بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Minggu, 05 Januari 2020

PASRAH KEPADA ALLAH (II)


Assalamu’alaikum wr. wb.

Tanggapan beliau (staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Sumatera) terhadap artikel “Pasrah Kepada Allah (I)”:

Terimakasih, Pak Imron (atas penjelasannya). Ada satu lagi yang ingin saya tanyakan. Apakah orang yang kena istidraj masih bisa taubat dan diampuni?. Karena katanya jika kena azab istidraj fase 5 (fase terakhir), akan putus asa dan hanya menyesal sedikit saja. (Saya share tulisan tentang istidraj).

Apakah mungkin saya terkena ini Pak Imron, karena kalut panik dan putus asa saya rasakan sekarang. Dulu rezeki saya lancar tapi masih ambil yang tidak halal selama bertahun-tahun tanpa rasa berdosa. Sehat tak pernah sakit, anak-anak pintar tapi dalam agama kami lemah. Ketakutan yang saya rasa sekarang lebih pada takut kehilangan duniawi.

Tanggapan

Saudaraku,
Terkait istidraj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ. (رواه أحمد)   
“Bila kamu melihat Allah memberi hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj dari Allah.” (HR. Ahmad.)

Sedangkan dalam surat Al An’aam ayat 44 serta dalam surat Al-A'raaf ayat 182, Allah Ta’ala telah berfirman:

فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَـــٰــهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ﴿٤٤﴾
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al An’aam. 44).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Maka tatkala mereka melupakan) mereka mengabaikan (peringatan yang telah diberikan kepada mereka) nasihat dan ancaman yang telah diberikan kepada mereka (melaluinya) yaitu dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan, mereka tetap tidak mau mengambil pelajaran dan nasihat darinya (Kami bukakan) dengan dibaca takhfif dan tasydid (kepada mereka semua pintu-pintu) yakni kesenangan-kesenangan sebagai istidraj untuk mereka (sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka) gembira yang diwarnai rasa sombong (Kami siksa mereka) dengan azab (dengan tiba-tiba) secara sekonyong-konyong (maka ketika itu mereka terdiam berputus-asa) mereka merasa berputus asa dari segala kebaikan”.

Tafsir Ibnu Katsir:

فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ ... ﴿٤٤﴾
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka ...”(Al-An'am: 44). Maksudnya mereka berpaling dari peringatan itu dan melupakannya serta menjadikannya terbuang di belakang punggung mereka.

... فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ ... ﴿٤٤﴾
“... Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka ...”(Al-An'am: 44). Yakni Kami bukakan bagi mereka semua pintu rezeki dari segala jenis yang mereka pilih. Hal itu merupakan istidraj dari Allah buat mereka dan sebagai pemenuhan terhadap apa yang mereka inginkan, kami berlindung kepada Allah dari tipu muslihat-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

... حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ ... ﴿٤٤﴾
“... sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka ...”. (Al-An'am: 44). Yakni berupa harta benda yang berlimpah, anak yang banyak, dan rezeki melimpah ruah.

... أَخَذْنَـــٰــهُم بَغْتَةً ... ﴿٤٤﴾
“... Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong ...”(Al-An'am: 44). Yaitu di saat mereka sedang lalai.

... فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ﴿٤٤﴾
“... maka ketika itu mereka terdiam putus asa”(Al-An'am: 44). Artinya putus harapan dari semua kebaikan.

وَالَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـئَـايَـــٰــتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨٢﴾
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami lakukan istidraj terhadap mereka [nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan)], dengan cara yang tidak mereka ketahui. (QS. Al-A'raaf. 182).

Saudaraku bertanya: “Apakah orang yang kena istidraj masih bisa taubat dan diampuni?”.

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya, karena sesungguh­nya pintu rahmat dan pintu taubat itu sangatlah luas, jauh lebih luas dari yang kita pikirkan. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat At Taubah ayat 104 berikut ini:

أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَــــٰـتِ وَأَنَّ اللهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿١٠٤﴾
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS. At Taubah. 104).

Perhatikan pula penjelasan hadits Anas radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. (رواه الترمذى)  
Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai Bani Adam, sesungguhnya selama engkau berdo’a kepada-Ku, mengharapkan-Ku, niscaya Aku beri ampun kepadamu atas apa yang ada padamu, dan Aku tidak peduli. Wahai Bani Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit kemudian kamu minta ampun kepada-Ku niscaya Aku beri ampunan kepadamu, dan Aku tidak peduli. Wahai Bani Adam, sungguh, seandainya engkau datang kepada-Ku membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan apapun, pasti Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh itu juga.” (HR. At-Tirmidzi)

Saudaraku,
Ketahuilah pula bahwa sesungguhnya Allah sangat menyukai hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya. Sehingga tidak pantas bagi seorang hamba untuk berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad serta hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi berikut ini:

Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara tunggal:

قَالَ عَبْدُ اللهِ ابْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ حَمَّادٍ النَّرسِي، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ اللهِ مَسْلَمَةُ الرَّازِيُّ، عَنْ أَبِي عَمْرٍو الْبَجَلِيِّ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْحَنَفِيَّةِ، عَنْ أَبِيهِ، عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُفَتَّنَ التَّوَّابَ". (رواه أحمد)
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdul A'la ibnu Hammad Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Maslamah ibnu Abdullah Ar-Razi, dari Abu Amr Al-Bajali, dari Abdul Malik ibnu Sufyan As-Saqafi, dari Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Ali, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah, dari ayahnya (yaitu Ali ibnu AbuTalib r.a.) yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang teperdaya oleh dosa lagi suka bertobat”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap bani Adam banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang banyak bertaubat.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi)

Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan surat At Taubah ayat 104 dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad serta hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Darimi di atas, nampaklah bahwa seorang hamba tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah, bagaimanapun besarnya dosa-dosanya, karena sesungguh­nya pintu rahmat dan pintu taubat itu sangatlah luas.

Dan hal ini tentu saja juga berlaku bagi siapa saja yang kena istidraj, selama ruhnya belum sampai di tenggorokan. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi berikut ini:

Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه الترمذى)   
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi).

Saudaraku bertanya: “Apakah orang yang kena istidraj masih bisa taubat dan diampuni?. Karena katanya jika kena azab istidraj fase 5 (fase terakhir) akan putus asa dan hanya menyesal sedikit saja”.

Terkait hal ini, marilah kita perhatikan penjelasan Allah dalam surat Yunus ayat 90 berikut ini:

وَجَــٰــوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ ءَامَنتُ أَنَّهُ لَا إِلـــٰــهَ إِلَّا الَّذِي ءَامَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَاْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٩٠﴾
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir`aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir`aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Yunus. 90).

Lalu bagaimana dengan taubat Fir’aun yang pada akhirnya beriman kepada Allah sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Yunus ayat 90 di atas? Apakah taubatnya diterima oleh Allah?

Saudaraku,
Jawaban dari pertanyaan ini ada dalam Al Qur’an surat Yunus ayat 91 berikut ini (kelanjutan dari ayat di atas):

اٰۤلْــئٰــنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ ﴿٩١﴾
Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Yunus. 91).

Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan Al Qur’an dalam surat Yunus ayat 91 atas, ternyata taubatnya Fir’aun tidak diterima Allah. Mengapa demikian? Karena Fir’aun baru bertaubat saat ruhnya sudah sampai di tenggorokan (sakarotul maut).

Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه الترمذى)   
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi).

Saudaraku,
Karena taubatnya Fir’aun tidak diterima oleh Allah, maka dia mati dalam keadaan kafir dan kelak akan tetap menanggung beban kedzalimannya, karena telah Allah sediakan siksa yang pedih bagi siapa saja yang mati dalam keadaan kafir.

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْــئَـــٰنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـــٰـــئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٨﴾
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. An Nisaa’. 18).

Saudaraku,
Jelaslah sekarang bahwa jika seseorang terkena azab istidraj hingga pada fase akhir, maka yang bersangkutan sudah tidak mungkin lagi mendapatkan ampunan dari Allah sehingga yang bersangkutan hanya bisa terdiam berputus asa, sebagaimana penjelasan surat Al An’aam ayat 44 berikut ini:

فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُواْ بِمَا أُوتُواْ أَخَذْنَـــٰــهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ﴿٤٤﴾
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al An’aam. 44).

Oleh karena itu, bersegeralah datang kepada Allah (dan jangan ditunda-tunda lagi) untuk bertaubat kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya, sebelum datang azab kepada saudaraku sehingga saudaraku tidak dapat ditolong lagi, seperti yang telah menimpa Fir’aun (sebagaimana uraian di atas).

Disamping itu, saudaraku juga harus menindaklanjutinya dengan mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah (yaitu Al Qur’an) sebelum datang azab dari-Nya dengan tiba-tiba sehingga saudaraku tidak menyadari akan kedatangannya (karena kita semua tidak tahu kapan azab itu datang).

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. Az Zumar. 54).

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. Az Zumar. 55).

Saudaraku mengatakan: “Apakah mungkin saya terkena ini Pak Imron, karena kalut panik dan putus asa saya rasakan sekarang. Dulu rezeki saya lancar tapi masih ambil yang tidak halal selama bertahun-tahun tanpa rasa berdosa. Sehat tak pernah sakit, anak-anak pintar tapi dalam agama kami lemah. Ketakutan yang saya rasa sekarang lebih pada takut kehilangan duniawi”.

Saudaraku,
Jika akhir-akhir ini saudaraku merasa kalut, panik dan putus asa karena pada saat rezeki lancar masih ambil yang tidak halal selama bertahun-tahun tanpa rasa berdosa, sehat tak pernah sakit, anak-anak pintar tapi dalam agama kami lemah, merasa takut kehilangan duniawi, maka ketahuilah bahwa hal ini adalah salah satu sinyal bahwa saudaraku sudah terpengaruh oleh perangkap syaitan.

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,” (QS. Al Hijr. 39).

Oleh karena itu, saudaraku musti banyak-banyak ber-istighfar dan memohon petunjuk kepada-Nya.

... رَبَّنَا ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ ﴿١٠٩﴾
“... Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik”. (QS. Al Mu’minuun. 109).

... رَبَّنَا ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا ﴿١٠﴾
“... Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”. (QS. Al Kahfi. 10).

Do’a Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اللّٰهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَالْعَزِيمَةَ عَلَى الرُّشْدِ، وَأَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ وَحُسْنَ عِبَادَتِكَ وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا وَلِسَانًا صَادِقًا، وَأَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تَعْلَمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kekokohan dalam agama ini, dan agar bertekad untuk selalu terbimbing. Aku juga memohon untuk bersyukur atas nikmat-Mu, kebaikan dalam ibadah kepada-Mu. Aku memohon kepada-Mu kalbu yang selamat dan lisan yang jujur. Aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang Engkau ketahui, serta berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang Engkau ketahui, dan aku memohon ampunan atas dosa yang Engkau ketahui”. (HR. an-Nasa’i).

سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِى. (رواه البخارى ومسلم)
“Subhaanakallaahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy”, artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku. (HR. Bukhari dan Muslim) .

Pada saat yang sama, saudaraku juga musti banyak-banyak menyebut dan mengingat Allah agar saudaraku bisa semakin mencintai-Nya melebihi yang lain, agar saudaraku bisa lebih takut kehilangan rahmat Allah melebihi yang lain.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al Ahzaab. 41).

Jika saudaraku sudah berzikir dengan zikir yang sebanyak-banyaknya, in sya Allah saudaraku akan bisa mencintai-Nya melebihi yang lain, sehingga saudaraku menjadi lebih takut kehilangan rahmat Allah melebihi rasa takut kehilangan yang lain (termasuk rasa takut akan kehilangan hal-hal yang bersifat duniawi). Dan jika saudaraku sudah sampai pada tahapan ini, maka saudaraku akan bisa merasakan manisnya iman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّٰهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ. (رواه البخارى و مسلم)
“Tiga hal yang jika ketiganya ada pada diri seseorang niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman: hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, hendaklah dia mencintai seseorang serta tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Terakhir, agar cinta saudaraku kepada Allah bisa mengakar, maka saudaraku harus melakukannya (melakukan hal-hal di atas) secara berulang-ulang.

Dalam Al Qur’an dan Hadits-pun, banyak perintah yang berulang-ulang. Antara lain, agar cinta kita kepada-Nya (dan Rasul-Nya) benar-benar mengakar (kokoh, kuat menghunjam, tidak mudah goyah/tidak mudah tercerabut oleh segala tipu daya syaitan).

اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَـــٰــــبًا مُّتَشَـــٰبِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللهِ ذَٰلِكَ هُدَى اللهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴿٢٣﴾
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang*, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya”. (QS. Az Zumar: 23).
Tanggapan beliau: “Terimakasih saudaraku. Semoga saya bisa menjalaninya, tanpa keraguan akan Maha Pengampunnya Allah SWT. Amin, ya rabbal ‘alamin.

Demikian dialog ini,
Semoga bermanfaat.

NB.

*) Yang dimaksud dengan berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Qur’an supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap. Sebahagian Ahli Tafsir mengatakan bahwa (yang dimaksud dengan berulang-ulang di sini) ialah bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu diulang-ulang membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Fatihah.

{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}


Jumat, 03 Januari 2020

PASRAH KEPADA ALLAH (I)


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang sahabat (staf pengajar/dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Sumatera) telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut: “Saya minta saran, bagaimana saya pelaku maksiat (haram) bisa pasrahkan diri kepada Allah?”.

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sebesar apapun dosa yang telah kita perbuat, janganlah sekali-kali kita berputus asa terhadap rahmat Allah. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dan Ibn Majah serta penjelasan Al Qur’an dalam surat Az Zumar ayat 53 berikut ini:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:

لَمَّاقَضَ اللهُ الْخَلْقَ كَتَبَ كِتَابًا فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ: إِنَّ رَحْمَتِى سَبَقَتْ غَضَبِى. وَ فِى رِوَايَةٍ: إِنَّ رَحْمَتِى غَلَبَتْ غَضَبِى (رواه البخارى و مسلم وابن ماجه)
”Ketika Allah telah selesai menjadikan semua makhluk, maka menulis tulisan yang ada di atas ’arsy yang berbunyi: rahmat-Ku mendahului murka-Ku (rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku)” (HR. Bukhari, Muslim, Ibn Majah).

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).

Saudaraku,
Dari penjelasan Hadits serta ayat Al Qur’an di atas, nampaklah bahwa sebesar apapun kesalahan/dosa yang telah kita lakukan, sesungguhnya rahmat dan ampunan Allah adalah jauh lebih besar daripada yang kita pikirkan. Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini:

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ؛ أَنَّ ابْنَ جُرَيْجٍ أَخْبَرَهُمْ: قَالَ يَعْلَى: إِنَّ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ أَخْبَرَهُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ (رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا) ؛ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَهْلِ الشِّرْكِ كَانُوا قَدْ قَتَلُوا فَأَكْثَرُوا، وَزَنَوْا فَأَكْثَرُوا. فَأَتَوْا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا: إِنَّ الَّذِي تَقُولُ وَتَدْعُو إِلَيْهِ لَحَسَنٌ لَوْ تُخْبِرُنَا أَنَّ لِمَا عَمِلْنَا كَفَّارَةٌ. فَنَزَلَ: {وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَـــٰـهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ} ﴿سُورَةُ الْفُرْقَانِ: ٦٨ ، وَنَزَلَ (قَوْلُهُ): {قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ} ﴿سُورَةُ الزُّمَرِ: ٥٣﴾
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, bahwa Ibnu Juraij pernah menceritakan kepada mereka bahwa Ya'la pernah mengatakan, "Sesungguhnya Sa'id ibnu Jubair pernah bercerita kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., bahwa pernah ada segolongan orang dari kalangan kaum musyrik yang banyak membunuh dan banyak berbuat zina, lalu mereka mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Sesungguhnya yang engkau katakan (maksudnya Al-Qur'an) dan yang engkau serukan itu benar-benar baik, sekiranya engkau menceritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami perbuat ada kifaratnya (penghapus dosanya)." Maka turunlah firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqaan: 68) Lalu turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah”. (Az-Zumar: 53)

Oleh karena itu, bersegeralah datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya (dan jangan ditunda-tunda lagi), karena Allah adalah Tuhan yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

أَلَمْ يَعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿١٠٤﴾
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS. At Taubah. 104).

وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُورًا رَّحِيمًا ﴿١١٠﴾
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An Nisaa’. 110).

Sekali lagi,
Bersegeralah datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya, sebelum datang azab kepada saudaraku kemudian saudaraku tidak dapat ditolong lagi (na’udzubillahi mindzalika). Disamping itu, saudaraku juga harus menindaklanjutinya dengan mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah (yaitu Al Qur’an) sebelum datang azab dari-Nya dengan tiba-tiba.

وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. Az Zumar. 54).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan kembalilah kalian) bertobatlah kalian (kepada Rabb kalian, dan berserah dirilah) ikhlaskanlah di dalam beramal (kepada-Nya sebelum datang kepada kalian azab kemudian kalian tidak dapat ditolong lagi) yakni azab itu tidak dapat dicegah jika kalian tidak bertobat kepada-Nya”.

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. Az Zumar. 55).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan ikutilah sebaik-baik apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian) yaitu Al Qur’an (sebelum datang azab kepada kalian dengan tiba-tiba, sedang kalian tidak menyadari) akan kedatangannya”.

Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
                            
Semoga bermanfaat.

{ Bersambung; tulisan ke-1 dari 2 tulisan }

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞