بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 05 April 2011

MASUKLAH KE DALAM ISLAM SECARA KAAFFAH

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku...,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Ibrahim ayat 52, yang artinya adalah: “(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran”. (QS. Ibrahim. 52).

Berdasarkan Al Qur'an surat Ibrahim ayat 52 tersebut, diperoleh keterangan bahwa sesungguhnya Kitab Suci Al Qur'an adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia. Nah..., karena pokok-pokok ajaran Islam ada di dalamnya (Al Qur'an), sedangkan Al Qur'an itu sendiri merupakan Kitab Suci yang sempurna, maka dari sini dapat kita simpulkan bahwa Islam adalah agama yang sempurna pula, dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya.

Hal ini diperkuat dengan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Maa-idah ayat 3 (tepatnya pada bagian akhir dari ayat 3 surat Al Maa-idah), dimana bisa kita peroleh penjelasan bahwa sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama Islam dan telah meridhoi Islam sebagai agama kita.

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Maa-idah. 3).

Saudaraku...,
Karena sesungguhnya Islam itu adalah agama yang benar-benar sempurna, dimana semua problematika kehidupan ini telah diatur di dalamnya, sedangkan kesempurnaan agama Islam itu benar-benar datang dari Allah SWT., Tuhan yang ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. Oleh karena itu, janganlah kita termasuk orang-orang yang ragu-ragu untuk masuk ke dalam Islam secara menyeluruh (secara kaaffah). Ambillah seluruh hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah tanpa terkecuali, baik yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi.

Saudaraku...,
Sesungguhnya Allah telah menjadikan kita berada di atas suatu syariat / peraturan dari urusan / agama yang lurus. Maka ikutilah syariat itu semuanya (tanpa terkecuali) dan janganlah kita mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Al Jaatsiyah. 18).

Saudaraku…,
“Katakanlah: "Sesungguhnya aku (berada) di atas hujjah yang nyata (Al Qur'an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku (untuk menurunkan azab) yang kamu tuntut untuk disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik. (QS. Al An’aam. 57).

Sekali lagi...,
Ambillah seluruh hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah tanpa terkecuali, baik yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi. Ikutilah syariat itu semuanya (tanpa terkecuali) dan janganlah kita mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.

Kita tidak boleh mengambil sebagian saja hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu hukum-hukum yang kita senangi saja. Sementara hukum-hukum yang lain yang tidak kita senangi kita buang begitu saja. Karena Allah telah berfirman dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 208, yang artinya adalah sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah. 208).

Dari Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 208 tersebut, diperoleh penjelasan bahwa kita diperintahkan untuk masuk ke dalam Islam secara keseluruhannya. Artinya kita tidak boleh mengambil sebagian saja hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu hukum-hukum yang kita senangi saja. Sementara hukum-hukum yang lain yang tidak kita senangi kita buang begitu saja. Jika hal ini yang kita lakukan (yaitu mengambil sebagian hukum-hukum Allah dan membuang sebagian yang lainnya), maka tanpa kita sadari, kita telah memperturutkan langkah-langkah syaitan. Padahal, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kita. Na’udzubillahi mindzalika!

Saudaraku…,
Jika kita hanya mengambil Islam sebagian saja, atau bahkan ingin sepenuhnya mengambil hukum-hukum lain (selain yang ditetapkan oleh Allah), lalu apakah hukum Jahiliyah yang kita kehendaki? Dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al Maa-idah. 50).

Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah menetapkan hukum menurut kehendak-Nya. Dan sesungguhnya tidak ada satu pihakpun yang dapat menolak ketetapan-Nya. Demikian penjelasan Allah dalam Al Qur'an surat Ar Ra’d ayat 41:

“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah Yang Maha cepat hisab-Nya”. (QS. Ar Ra’d. 41).

Semoga bermanfaat!

Minggu, 03 April 2011

KISAH DUA ORANG BUTA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Bang Nafil dan Bang Fulan adalah dua orang yang menderita kebutaan (tidak bisa melihat sama sekali). Keduanya telah bersahabat sejak lama, karena kebetulan berasal dari kampung yang sama.

Pada suatu saat, Bang Nafil berkesempatan untuk berkunjung di sebuah Kebun Binatang. Di sana, Bang Nafil sempat berada sangat dekat dengan seekor gajah yang sudah terlatih / jinak. Bahkan Bang Nafil sempat meraba kupingnya.

Pada saat yang lain, Bang Fulan juga berkesempatan untuk berkunjung di Kebun Binatang yang sama. Dan kebetulan sekali, Bang Fulan juga sempat berada sangat dekat dengan gajah yang sama. Namun Bang Fulan hanya sempat meraba belalainya.

Beberapa hari kemudian saat keduanya bertemu di kampung halamannya, keduanya sama-sama bercerita tentang pengalamannya di Kebun Binatang tersebut. Hingga akhirnya, keduanya bercerita tentang “gajah”.

Bang Nafil bercerita bahwa gajah itu ternyata sejenis hewan yang bentuknya seperti kipas. Namun Bang Fulan membantahnya. Dengan penuh keyakinan, Bang Fulan mengatakan bahwa gajah itu ternyata sejenis hewan yang bentuknya seperti ular, bukan seperti kipas sebagaimana penjelasan Bang Nafil.

Demikianlah...,
Karena keduanya sama-sama belum pernah melihat gajah secara utuh / secara menyeluruh (secara kaaffah), maka perdebatan itu terus berkepanjangan tiada akhir. Masing-masing pihak merasa benar dan menyalahkan pihak lainnya (karena masing-masing pihak merasa didukung oleh bukti yang sangat meyakinkan). Maklumlah, Bang Nafil hanya sempat meraba kupingnya. Sementara Bang Fulan juga hanya sempat meraba belalainya.

-----

Saudaraku…,
Jika kita melihat kisah di atas, maka dengan mudah kita dapat menyimpulkan, bahwa sekalipun masing-masing pihak merasa benar dengan pendapatnya (karena sama-sama didukung oleh bukti yang sangat meyakinkan), namun sebenarnya pendapat keduanya adalah sama-sama salahnya. Dan kesalahan itu terjadi semata-mata karena keduanya hanya mengetahui gajah secara parsial saja. Bukan secara utuh / secara menyeluruh (secara kaaffah).

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kisah di atas.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah. 208).

Saudaraku…,
”Memahami Islam secara sepotong-sepotong (secara parsial), bisa menimbulkan kesalahpahaman tentang Islam”.

Semoga bermanfaat.

NB.
Bang Nafil dan Bang Fulan pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Jumat, 01 April 2011

TUDUHAN YANG SANGAT KEJI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Dalam sebuah diskusi terbuka di facebook, seorang teman dari Sulawesi dengan santainya memberikan penilaian negatif terhadap berbagai hal, hanya berdasarkan ”secuil” informasi yang tidak lengkap. Antara lain, dengan santainya dia membuat pernyataan berikut ini: ”Mudah-mudahan anda tahu bahwa 3 dari 4 Khulafaur Rasyidin mati dibunuh...! (Umar, Utsman, dan Ali). Kita harus jujur soal sejarah kita. Mengapa dibunuh? Karena ada ketidakadilan! Mana ada orang yang ujug-ujug langsung bunuh orang tanpa alasan? Dan, alasan untuk membunuh pemimpin tentu berbeda dengan membunuh orang biasa. Alasan membunuh pemimpin pastilah terkait dengan kualitas kepemimpinannya atau kualitas sistem yang dipimpinnya... Jujurlah...”.

-----

Saudaraku...,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 61, yang artinya adalah sebagai berikut:

“…Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas”. (QS. Al Baqarah. 61).

Terjemahan selengkapnya dari surat Al Baqarah ayat 61 adalah sebagai berikut: “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas”. (QS. Al Baqarah. 61).

Saudaraku...,
Dari surat Al Baqarah ayat 61 tersebut diperoleh penjelasan bahwa mereka (kaum Yahudi) telah membunuh para nabi. Padahal, para nabi itu pada umumnya adalah pemimpin dari umatnya. Nah... terhadap kasus ini, apakah juga bisa dengan santainya disimpulkan bahwa terjadinya pembunuhan para nabi itu (yang notabene adalah para pemimpin mereka) juga disebabkan karena adanya ketidakadilan...???

Dalam hal ini, yang sesungguhnya terjadi adalah karena kedengkian yang timbul dari diri mereka sendiri (kaum Yahudi) setelah nyata bagi mereka kebenaran, karena mereka (kaum Yahudi) itu selalu berbuat durhaka dan melampaui batas...!!!

Jika seseorang berani mengatakan bahwa terjadinya pembunuhan para nabi itu disebabkan karena adanya ketidakadilan, maka secara sadar dia telah melontarkan tuduhan bahwa para nabi itu adalah orang-orang yang dalam menjalankan kepemimpinannya penuh dengan ketidakadilan. Suatu tuduhan yang sangat keji. (Na’udzubillahi mindzalika!).

Ya… Rabbi,
Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau,
Dari menyebut para nabi sebagai orang-orang yang dzalim.

Demikian juga halnya dengan orang yang berani mengatakan bahwa terjadinya pembunuhan 3 dari 4 Khulafaur Rasyidin itu disebabkan karena adanya ketidakadilan, hanya berdasarkan ”secuil” informasi yang tidak lengkap. Jika seseorang berani mengatakan bahwa terjadinya pembunuhan 3 dari 4 Khulafaur Rasyidin itu disebabkan karena adanya ketidakadilan, maka secara sadar dia telah melontarkan tuduhan, bahwa 3 dari 4 Khulafaur Rasyidin itu adalah orang-orang yang dalam menjalankan kepemimpinannya, penuh dengan ketidakadilan. Sungguh, ini adalah suatu tuduhan yang sangat keji. (Na’udzubillahi mindzalika!).

Ya… Rabbi,
Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau,
Dari menyebut Khulafaur Rasyidin sebagai orang-orang yang dzalim.

Ketiganya (yang wafat karena pembunuhan) dari empat Khulafaur Rasyidin itu adalah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Umar bin Khattab meninggal karena ditusuk oleh Majusi, Utsman bin Affan meninggal dibantai oleh orang kafir dan muslim fasik, dan Ali bin Abi Thalib meninggal dengan pedang tokoh kelompok sesat khawarij. Sedangkan Abu Bakar, ada yang meriwayatkan wafat karena diracun oleh Yahudi, ada pula yang meriwayatkan wafat karena sakit.

Sesungguhnya Khulafaur Rasyidin itu (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali) adalah contoh para pemimpin yang sangat adil di muka bumi ini, setelah Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan sepenuhnya. Keadilannya, insya Allah tidak akan pernah lagi bisa dijumpai dalam sejarah hidup pemimpin manapun di muka bumi ini.

Saudaraku...,
Dia juga selalu menyatakan bahwa Islam adalah agama yang tidak sempurna. Dia tidak bisa membedakan antara agama Islam dengan pemeluknya. Jujur saja, diantara kita semua ini, adakah yang bisa melaksanakan semua ajaran Islam secara sempurna?

Nah...,
Ketidaksempurnaan pemeluknya dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam inilah yang diklaim oleh dia sebagai bentuk ketidaksempurnaan Islam. Padahal, Allah sendirilah yang telah menyempurnakan agama Islam, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Maa-idah ayat 3 (tepatnya pada bagian akhir dari ayat 3 surat Al Maa-idah), yang artinya adalah sebagai berikut:

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Maa-idah. 3).

Sebenarnya masih banyak lagi pernyataan-pernyataannya / penilaian-penilaian negatif terhadap Islam oleh yang bersangkutan, hanya berdasarkan ”secuil” informasi yang tidak lengkap.

Saudaraku...,
”Memahami Islam secara sepotong-sepotong (secara parsial), bisa menimbulkan kesalahpahaman tentang Islam”. Oleh karena itu, berhati-hatilah wahai saudaraku!

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞