بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Jumat, 05 September 2014

SEMUANYA TERGANTUNG PADA DIRI KITA SENDIRI



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya kekuatan syaitan itu terbatas hanya dalam membisikkan atau mewas-wasi manusia dan syaitan itu sama sekali tidak mampu untuk menghilangkan ikhtiar manusia.

Ya, syaitan dan para bala tentaranya hanya dapat mempengaruhi dan menggoda manusia. Sedangkan keputusan untuk mengikuti atau mengingkari godaan syaitan tersebut, sepenuhnya ada pada diri manusia itu sendiri, karena memang tidak ada kekuasaan sedikitpun bagi syaitan untuk memaksa manusia dalam memenuhi seruannya.

... وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلاَّ أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ... ﴿٢٢﴾
... Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, ...”. (QS. Ibrahim. 22).

Nah, karena tidak ada kekuasaan sedikitpun bagi syaitan untuk memaksa manusia dalam memenuhi seruannya sedangkan keputusan untuk mengikuti atau mengingkari godaan syaitan tersebut sepenuhnya ada pada diri manusia itu sendiri, tentunya juga tidak ada alasan sedikitpun bagi manusia untuk menyalahkan syaitan dikala mereka berada di jalan yang sesat.

... فَلاَ تَلُومُونِي وَلُومُواْ أَنفُسَكُم ... ﴿٢٢﴾
... oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. ...”. (QS. Ibrahim. 22).

Oleh karena itu, sangat wajarlah jika mereka orang-orang yang zalim itu (yaitu orang-orang yang memenuhi seruan syaitan) akan mendapat siksaan yang pedih (na’udzubillahi mindzalika), sedang mereka itu tidak dirugikan sedikitpun. Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana.

 ...إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٢٢﴾
... Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih”. (QS. Ibrahim. 22).

يَوْمَ تَأْتِي كُلُّ نَفْسٍ تُجَادِلُ عَن نَّفْسِهَا وَتُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ ﴿١١١﴾
“(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS. An Nahl. 111).

اللهُ الَّذِي أَنزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ ... ﴿١٧﴾
”Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan) ...” (QS. Asy Syuura. 17).

Kecuali jika seseorang dalam keadaan terpaksa, sedang hatinya tetap dalam keadaan beriman / sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

مَن كَفَرَ بِاللهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَـكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْراً فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١٠٦﴾
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”. (QS. An Nahl. 106)

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالْدَّمَ وَلَحْمَ الْخَنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَإِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١١٥﴾
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nahl. 115).

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٧٣﴾
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Baqarah. 173).

قُل لاَّ أَجِدُ فِي مَا أُوْحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّماً عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلاَّ أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَماً مَّسْفُوحاً أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقاً أُهِلَّ لِغَيْرِ اللهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلاَ عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٤٥﴾
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al An’aam. 145).

Semoga bermanfaat.

NB.
*) Surat Ibrahim ayat 22 selengkapnya adalah sebagai berikut:

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأَمْرُ إِنَّ اللهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَانٍ إِلاَّ أَن دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلاَ تَلُومُونِي وَلُومُواْ أَنفُسَكُم مَّا أَنَاْ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٢٢﴾
Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih”. (QS. Ibrahim. 22).

**) Batasan terpaksa dalam Islam (sebagaimana penjelasan surat An Nahl ayat 106, surat An Nahl ayat 115, surat Al Baqarah ayat 173, serta surat Al An’aam ayat 145 di atas) adalah jika sampai mengancam jiwa kita. Misal: seseorang terdampar di suatu tempat hingga menderita kelaparan. Jika tidak segera makan, bisa terancam jiwanya (bisa meninggal dunia), sedangkan di depan mata ada bangkai. Maka tidak mengapa jika dia memakan bangkai tersebut, hanya sekedar untuk mempertahankan jiwanya dan tidak melampaui batas / tidak sampai kekenyangan (wallahu a'lam).

Rabu, 03 September 2014

MENYIKAPI AJAKAN UNTUK BERGABUNG DENGAN SUATU ORMAS



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang sahabat telah mengirim pesan: “Pak Imron semoga sehat selalu, aamiin. Tapi sebelumnya mohon pertanyaan ini tidak di-share ke group/umum, karena bersifat pendapat pribadi dan untuk mencegah terjadinya konflik. Maaf Pak, mau minta pendapat Bapak. Saya minta pendapat/pandangan Bapak tentang ormas X*. Note: saya bukan (belum) anggota ormas tersebut”. *) Beliau menyebut nama salah satu ormas.

Hehe. Santai saja, wahai saudaraku!
Nggak usah khawatir, karena insya Allah nggak ada satupun artikel yang ku-posting di blog-ku (http://imronkuswandi.blogspot.com/) yang berpotensi menimbulkan konflik di antara saudara sesama muslim. Untuk lebih jelasnya, silahkan dibaca artikel yang berjudul “Saling Menghormati Dan Saling Menghargai Sesama Kaum Muslimin” (bisa klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2011/05/saling-menghormati-dan-saling.html)

Tentang seputar ormas tersebut, sebenarnya saya tidak begitu paham karena saya bukan anggota ormas tersebut dan juga belum pernah terlibat terlalu jauh dalam ormas tersebut.

Bagi saya sendiri, selama tujuannya baik (artinya tidak bertentangan dengan agama Islam) dan disampaikan dengan cara yang baik pula serta tidak mudah menyalahkan (apalagi sampai mengkafirkan) pihak lain, kiranya tak masalah. Mereka semua tetaplah saudara kita.

-----

Beliau mengatakan:
Terima kasih atas penjelasan dari Bapak. Jujur Pak, ini masalah pribadi saya. Sahabat saya mengajak saya bergabung dengan ormas tersebut. Namun saya belum mau bergabung. Salah satu alasannya adalah sebagaimana saya kutip dari pendapat Bapak: "Bagi saya sendiri, selama tujuannya baik (artinya tidak bertentangan dengan agama Islam) dan disampaikan dengan cara yang baik pula serta tidak mudah menyalahkan (apalagi sampai mengkafirkan) pihak lain, kiranya tak masalah. Mereka semua tetaplah saudara kita". Saya memberi garis bawah pada kalimat: "tidak mudah menyalahkan (apalagi sampai mengkafirkan) pihak lain"

Sejauh pengamatan saya melalui media internet baik dari diskusi maupun lainnya, nampaknya saya menilai mereka sangat mudah sekali menggunakan kata kafir dan kufur. Sahabat yang mengajak saya bergabung ini adalah sahabat yang sangat baik dan sering menolong pada saat saya mengalami kesulitan. Saya ingin menolak ajakannya. Kira-kira bagaimana caranya, ya Pak? Atas arahannya dan saran yang baik, saya ucapkan terima kasih.”

Saudaraku...,
Mengapa saya mengatakan seperti itu?

“Bagi saya sendiri, selama tujuannya baik (artinya tidak bertentangan dengan agama Islam)*1 dan disampaikan dengan cara yang baik*2 pula serta tidak mudah menyalahkan (apalagi sampai mengkafirkan) pihak lain*3, kiranya tak masalah. Mereka semua tetaplah saudara kita”.

*1. Selama tujuannya baik (artinya tidak bertentangan dengan agama Islam).

Saudaraku...,
Sebagai seorang muslim, seharusnya rujukan utamanya adalah Al Qur’an dan Al Hadits. Jika ada yang bertentangan dengan keduanya, tinggalkan! Jika sesuai dengan keduanya, silahkan diambil / dilaksanakan!

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
“Kitab (Al Qur'an)* ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”, (QS. Al Baqarah. 2). *) Allah menamakan Al Qur’an dengan Al Kitab* yang di sini berarti “yang ditulis” sebagai isyarat bahwa Al Qur’an diperintahkan untuk ditulis.

هَـذَا بَلاَغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُواْ بِهِ وَلِيَعْلَمُواْ أَنَّمَا هُوَ إِلَـهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ ﴿٥٢﴾
“(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).

*2. Disampaikan dengan cara yang baik.

Saudaraku...,
Dalam berdakwah, kita musti berendah diri dan berlaku lemah lembut. Sikap merendahkan diri serta berlaku lemah lembut dihadapan mereka, jelas akan lebih dapat mendatangkan simpati dibandingkan sikap angkuh dan kasar. Demikian contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah Muhammad SAW. dalam berdakwah, sebagaimana telah diperintahkan Allah SWT. dalam surat Asy Syu’araa’ ayat 215:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٢١٥﴾
“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (QS. Asy Syu’araa’. 215).

Sedangkan dalam ayat yang lain, kita juga diperintahkan untuk berdakwah bil hikmah (dengan hikmah) dan memberi pelajaran yang baik atau nasihat yang lembut dan membantah mereka dengan bantahan yang baik pula, seperti menyeru mereka untuk menyembah Allah SWT. dengan menyampaikan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya atau dengan hujjah-hujjah (keterangan, alasan, bukti, atau argumentasi) yang jelas.

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah* dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl. 125). *) Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

*3. Tidak mudah menyalahkan (apalagi sampai mengkafirkan) pihak lain.

Saudaraku...,
Sebagai seorang muslim yang baik, janganlah kita mudah menyalahkan/mudah melontarkan tuduhan (apalagi sampai mengkafirkan) kepada saudara sesama muslim. Karena jika tuduhan itu tidak benar, maka tuduhan/ucapan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. (Na’udzubillahi mindzalika!)

Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيْهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا، فَإِنْ كَانَ كَمَا قَالَ: وَإِلَّا رَجَعَتْ عَلَيْهِ
“Apabila seorang laki-laki menyeru kepada saudaranya (sesama muslim): Wahai kafir, maka salah seorang dari keduanya telah kembali dengan pengkafiran tersebut, lalu apabila (benar) sebagaimana yang dikatakannya (maka menuju kepada orang tersebut), namun bila tidak, niscaya kembali kepada yang mengucapkannya.” (HR. Malik, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan At Tirmidzi)

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

وَمَنْ دَعَا رَجُلًا بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ: يَا عَدُوَّاللهِ، وَلَيْسَ كَذلِكَ، إِلَّا حَارَ عَلَيْهِ. (رواه البخارى ومسلم)
“Siapa yang memanggil seseorang dengan kata kafir atau menyatakan: ‘Wahai musuh Allah’ dan ternyata ia bukan demikian, maka (kata tersebut) akan kembali kepadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَالَ لِأَخِيْهِ: يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا. (رواه البخارى)
“Siapa yang menyatakan kepada saudaranya: ‘Wahai kafir’, maka sungguh salah seorang dari keduanya telah kembali dengannya”. (HR. Al Bukhari).

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا أَكْفَرَ رَجُلٌ رَجُلًا إِلَّا بَاءَ أَحَدُهُمَا بِهَا إِنْ كَانَ كَافِرًا وَإِلَّا كَفَرَ بِتَكْفِيْرِهِ. (روه ابن حبان)
“Tidaklah seseorang memvonis kafir (mengkafirkan) orang lain kecuali salah seorang dari keduanya kembali dengan hal tersebut. Apabila benar kafir (maka menuju kepada orang yang dikafirkannya tersebut), namun bila tidak, maka ia kafir dengan sebab pengkafirannya tersebut”. (HR. Ibnu Hibban).

Oleh karena itu janganlah kita mudah menyalahkan/mudah melontarkan tuduhan/memvonis kafir (mengkafirkan) orang lain, kecuali jika benar-benar telah jelas tanda-tanda kekafirannya. Misalnya: seseorang telah secara jelas mengatakan bahwa Nabi Isa Al Masih* itu putera Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 30:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS At Taubah. 30).

*) Al Masih artinya mengusap; mengusap orang mati menjadi hidup kembali, mengusap orang sakit jadi sembuh, dll. (yang semuanya itu atas ijin Allah SWT).

-----

Lalu bagaimana jika kita menjumpai sahabat yang telah menjadi anggota ormas yang sangat mudah menggunakan kata kafir dan kufur kepada sesama muslim?

Saudaraku...,
Jika benar bahwa ormas tersebut sangat mudah menggunakan kata kafir dan kufur kepada sesama muslim, tentunya menjadi tugas kita untuk meluruskan sahabat kita yang telah menjadi anggota ormas tersebut (agar tidak lagi dengan mudah mengkafirkan pihak lain).

Jika kita mempunyai kekuasaan untuk meluruskannya, hendaknya kita luruskan/kita ubah dengan kekuasaan kita.

Namun jika tidak mampu dengan tangan/kekuasaan, maka dengan lisan kita. Artinya jika saudaraku mempunyai bekal ilmu yang cukup, sebaiknya saudaraku ajak untuk berdiskusi dengan menyertakan hujjah (keterangan, alasan, bukti, atau argumentasi) yang kuat disertai dengan dalil-dalil yang mendasarinya, dengan harapan semoga yang bersangkutan bisa mendapatkan pemahaman yang benar tentang Islam.

Sedangkan jika dengan lisanpun kita tidak mampu, maka dengan hati kita. Artinya jika saudaraku tidak mempunyai bekal ilmu yang cukup (sebagaimana penjelasan di atas), setidaknya hati saudaraku tidak setuju dengan tindakan/sikapnya.

Dari Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ’anhu berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ. (رواه مسلم)
“Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu dengan tangannya, dengan lisannya. Jika tidak mampu dengan lisannya, dengan hatinya; dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim).

Saudaraku...,
Satu hal yang harus kita perhatikan saat menyampaikan dakwah kepadanya (serta kepada saudara kita yang lainnya), bahwa disamping harus kita sampaikan dengan cara yang baik sebagaimana penjelasan surat Asy Syu’araa’ ayat 215 serta surat An Nahl ayat 125 di atas, kita juga musti belajar banyak terhadap apa yang telah dilakukan oleh Nabi Musa AS., dimana Beliau telah menyampaikan dakwah kepada Fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut sebagaimana perintah Allah SWT dalam surat Thaahaa berikut ini:

اذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ﴿٤٢﴾ اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى ﴿٤٣﴾ فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى ﴿٤٤﴾
(42) “Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku”; (43) “Pergilah kamu berdua kepada Fir`aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas”; (44) “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaahaa. 42 – 44).

Nah, jika kepada Fir’aun saja Allah telah memerintahkan Musa AS. untuk menyampaikan dakwah dengan kata-kata yang lemah lembut, apalagi kepada saudara sesama muslim! Hal ini sebaiknya juga saudaraku sampaikan kepada sahabat tersebut, tentang bagimana sikap kita dalam mendakwahi saudara sesama muslim (kalau kepada Fir’aun saja seperti itu, apalagi kepada sesama muslim) sehingga diharapkan yang bersangkutan tidak lagi dengan mudah memvonis kafir (mengkafirkan) orang lain.

Saudaraku tidak perlu khawatir jika sahabat tersebut pada akhirnya akan bersikap buruk kepada diri saudaraku (setelah saudaraku berupaya menyampaikan dakwah kepadanya dengan cara yang baik). Kita tidak perlu takut, karena sesungguhnya Allah beserta kita/Allah akan membantu kita!

قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَن يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَن يَطْغَى ﴿٤٥﴾ قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى ﴿٤٦﴾
(45) Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas". (46) Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". (QS. Thaahaa. 45 – 46).

-----

Bagaimana pula cara menolak ajakan sahabat untuk bergabung ke dalam ormas tersebut?

Saudaraku...,
Jika benar bahwa ormas tersebut sangat mudah menggunakan kata kafir dan kufur kepada sesama muslim, kita sampaikan saja sikap kehati-hatian kita sehingga kita belum bisa memutuskan untuk bergabung dengan ormas tersebut sampai jelas/ sampai ada kepastian bahwa ormas tersebut telah mengubah cara dakwahnya sehingga tidak lagi dengan mudah menggunakan kata kafir dan kufur kepada sesama muslim.

Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

-----

Beliau mengatakan: “Terima kasih, Pak Imron... Terima kasih atas segala perkenan bapak memberi jawaban atas segala apa yang menjadi keraguan/ketidaktahuan saya.. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan baik yang berlipat kepada bapak sekeluarga... Aamiin Yaa Rabb...”

Demikian hasil diskusi ini,
Semoga bermanfaat.


Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞