بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Jumat, 05 Januari 2018

APAKAH SEMUA DOSA ITU AKAN DIAMPUNI OLEH ALLAH? (III)


Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Berikut ini lanjutan dari artikel: “Apakah Semua Dosa Itu Akan Diampuni Oleh Allah? (II)”:
 
2. Apakah istilah kafir itu hanya milik Islam?
 
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam artikel “Apakah Nabi-Nabi Yang Terdahulu Itu Kafir Karena Agama Islam Belum Ada? (III), bahwa secara bahasa, kafir adalah orang yang menyembunyikan atau mengingkari kebenaran. Kafir berasal dari kata kufur yang berarti ingkar, menolak atau menutup. Dari definisi ini, tentu saja kata kafir bisa dipakai oleh siapa saja (bukan hanya milik Islam).
 
Secara bahasa, bagi siapa saja yang ingkar, menolak atau menutup diri terhadap sesuatu, tentu saja dapat dikatakan kafir. Bahkan pada jaman dahulu, istilah tersebut digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di ladang, menutup/mengubur dengan tanah. Sehingga kalimat kafir bisa dimplikasikan menjadi "seseorang yang bersembunyi atau menutup diri".
 
Sedangkan secara syar’i (menurut syariat Islam), orang kafir adalah orang yang mengingkari Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan mengingkari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan-Nya. Untuk makna secara syar’i ini, tentu saja hanya milik Islam.
 
Kafir itu sendiri (makna secara syar’i) sama sekali tidak terkait dengan perilaku seseorang. Ada orang kafir yang perilakunya (terhadap sesama manusia) bagus, ada pula yang buruk. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Mumtahanah ayat 8 berikut ini:
 
لَا يَنْهَــٰـكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَــٰـتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَــٰــرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾
”Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al Mumtahanah. 8).
 
Berdasarkan surat Al Mumtahanah ayat 8 tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ada orang kafir yang perilakunya terhadap sesama manusia bagus, ada pula yang perilakunya buruk.
 
3. Siapakah yang dimaksud dengan Roh Kudus itu?
 
Dalam Agama Islam, juga dikenal Roh Kudus atau Bahasa Arabnya “Ruhul Qudus” (رُوحُ الْقُدُس). Jika dalam Agama Nasrani Roh Kudus merupakan salah satu dari tiga pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal (tiga Pribadi dalam satu kesatuan esensi Tuhan), maka dalam Agama Islam, Roh Kudus merujuk kepada malaikat Jibril (yang dimaksud dengan Roh Kudus dalam Agama Islam adalah malaikat Jibril), yaitu malaikat yang tugasnya membawa wahyu Allah untuk disampaikan kepada para nabi.
 
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَـــٰبَ وَقَفَّيْنَا مِن بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَءَاتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَـــٰتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ... ﴿٨٧﴾
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mu`jizat) kepada `Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. ...” (QS. Al Baqarah. 87)
 
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهُدًى وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ ﴿١٠٢﴾
Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An Nahl. 102)
 
Sebagai penutup,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah telah mudahkan Al Qur'an itu untuk pelajaran.
 
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ ... ﴿٢٢﴾
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, ...” (QS. Al Qamar. 22)
 
Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata keterbatasan ilmuku.
 
Semoga bermanfaat.
 
{Tulisan ke-3 dari 3 tulisan}

Rabu, 03 Januari 2018

APAKAH SEMUA DOSA ITU AKAN DIAMPUNI OLEH ALLAH? (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.
 
Berikut ini lanjutan dari artikel: “Apakah Semua Dosa Itu Akan Diampuni Oleh Allah? (I)”:
 
   Diampuninya dosa seorang hamba yang beriman setelah di alam akhirat nantinya
 
Bagi seorang hamba yang belum sempat bertaubat kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya ketika masih hidup di dunia (seorang hamba yang pada saat meninggal belum sempat bertaubat kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya) namun meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah (yaitu meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun), maka dosa-dosanya tersebut pada akhirnya akan diampuni semuanya oleh Allah setelah sebelumnya dihukum di neraka terlebih dahulu sesuai dengan kadar kesalahan yang telah diperbuat selama masa hidupnya.
 
Perhatikan penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 48 serta surat Al An’aam ayat 160 berikut ini:
 
إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).
 
مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ ﴿١٦٠﴾
Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al An’aam. 160)
 
Perhatikan pula penjelasan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berkut ini:
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: اَلْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ. (رواه مسلم)
Rasulullah SAW. bersabda: ‘Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Setahu kami orang yang bangkrut itu adalah orang yang tak punya harta benda.’ Maka Rasulullah SAW. menjelaskan, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, namun dia juga membawa catatan dosa; mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, membunuh si ini, dan memukul si ini. Akhirnya, pahala kebaikan yang dimilikinya diberikan kepada masing-masing orang yang dijahatinya itu (sebagai balasannya). Manakala pahala kebaikannya itu tidak mencukupi untuk menebus dosa kejahatan yang dilakukannya, diambillah dosa-dosa orang yang dijahatinya itu dan ditimpakan kepadanya, lalu dia dilempar ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
 
Nah, karena pada akhirnya Allah akan mengampuni segala dosa bagi setiap orang yang wafat dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka itu artinya bagi siapa saja yang wafat dalam keadaan beriman kepada-Nya (wafat dalam keadaan beragama Islam), pasti masuk surga.
 
 
Perhatikan penjelasan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Bukhari dan Imam Muslim berkut ini:
 
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْجَابِرٍ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا الْمُوجِبَتَانِ قَالَ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللهِ دَخَلَ النَّارَ
Telah bercerita kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al 'A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir berkata; ada seseorang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata; Wahai Rasulullah, apa dua hal yang pasti itu? Beliau bersabda: “Barangsiapa yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah Azza Wa Jalla dengan sesuatupun pasti masuk surga, sebaliknya siapa yang meninggal dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu pasti masuk neraka”. (HR. Ahmad).
 
Ubadah bin Shamit radhiyallahu 'anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
 
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ. (رواه البخارى ومسلم)
"Barangsiapa bersyahadat (bersaksi) bahwa tiada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan (bersyahadat) bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya; dan (bersyahadat) pula bahwa surga benar adanya dan neraka benar adanya; pasti Allah memasukkannya ke dalam surga betapapun amal yang telah diperbuatnya." (HR. Bukhari, Muslim).
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
 
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ. (رواه مسلم)
"Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak diibadahi) selain Allah dan aku adalah utusan Allah, tiada-lah seorang hamba bertemu Allah (meninggal dunia) dengan membawa keduanya tanpa ada keraguan sedikitpun pasti ia akan masuk surga." (HR. Muslim).
 
Ya, pada akhirnya Allah akan mengampuni segala dosa bagi setiap orang yang wafat dalam keadaan beriman kepada-Nya. Sedangkan bagi siapa saja yang wafat dalam keadaan mempersekutukan-Nya, maka tiada ampunan baginya. (Na’udzubillahi mindzalika).
 
اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ ءَامَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَـــٰتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّـــــٰــغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَــٰتِ أُوْلَـــٰـــئِكَ أَصْحَـــٰبُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَــٰـلِدُونَ ﴿٢٥٧﴾
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al Baqarah. 257)
 

{ Bersambung; tulisan ke-2 dari 3 tulisan }

Senin, 01 Januari 2018

APAKAH SEMUA DOSA ITU AKAN DIAMPUNI OLEH ALLAH? (I)


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang teman sekolah di SMAN 1 Blitar (non-muslim), telah menyampaikan tiga pertanyaan: 1. Apakah semua dosa itu akan diampuni oleh Allah? 2. Apakah istilah kafir itu hanya milik Islam? 3. Siapakah yang dimaksud dengan Roh Kudus itu?

Tanggapan

Terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut. Semoga aku bisa menjaga kepercayaan ini. Amin, ya rabbal ‘alamin.

1. Apakah semua dosa itu akan diampuni oleh Allah?

Perhatikan penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 48 berikut ini:

إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).
Berdasarkan surat An Nisaa’ ayat 48 tersebut, diperoleh penjelasan bahwa Allah akan mengampuni semua dosa, kecuali dosa syirik. Sedangkan yang dimaksud dengan syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah.

Syirik dalam Rububiyyah yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya dalam surat Saba’ ayat 22 berikut ini:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللهِ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ ﴿٢٢﴾
Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah/tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah*-pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham-pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya". (QS. Saba’. 22) *Dzarrah adalah istilah untuk suatu partikel yang sangat kecil.

Sedangkan syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah atau berdo’a kepada selain Allah. Menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, berdo’a meminta suatu hajat atau meminta rejeki atau meminta kesembuhan penyakit kepada orang yang sudah meninggal maupun kuburan keramat atau kepada pohon dan lainnya (selain Allah) atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih hewan kurban, bernadzar, dan sebagainya kepada selain Allah.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـــٰــهُكُمْ إِلَـــٰــهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَـــٰـلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١٠﴾
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi. 110).

Berdasarkan Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 48 pula, diperoleh penjelasan bahwa syarat agar Allah mengampuni semua dosa dari seorang hamba adalah bahwa yang bersangkutan harus meninggalkan syirik (menyekutukan Allah) sebelum ajal tiba, yaitu dengan menjadi orang yang beriman kepada-Nya.

Sedangkan cara Allah dalam mengampuni dosa-dosa dari seorang hamba yang beriman kepada-Nya ada dua macam. Yang pertama diampuni ketika masih hidup di dunia ini dan yang kedua diampuni setelah di alam akhirat nantinya.

   Diampuninya dosa seorang hamba yang beriman ketika masih hidup di dunia

Agar dosa seorang hamba yang beriman dapat diampuni Allah ketika masih hidup di dunia (diampuni Allah ketika masih hidup di dunia artinya dia akan terbebas dari hukuman di neraka dan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan abadi) adalah bahwa yang bersangkutan harus bertaubat kepada Allah atas dosa-dosa yang telah dilakukannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّــــٰتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَــٰــرُ ... ﴿٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha (taubat yang semurni-murninya), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, ...” (QS. At Tahriim. 8)

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَــٰــلِحًا فَأُوْلَـــٰـــئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا ﴿٦٠﴾ جَنَّـــــٰتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَـــٰنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا ﴿٦١﴾
(60) kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun. (61) yaitu surga `Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati. (QS. Maryam 60 – 61)

Sedangkan tentang bagaimana caranya bertaubat kepada Allah atas segala dosa yang telah kita perbuat, kita bisa menjadikan do’a Nabi Adam AS bersama isteri beliau (setelah keduanya termakan oleh bujuk rayu syaitan dengan memakan buah terlarang sehingga menyebabkan keduanya dikeluarkan Allah dari keadaan semula, yakni dari nikmat surga) yang telah diabadikan oleh Allah dalam Al Qur'an surat Al A'raaf ayat 23 berikut ini, sebagai rujukan.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَــــٰسِرِينَ ﴿٢٣﴾
"Robbanaa dzolamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khoosiriin"

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).

Dari penjelasan Al Qur'an surat Al A'raaf ayat 23 tersebut, ada 3 hal yang harus kita lakukan agar taubat kita diterima oleh Allah SWT manakala kita berbuat dosa yang terkait dengan Allah SWT (seperti meninggalkan shalat lima waktu, membuka aurat dimuka umum, berburuk sangka kepada Allah, dll) yaitu:
Pertama:
Mengakui + menyesali dosa yang telah diperbuat. Hal ini tercermin dalam potongan ayat berikut ini:

... رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا ... ﴿٢٣﴾
“... Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, ...". (QS. Al A’raaf. 23).

Kedua:
Benar-benar berniat ikhlas untuk bertaubat karena mencari ampunan Allah SWT. Hal ini tercermin dalam potongan ayat berikut ini:

... وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٢٣﴾
“..., dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).

Ketiga:
Untuk point yang ketiga, hal ini tidak secara explisit tertulis pada ayat tersebut (surat Al A'raaf ayat 23) yaitu berjanji + bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi (pada kenyataannya Nabi Adam AS bersama isterinya memang benar-benar tidak pernah mengulangi perbuatan dosanya lagi).

Jika ketiga hal ini kita lakukan dengan sungguh-sungguh, in sya Allah, Allah-pun akan menerima taubat kita sebagaimana Dia telah menerima taubat Nabi Adam AS bersama isterinya, sebagaimana penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 37 berikut ini:

فَتَلَقَّىٰ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَــٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿٣٧﴾
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Baqarah. 37).

Keempat:
Jika perbuatan dosa yang kita lakukan ternyata terkait dengan hak-hak orang lain (seperti mencuri harta orang lain, melakukan penipuan pada orang lain, dll), maka disamping harus kita lakukan ketiga hal di atas, ada tambahan satu syarat lagi yang harus kita lakukan agar taubat kita diterima oleh Allah SWT, yaitu hendaklah kita mengembalikan hak-hak tersebut kepada yang memilikinya atau minta dihalalkan. Hal ini berdasarkan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta Abu Dawud berikut ini:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ عِنْدَهُ لِأَخِيْهِ مَظْلَمَةٌ فَلْيَتَحَلَّلْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُوْنَ دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا. إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْ حَسَنَاتِهِ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٍ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. (رواه البخارى)
“Siapa yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta kehalalan saudaranya tersebut pada hari ini, sebelum datang suatu hari saat tidak berlaku lagi dinar dan tidak pula dirham. Jika ia memiliki amal saleh, akan diambil dari kebaikannya sesuai dengan kadar kezaliman yang diperbuatnya lalu diserahkan kepada orang yang dizaliminya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, akan diambil kejelekan saudaranya yang dizaliminya lalu dibebankan kepadanya.” (HR. al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِطِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ. (رواه ابو داود)
“Tidak halal harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan dari dirinya.” (HR. Abu Dawud).

Sebesar apapun dosa seorang hamba (termasuk dosa syirik/menyekutukan Allah), asal dia mau bertaubat sebelum ajal tiba, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ampunan Allah adalah jauh lebih besar daripada yang kita pikirkan.

Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه الترمذى)   
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi).

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَــٰــلِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ ﴿٨٢﴾
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar”. (QS. Thaahaa. 82).

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).

Hadits Anas r.a. yang diriwayatkan At-Tirmidzi:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. (رواه الترمذى)  
Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai Bani Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa kepada-Ku, mengharapkan-Ku, niscaya Aku beri ampun kepadamu atas apa yang ada padamu, dan Aku tidak peduli. Wahai Bani Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit kemudian kamu minta ampun kepada-Ku niscaya Aku beri ampunan kepadamu, dan Aku tidak peduli. Wahai Bani Adam, sungguh, seandainya engkau datang kepada-Ku membawa dosa sepenuh bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan apapun, pasti Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh itu juga.” (HR. At-Tirmidzi)

{ Bersambung; tulisan ke-1 dari 3 tulisan }

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞