhadap nikmat yang telah dicurahkan-Nya kepada kita. “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27-28).

“Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfa`at bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya**. Itulah keberuntungan yang paling besar". (QS. Al Maa-idah. 119). **) Maksudnya ialah: Allah meridhai segala perbuatan-perbuatan mereka, dan merekapun merasa puas terhadap nikmat yang telah dicurahkan Allah kepada mereka.

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (QS. Al Baqarah. 207).

Semoga bermanfaat!

NB.
Tulisan ini adalah sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan Bung Edi Wahono (teman alumnus SMAN 1 Blitar ’89, saat ini tinggal di Yogyakarta) berikut ini: “Cumak yo kuwi lho…! Kok cepete umur iki. Ora kroso wis meh kepala 4. Terus ‘nggolek opo jan-jane awake dewe iki? Rolas tahun maneh wis kepala 5. Tuwo kan…?”. (Hanya ya itu lho…! Kok cepatnya umur ini. Tidak terasa sudah hampir kepala 4. Terus mencari apa sebenarnya kita ini? Dua belas tahun lagi sudah kepala 5. Tua kan…?).

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}

Minggu, 08 Juni 2008

BUTA (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Lihatlah, bagaimana hujan diturunkan dari langit, kemudian menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu tumbuhlah tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. Hingga kemudian ia menjadi kering, lalu kekuning-kuningan, dan akhirnya hancur berderai-derai.

Saudaraku…,
Lihatlah, bagaimana matahari, bumi dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya, hingga darinya siang dan malam silih barganti. “Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang”. (QS. Ibrahim. 33). “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. (QS. Al Anbiyaa’. 33). “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan”. (QS. Ar Rahman. 5).

Saudaraku…,
Lihatlah, betapa teramat rumitnya proses pencernaan yang terjadi dalam organ pencernaan kita. Betapa teramat rumitnya proses peredaran darah di dalam tubuh kita. Betapa teramat rumitnya semua proses-proses lainnya yang terjadi di dalam tubuh kita, yang semuanya itu diperlukan agar kita tetap dapat bertahan hidup hingga saat ini.

Saudaraku…,
Begitulah, teramat banyak kisah, peristiwa, atau kejadian lainnya yang sudah semestinya dapat kita petik banyak pelajaran darinya, dan sudah seharusnya dapat kita pergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (QS. Al ‘Alaq. 1). “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”, (QS. Al ‘Alaq. 3). Sudahkah kita mengambil pelajaran?

Saudaraku…,
Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan-(nya)? (QS. Al An’aam. 50). “Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”. (QS. Al Israa’. 72).

“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat”. (QS. Faathir. 19). “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran”. (QS. Al Mu’min. 58).

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (QS. Al Hajj. 46).

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az Zumar. 9).

Saudaraku…,
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. (QS. Az Zumar. 21).

“Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (daripadanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (ni`mat)”. (QS. Al Furqaan. 50).

“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan”. (QS. An Nuur. 44). “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur”. (QS. Al Furqaan. 62).

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’raaf. 179). Na’udzubillahi mindzalika!

Semoga Allah senantiasa membuka mata hati kita untuk tetap dapat menerima pelajaran yang datang dari-Nya. “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati”. (QS. Ali ‘Imran: 13). “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya)”. (QS. An Naazi’aat. 26).

Semoga bermanfaat.

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}

Sabtu, 07 Juni 2008

BUTA (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Terbayangkah oleh kita?
Betapa besar nikmat penglihatan yang telah diberikan-Nya kepada kita?

Saudaraku…,
Terbayangkah oleh kita?
Betapa berat menjalani hidup ini,
Jika nikmat penglihatan itu terpisah dari diri kita?

Saudaraku…,
Terbayangkah oleh kita?
Betapa berat derita hidup ini,
Jika nikmat penglihatan itu tak pernah bersama kita?
Dimana terangnya dunia ini, tak dapat kita pandangi?
Dimana indahnya dunia ini , tak dapat kita nikmati?

Saudaraku…,
Terbayangkah oleh kita?
Betapa sulitnya hidup ini,
Jika nikmat penglihatan itu tak pernah menyertai kita?
Dimana kegelapan selalu menemani kita, sementara terang bagi orang lain?
Dimana kesuraman selalu menyapa kita, sementara indah bagi orang lain?
Dimana hanya dengan suara, kita mengenali orang di sekeliling kita?
Dimana hanya dengan meraba, kita menelusuri jalan hidup kita?

Saudaraku…,
Sudahkah, kita mensyukurinya?

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim. 7).

Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" (QS. Yunus. 31).

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An Nahl. 78).

“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur”. (QS. Al Mu’minuun. 78).

Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS. Al Mulk. 23).

“Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An Naml. 40).

Semoga bermanfaat.

{Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan}

Kamis, 05 Juni 2008

TERNYATA MERUSAK ITU LEBIH MUDAH

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Untuk membangun suatu gedung, dibutuhkan banyak orang + harus dikerjakan oleh orang-orang yang mengerti bangunan (tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang) serta dalam waktu yang lama. Namun untuk merusaknya, bisa dikerjakan oleh sembarang orang dan cukup dikerjakan oleh satu orang saja serta dalam waktu yang singkat.

Demikian juga untuk membangun suatu kapal, dibutuhkan banyak orang + harus dikerjakan oleh orang-orang yang mengerti bangunan kapal (tidak bisa dikerjakan oleh sembarang orang) serta dalam waktu yang lama. Namun untuk merusaknya, bisa dikerjakan oleh sembarang orang dan cukup dikerjakan oleh beberapa orang saja serta dalam waktu yang singkat.

Saudaraku…,
Kondisi di atas, ternyata juga dapat terjadi pada semua aspek kehidupan kita yang lain. Akhlak kita, misalnya. Untuk membangun akhlak yang baik, jelas dibutuhkan banyak orang + harus dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai ilmu serta berakhlak mulia (tidak bisa dilaksanakan oleh sembarang orang) serta harus dilaksanakan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Namun untuk merusaknya, ternyata bisa dikerjakan oleh sembarang orang dan cukup dikerjakan oleh beberapa orang saja serta dalam waktu yang singkat.

Nah, jika sedemikian banyak orang untuk membangun suatu bangunan – apakah itu bangunan rumah, bangunan kapal, juga bangunan akhlak yang baik – dengan keahlian di bidangnya masing-masing, ternyata masih kalah kecepatannya dengan para perusak yang jumlahnya sangat sedikit, maka bagaimanakah lagi jika yang merusak memiliki jumlah yang sama bahkan lebih banyak dari yang membangun? Bisa dipastikan bahwa percepatan kerusakannya – termasuk kerusakan akhlak yang ditimbulkan – adalah jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan kecepatan bangunan yang terbentuk.

Dan nampaknya inilah realita yang sedang kita hadapi saat ini, dimana begitu banyak terdapat perusak akhlak berbanding dengan sangat sedikitnya proses pembangunan akhlak. Sehingga tidak mengherankan jika dimana-mana dapat dengan mudahnya kita temui para pemuda/pemudi kita yang bergaul dengan bebasnya. Sungguh, suatu kenyataan yang sangat menyedihkan.

”Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad. 14).

”Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. Al Furqaan. 43).

”Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun”. (QS. Ar Ruum. 29).

”Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa". (QS. Thaahaa. 16).

Semoga bermanfaat.

Rabu, 04 Juni 2008

TERNYATA HIDUP INI TERAMAT INDAH

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sepanjang perjalanan hidup yang sudah kita lalui, kita pasti pernah mendapatkan cobaan/ujian. Cobaan/ujian tersebut bisa berupa bencana alam, kesulitan hidup karena tiadanya harta, kesusahan karena kehilangan barang berharga, kegagalan dalam berkarier, kesedihan karena ditinggal pergi oleh orang-orang tercinta (orang tua, suami/istri, saudara kandung, dsb.) untuk selama-lamanya, ketakutan dalam menghadapi hari tua, ketakutan akan tiadanya makanan hingga kelaparan datang menyapa, dst.

Mungkin sebagian diantara kita menyangka bahwa ketika kita mendapatkan cobaan/ujian berupa kesulitan hidup seperti uraian di atas, kita merasakan bahwa seolah-olah hidup ini begitu berat. Begitu beratnya beban hidup yang kita rasakan, sehingga rasanya kita sudah tidak punya masa depan lagi. Begitu gelapnya masa depan kita rasakan, sehingga hal ini bisa membuat kita berputus asa, hidup tanpa harapan. Na’udzubillahi mindzalika!

Kondisi sebaliknya mungkin juga bisa terjadi pada sebagian diantara kita, yaitu ketika kita mendapatkan berbagai perhiasan dunia yang bisa berupa kekayaan, kekuasaan, jabatan, kemegahan, banyaknya anak, dll. Mungkin sebagian diantara kita menyangka bahwa ketika kita mendapatkan berbagai perhiasan dunia tersebut, kita merasakan betapa senang serta gembiranya hidup ini. Begitu gembiranya hidup ini kita rasakan, hingga tanpa kita sadari hal ini dapat saja membuat kita melampaui batas, hingga dapat menyebabkan kesombongan, ketakaburan, serta lupa kepada Allah. Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Jika kita merenungi lebih jauh lagi, sekali-kali kedua pandangan tersebut di atas tidaklah bisa dibenarkan sepenuhnya. Karena sesungguhnya pada saat kita sedang mendapatkan cobaan/ujian berupa kesulitan hidup seperti uraian di atas, pada saat itulah sebenarnya kita diingatkan bahwa sesungguhnya kita tercipta dalam keadaan yang sangat lemah. “dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (QS. An Nisaa’. 28). Dan adalah Allah, Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” (QS. 112. 2). Dari sini, pada akhirnya kita dapat semakin menyadari bahwa: “Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al Anfaal. 40). “Dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Tahriim. 2).

Sebaliknya, ketika kita sedang mendapatkan berbagai perhiasan dunia, maka pada saat itulah sebenarnya kita diingatkan untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya atas segala limpahan harta kekayaan, kekuasaan, jabatan, kemegahan, banyaknya anak, dll. yang telah diberikan-Nya kepada kita, sehingga hal itu semua dapat menjadikan kita semakin dekat kepada-Nya. ”Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman. 12).

Saudaraku…,
Demikianlah kehidupan ini kita rasakan. Terkadang kita dapat merasakan bahagianya hidup ini, juga perasaan senang. Sedangkan pada saat yang lain kita juga merasakan sulitnya hidup ini. Begitu seterusnya, perasaan sedih, gembira, terharu, bahagia, dst. silih berganti, sehingga menjadikan hidup ini terasa lebih bermakna, tidak monoton dan membosankan. Hingga akhirnya, barulah kita semua menyadari bahwa ternyata hidup ini teramat indah.

"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).

"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS. Al Kahfi. 10). Amin!

Semoga bermanfaat!

Selasa, 03 Juni 2008

TERNYATA PANDANGAN MATA KITA SERING MENIPU

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Jika kita perhatikan pesawat terbang yang sedang melintas jauh di atas kita, nampaklah bahwa pesawat terbang tersebut terlihat sangat kecil, bahkan nampak lebih kecil dari sepeda motor kita. Padahal kita semua sama-sama mengetahui, bahwa pada kenyataan yang sebenarnya pesawat terbang tersebut beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan sepeda motor kita.

Demikian juga jika kita perhatikan bulan purnama di tengah malam. Dalam penglihatan mata kita, nampaklah bahwa bulan purnama tersebut terlihat sangat kecil, bahkan nampak hanya sebesar piring saja. Padahal kita semua sama-sama mengetahui, bahwa pada kenyataan yang sebenarnya bulan tersebut adalah teramat besar, bahkan milyaran kali lebih besar dibandingkan dengan sebuah piring.

Hal yang sama juga terjadi pada saat kita perhatikan matahari di siang hari. Dalam penglihatan mata kita, nampaklah bahwa matahari tersebut terlihat sangat kecil, bahkan nampak sama dengan bulan. Padahal kita semua sama-sama mengetahui, bahwa pada kenyataan yang sebenarnya matahari tersebut adalah teramat besar, bahkan ratusan ribu kali lebih besar dibandingkan dengan bumi kita, apalagi jika dibandingkan dengan bulan.

Terlebih lagi jika kita memperhatikan bintang-bintang di malam hari. Dalam penglihatan mata kita, nampaklah bahwa bintang-bintang tersebut terlihat sangat kecil, bahkan nampak jauh lebih kecil dibandingkan bulan. Padahal kita semua juga sama-sama mengetahui, bahwa pada kenyataan yang sebenarnya bintang-bintang tersebut adalah teramat besar, bahkan begitu banyak yang jauh lebih besar dari matahari.

Saudaraku…,
Dari uraian di atas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa ternyata pandangan mata kita sering menipu. Sesuatu yang terlihat lebih kecil, seringkali pada kenyataannya bahkan jauh lebih besar. Demikian pula sebaliknya, sesuatu yang terlihat lebih besar, bisa jadi pada kenyataannya bahkan jauh lebih kecil.

Saudaraku…,
Jika kita perhatikan lebih jauh lagi, ternyata kondisi di atas juga dapat terjadi pada semua aspek kehidupan kita yang lain.

Seseorang yang dalam penglihatan kita nampak seperti orang yang kaya raya, pada kenyataan yang sebenarnya bisa jadi dia adalah orang yang miskin, meski hidup ditengah harta kekayaan yang melimpah.

Seseorang yang dalam penglihatan kita nampak seperti orang yang sangat bahagia, pada kenyataan yang sebenarnya bisa jadi dia adalah orang yang selalu dirundung duka, meski hidup dipuncak popularitas.

Hal yang sama juga terjadi pada saat kita sedang melihat seseorang yang nampak seperti orang yang sukses. Pada kenyataan yang sebenarnya bisa jadi dia adalah orang yang senantiasa akrab dengan kegagalan, meski hidup ditengah karier yang sedang menanjak.

Demikian juga sebaliknya. Seseorang yang dalam penglihatan kita nampak seperti orang miskin, pada kenyataan yang sebenarnya bisa jadi dia adalah orang yang sangat kaya, meski hidup dalam kekurangan harta.

Hal yang sama juga terjadi pada saat kita sedang melihat seseorang yang nampak seperti orang yang selalu akrab dengan kegagalan. Pada kenyataannya, bisa jadi dialah orang sukses yang sebenar-benarnya, meski hidup ditengah karier yang tidak menentu.

Saudaraku…,
Jika memang demikian halnya (bahwa ternyata pandangan mata kita sering menipu), mengapa masih banyak diantara kita yang tetap saja tertipu oleh pandangan matanya? Mengapa masih banyak diantara kita yang bahkan terus saja mengikuti serta memperturutkan pandangan matanya? Mengapa kita tidak menyandarkan pandangan kita berdasarkan kacamata Al Qur’an dan Al Hadits saja? Wallahu a'lam.

Semoga bermanfaat!

Senin, 02 Juni 2008

TERNYATA KITA HANYALAH SEKEPING DEBU

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dari buku Ilmu Pengetahuan Populer* (buku 1 dari 10 buku), diperoleh data bahwa masa bumi = 5.980.000.000.000.000.000.000.000 kg, sedangkan masa matahari = 330.000 x masa bumi. Matahari sendiri bukanlah bintang terbesar. Matahari hanyalah bintang dengan ukuran rata-rata. Bintang-bintang dengan ukuran lebih besar dari matahari, antara lain ialah bintang Antares yang mempunyai masa = 20 x masa matahari, dan bintang Hadar yang mempunyai masa = 25 x masa matahari. Sedangkan benda langit terbesar yang diketahui saat ini, mempunyai lebar = 18,6 tahun cahaya (1 tahun cahaya = jarak yang ditempuh oleh cahaya selama 1 tahun, yaitu sebesar 9.500.000.000.000 km). Artinya, jika seberkas cahaya bergerak melintas dari salah satu tepi benda langit tersebut menuju ke tepi lainnya, maka untuk menyelesaikan perjalanan tersebut, diperlukan waktu selama 18,6 tahun! Subhanallah!

Jarak matahari ke bumi = 150.000.000 km. Sedangkan jarak bintang lain yang terdekat selain matahari, yaitu bintang Alpha Centauri, jaraknya = 40.000.000.000.000 km. Galaksi kita, yaitu Bimasakti, terdiri dari sekitar 100.000.000.000 bintang. Garis tengah Bimasakti = 80.000 tahun cahaya.

Jumlah galaksi di alam semesta** diperkirakan sebanyak 100.000.000.000 galaksi. Beberapa galaksi terdekat adalah sebagai berikut: galaksi Awan-awan Magellanik, jaraknya = 200.000 tahun cahaya. Galaksi Andromeda, jaraknya = 2.000.000 tahun cahaya. Galaksi Ursa Mayor, jaraknya = 8.000.000 tahun cahaya. Dan galaksi Virgo, jaraknya = 39.000.000 – 52.000.000 tahun cahaya. Galaksi terjauh yang bisa teramati saat ini diperkirakan jaraknya mencapai beberapa milyar tahun cahaya.

Umur bumi diperkirakan = 4.500.000.000 tahun, sedangkan umur jagad raya diperkirakan = 10.000.000.000 tahun. Jadi, seandainya suatu saat bisa diciptakan teleskop tercanggih sekalipun, maka maksimal teleskop tersebut hanya mampu mengamati galaksi/benda langit lainnya yang jaraknya hanya sekitar 10.000.000.000 tahun cahaya. Galaksi-galaksi lain yang jaraknya lebih jauh lagi, tetap akan menjadi misteri, yang tidak akan pernah teramati. Karena, sejak awal mereka tercipta, cahayanya belum pernah mencapai bumi kita. Subhanallah! Maha Suci Engkau, Ya… Allah!

Saudaraku…,
Lalu berapakah sebenarnya luas alam semesta ini? Jawabnya: tidak ada seorangpun yang tahu. “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85). “Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”. (QS. Thaahaa. 110).

Saudaraku...,
Jika kita melihat uraian di atas, ternyata kita hanyalah sekeping debu. Teramat kecil jika dibandingkan dengan jagad raya yang luasnya tidak ada seorangpun yang tahu, meski dengan peralatan tercanggih sekalipun. Dan, pada akhirnya barulah kita menyadari, bahwa ternyata kita tercipta dalam keadaan yang sangat lemah. “dan manusia dijadikan bersifat lemah”. (QS. An Nisaa’. 28).

Namun, pada kenyataannya, betapa banyak diantara kita yang merasa besar, hanya karena memiliki sedikit kelebihan. Padahal, “Kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Asy Syuura. 4)

Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ تَعَظَّمَ فِى نَفْسِهِ وَاَجْتَالَ فِى مِشْيَتِهِ لَقِىَ اللهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ (رواه أحمد)
“Siapa yang merasa dirinya besar, lalu sombong dalam jalannya, maka ia akan menghadap pada Allah, sedang Allah murka padanya”. (HR. Ahmad). Na’udzubillahi mindzalika!


Subhanallah!
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Maha Besar”. (QS. Al Waaqi’ah. 74). Bahkan hal ini ditegaskan kembali dalam dua ayat lainnya dengan kalimat yang sama, yaitu: surat Al Waaqi’ah ayat 96 serta surat Al Haaqqah ayat 52. Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga bermanfaat.

NB.
*) Kerja sama LIPI – Pusat Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Grolier International, Inc. – PT. Widyadara.

**) Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Alam semesta teramati adalah istilah dalam kosmologi Big Bang untuk menggambarkan daerah berbentuk bola di alam semesta yang mengelilingi pengamat di mana obyek-obyek dapat diamati karena jaraknya cukup dekat, artinya ada cukup waktu untuk ditempuh cahaya dari obyek itu ke pengamat. Setiap posisi memiliki alam semesta teramati sendiri.

Kata teramati di sini tidak ada hubungannya dengan kemampuan teknologi modern untuk mendeteksi radiasi dari obyek di dalam daerah ini, melainkan dengan kemungkinan cahaya atau radiasi lain dari obyek mencapai pengamat.

Banyak artikel kosmologi menggunakan istilah "alam semesta" untuk menyebut "alam semesta teramati". Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan kita untuk mengetahui bagian alam semesta di luar alam semesta teramati.

Minggu, 01 Juni 2008

TERNYATA KITA SANGAT BERGANTUNG KEPADA-NYA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Pada saat kita memakan suatu makanan, ketika masih dalam tahapan membuat/mengolah makanan serta pada saat kita mengunyah dan menelan makanan tersebut, maka kita masih banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan tersebut, artinya kita masih punya peranan.

Namun ketika makanan tersebut sudah masuk ke dalam organ pencernaan kita, maka kita hampir tidak punya peranan lagi. Bahkan dapat dikatakan bahwa kita sama sekali tidak terlibat didalamnya. Padahal di dalamnya terdapat proses yang teramat rumit, dimana makanan tersebut dicerna, dipilah-pilah untuk kemudian dikirim ke berbagai organ tubuh kita, sesuai dengan kebutuhan masing-masing (vitamin A dikirim ke mata, vitamin D ke tulang, dst).

Saudaraku…,
Demikianlah…, untuk mendapatkan manfaat dari makanan tersebut, kita tetap harus berusaha memakannya. Karena jika suatu makanan berada di atas meja, maka makanan tersebut akan tetap di atas meja dan pada akhirnya akan basi.

Yah..., kewajiban kita hanyalah berusaha untuk memakannya, karena tanpa adanya usaha tersebut, maka mustahil bagi kita untuk mendapatkan manfaat dari makanan tersebut. Sedangkan untuk proses berikutnya, yang ternyata jauh lebih rumit, sepenuhnya adalah urusan Allah.

Saudaraku…,
Jika kita melihat kembali serangkaian proses di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesunguhnya peranan/kontribusi kita pada serangkaian proses tersebut sangatlah kecil, bahkan kurang dari 1%-nya. Sedangkan lebih dari 99%-nya, sepenuhnya adalah urusan Allah. Dan jika kita perhatikan lebih jauh lagi, ternyata semua aspek kehidupan kita yang lain adalah identik dengan kondisi tersebut.

Saudaraku…,
Ketika kita telah berhasil mendapatkan suatu pekerjaan (padahal bisa jadi lowongan yang tersedia saat itu hanya untuk 1 orang saja), maka jangan dikira bahwa keberhasilan tersebut adalah karena kita cerdas, karena kita hebat, atau karena kita mempunyai banyak kelebihan.

Yang benar adalah karena Allah telah menghendaki kita untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Karena bagi-Nya adalah terlalu mudah untuk menggerakkan hati seseorang/beberapa orang yang lebih baik dari kita sedemikian rupa sehingga pada saat yang bersamaan juga ikut mendaftarkan diri untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Jika sudah demikian, tentunya kita akan kalah bersaing dan pekerjaan itupun menjadi milik orang lain.

Yah..., kewajiban kita hanyalah berusaha untuk mendapatkannya (ikut mendaftarkan diri serta mengikuti serangkaian test untuk mendapatkan pekerjaan tersebut), karena tanpa adanya usaha tersebut, maka mustahil bagi kita untuk mendapatkannya. Sedangkan untuk proses berikutnya, apakah usaha kita berhasil atau tidak, sepenuhnya adalah urusan Allah. Hal ini identik dengan serangkaian proses memakan makanan di atas, dimana sesungguhnya peranan/kontribusi kita pada serangkaian proses tersebut sangatlah kecil, sedangkan sebagian besar lainnya, sepenuhnya adalah urusan Allah.

Saudaraku…,
Ketika kita telah berhasil menikahi istri/suami kita, maka sekali lagi jangan dikira bahwa keberhasilan tersebut adalah karena kita cerdas, karena kita hebat, atau karena kita mempunyai banyak kelebihan.

Yang benar adalah karena Allah telah menghendaki kita untuk mendapatkannya, sehingga dia sekarang menjadi istri/suami kita. Karena bagi-Nya adalah terlalu mudah untuk menggerakkan hati seseorang yang lebih baik dari kita sedemikian rupa sehingga pada saat yang bersamaan juga ingin menikahinya. Jika sudah demikian, tentunya diapun menjadi milik orang lain.

Yah..., sekali lagi, setelah kita berusaha untuk mendapatkannya (berusaha melakukan pendekatan dan kemudian berusaha melamarnya), maka proses berikutnya, sepenuhnya adalah urusan Allah. Dan hal ini juga identik dengan serangkaian proses memakan di atas, dimana sesungguhnya peranan/kontribusi kita pada serangkaian proses tersebut sangatlah kecil, sedangkan sebagian besar lainnya, sepenuhnya adalah urusan Allah.

Saudaraku…,
Demikianlah seterusnya. Jika kita perhatikan lebih jauh lagi, ternyata semua aspek kehidupan kita yang lain adalah identik dengan kondisi tersebut, dimana sesungguhnya peranan/kontribusi kita ternyata sangatlah kecil, sedangkan sebagian besar lainnya, yang ternyata jauh lebih rumit, sepenuhnya adalah urusan Allah. Dan pada akhirnya kita baru menyadari bahwa ternyata kita sangat bergantung kepada-Nya. “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlash. 2). Dengan kata lain, ternyata kita tercipta dalam keadaan yang sangat lemah.

Saudaraku…,
Jika sudah demikian, patutkah kita menyombongkan diri kita? Patutkah kita membanggakan diri kita? Patutkah kita menganggap bahwa diri kita lebih baik/lebih hebat dari orang lain?

Ingatlah, ketika orang lain sedang memuji kita, hal itu terjadi karena mereka belum mengetahui kelemahan kita. Dengan kata lain, karena pada saat itu Allah sedang menutupi kelemahan kita...!!! Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya segala pujian itu hanyalah untuk-Nya. ”Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al Faatihah. 2).

Semoga bermanfaat!

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞