بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Minggu, 06 Oktober 2013

PERJALANAN HIDUP MANUSIA DI DUNIA YANG FANA INI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Perhatikanlah penjelasan Al Qur’an dalam dua ayat berikut ini:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخاً وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى مِن قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلاً مُّسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿٦٧﴾
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes, air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami-(nya)”. (QS. Al Mu’min. 67).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاء إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئاً وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاء اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ ﴿٥﴾
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”. (QS. Al Hajj. 5).

Saudaraku…,
Kedua ayat di atas, telah mengingatkan kita semua akan perjalanan hidup seorang anak manusia di dunia yang fana ini.

Secara umum, seorang anak manusia terlahir di muka bumi ini sebagai bayi yang tidak punya apa-apa. Kemudian berangsur-angsur tumbuh menuju kedewasaan, menikah, kemudian menjadi tua dan akhirnya harus meninggalkan bumi ini untuk selama-lamanya. Sedangkan sebagian diantaranya ada juga yang diwafatkan sebelum itu.

Yah... Di bumi ini kita dilahirkan. Di bumi ini kita menjalani kehidupan seperti saat ini, untuk kemudian di bumi ini pula kita akan mati dan meninggalkannya untuk selama-lamanya hingga pada saatnya nanti, dari bumi ini pula kita akan dibangkitkan. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Al A’raaf ayat 25, yang artinya adalah sebagai berikut:

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ ﴿٢٥﴾
“Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan”. (QS. Al A’raaf. 25).

Maka sungguh beruntung bagi siapa saja yang telah melalui perjalanannya selama hidup di bumi ini dengan berbagai kebaikan serta menebar manfaat bagi sesame. Bukankah orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada yang lain? Demikian penjelasan Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلا خَيْرَ فِيمَنْ لا يَأْلَفُ وَلا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Jabir r.a berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Orang beriman ialah insan yang mampu bergaul dengan manusia, dan manusia lain mampu bergaul dengannya. Tiada kebaikan bagi siapa yang tidak mampu bercampur dengan manusia, dan manusia tidak mau mencampurinya. Dan sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. (HR. at-Thabrani)

Sedangkan dalam Al Qur’an surat An Nahl ayat 90, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An Nahl. 90).

-----

... رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ ﴿١٠٩﴾
"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. (QS. Al Mu’minuun. 109).

... رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿٨﴾
"Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At Tahrim. 8).

Amin...,
Ya rabbal ‘alamin...!!!

Semoga bermanfaat.


Kamis, 03 Oktober 2013

MENGHADAPI SIKAP SUAMI YANG TIDAK BERSAHABAT (II)



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat telah bertanya: “Pak Imron, mohon nasehatnya. Saya seorang istri (yang) mempunyai 5 orang anak. Apa yang lebih baik saya lakukan apabila suami saya selalu berkali-kali bermain wanita lain? Dan dia sudah mengatakan bahwa mencari nafkah dipindahkan menjadi tanggungjawab saya. Saya menyadari kalau saya juga belum sempurna menjadi istri yang baik. Masih banyak kekurangan. Tetapi karena saya selalu memaafkan kelakuan suami saya, akhirnya membuat dia ‘tuman’ melakukan perbuatan maksiat dia. Saya selalu mendo’akan suami saya hingga detik ini agar menyadari segala perbuatannya. Apa yang harus saya lakukan, apa saya harus terus bersabar menghadapi perbuatannya? Terus memaafkannya, terus berdo’a untuk kebaikan dia? Atau lebih baik saya tinggalkan suami saya? Apa hukumnya utk suami dan saya sebagai istri? Terimakasih Pak Imron. Mudah-mudahan masukan dari Bapak bisa membantu. Selain saya juga selalu berikhtiar kepada Allah SWT”.

-----

Saudaraku yang dicintai Allah…,
Membaca pesan yang saudaraku sampaikan, seolah tak percaya akan kesabaran dan ketabahan saudaraku dalam menghadapi cobaan yang teramat berat ini. Semoga kesabaran dan ketabahan saudaraku tersebut, dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan saudaraku kepada-Nya. Amin, ya rabbal ‘alamin!

Saudaraku menanyakan: “Apa yang lebih baik saya lakukan apabila suami saya selalu berkali-kali bermain wanita lain?”.

Saudaraku...,
Sebagai istri yang baik, tentunya akan lebih baik jika saudaraku berupaya terlebih dahulu (berusaha semaksimal mungkin) untuk mengajaknya kembali ke jalan yang benar. Karena Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat At Tahriim ayat 6, yang artinya adalah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahriim. 6).

Meskipun demikian, dalam berdakwah saudaraku tidak harus mentargetkan sedemikian rupa sehingga saudaraku sukses membawanya untuk tertarik / kembali ke dalam jalan-Nya yang lurus. Karena kewajiban kita hanyalah menyampaikan ayat-ayat-Nya. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Ali ‘Imran ayat 20, yang artinya adalah sebagai berikut:

فَإنْ حَآجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ وَالأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ فَإِنْ أَسْلَمُواْ فَقَدِ اهْتَدَواْ وَّإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاَغُ وَاللهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ ﴿٢٠﴾
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 20).

Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Allah dalam surat Al An’aam ayat 162, yang artinya adalah:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. Al An’aam. 162).

Jadi, sebaiknya apapun yang saudaraku lakukan, termasuk dalam berdakwah, harus diniatkan hanya karena Allah semata, bukan karena yang lain. Jika saudaraku sudah berusaha secara maksimal, maka apapun hasilnya, semuanya itu sudah menjadi urusan Allah. Karena hak Allah-lah untuk memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Jika seseorang diberi petunjuk oleh-Nya, niscaya dia akan memilih jalan yang lurus. Demikianlah penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 142:

... قُل لِّلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿١٤٢﴾
“... Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”. (Wallahu ta'ala a'lam). (QS. Al Baqarah. 142).

-

Saudaraku mengatakan: “Dan dia sudah mengatakan bahwa mencari nafkah dipindahkan menjadi tanggungjawab saya”.

Saudaraku...,
Pernyataan suami tersebut sama sekali tidak dikenal dalam Agama Islam. Mencari nafkah itu adalah kewajiban mutlak bagi seorang suami dan tidak bisa dialihkan kepada yang lain selama suami masih mampu mencari nafkah. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat An Nisaa’ ayat 34, yang artinya adalah sebagai berikut:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ ...
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka ...”. (QS. An Nisaa’. 34).

Sekali lagi, bahwa mencari nafkah itu adalah kewajiban mutlak bagi seorang suami dan tidak bisa dialihkan kepada pihak lain selama suami masih mampu mencari nafkah. Terkecuali jika suami sudah tidak mampu lagi untuk mencari nafkah, seperti ketika suami terkena stroke sehingga dia hanya bisa berbaring di tempat tidur saja.

لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ وَمَن قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللهُ لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْساً إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا ﴿٧﴾
”Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan”. (QS. Ath Thalaaq. 7).

Saudaraku...,
Kita tidak boleh membantah ketetapan Allah tersebut. Kita tidak boleh mengambil sebagian saja hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, yaitu hukum-hukum yang kita senangi saja, sementara hukum-hukum yang lain yang tidak kita senangi kita buang begitu saja. Karena Allah telah berfirman dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 208, yang artinya adalah sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٠٨﴾
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah. 208).

Jika hal ini yang kita lakukan (yaitu mengambil sebagian hukum-hukum Allah dan membuang sebagian yang lainnya), maka tanpa kita sadari kita telah memperturutkan langkah-langkah syaitan. Padahal, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kita. Na’udzubillahi mindzalika!

-

Saudaraku mengatakan: “Saya menyadari kalau saya juga belum sempurna menjadi istri yang baik. Masih banyak kekurangan”.

Santai saja, wahai saudaraku. Kewajiban kita hanyalah berupaya semaksimal mungkin untuk menjalankan semua perintah-Nya, semampu yang kita bisa. Karena Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Baqarah ayat 286 berikut ini:

لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ...
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...”. (QS. Al Baqarah ayat 286).

Jika saudaraku sudah berupaya semaksimal mungkin dalam menjalankan peran saudaraku sebagai seorang istri, maka cukuplah hal itu. Setelah saudaraku berupaya sebaik mungkin dalam menjalankan peran sebagai seorang istri, selanjutnya bacalah istighfar kepada-Nya. Mohonlah ampun kepada-Nya, barangkali masih ada kekurangan / kekhilafan / sesuatu yang luput dalam menjalankan kewajiban saudaraku sebagai seorang istri. Semoga Allah meridhoi niatan baik saudaraku.

-

Saudaraku mengatakan: ”Tetapi karena saya selalu memaafkan kelakuan suami saya, akhirnya membuat dia ‘tuman’ melakukan perbuatan maksiat dia. Saya selalu mendo’akan suami saya hingga detik ini agar menyadari segala perbuatannya. Apa yang harus saya lakukan, apa saya harus terus bersabar menghadapi perbuatannya? Terus memaafkannya, terus berdo’a untuk kebaikan dia? Atau lebih baik saya tinggalkan suami saya? Apa hukumnya utk suami dan saya sebagai istri?”.

Saudaraku yang dicintai Allah…,
Adalah hak saudaraku sebagai seorang istri untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari suami, mendapatkan nafkah baik lahir maupun batin dari suami serta mendapatkan bimbingan dari suami dalam menggapai ridho-Nya / agar selamat dari siksa api neraka. Sebaliknya, adalah kewajiban suami untuk memberikan perlakuan yang baik kepada saudaraku sebagai istrinya, memberikan nafkah baik lahir maupun batin serta memberikan bimbingan kepada saudaraku sebagai istrinya dalam menggapai ridho-Nya / agar selamat dari siksa api neraka.

Jika melihat kembali pada apa yang telah saudaraku sampaikan, nampaknya suami dapat dikatakan tidak memenuhi segala hak saudaraku sebagai seorang istri. Dalam hal ini, keputusan sepenuhnya ada pada pihak saudaraku. Karena penggunaan hak itu diserahkan sepenuhnya kepada pihak yang mempunyai hak. Seseorang yang mempunyai hak atas sesuatu, maka dia boleh mengambil haknya tersebut, boleh juga tidak.

Jika saudaraku ridho dengan perlakuan suami yang tidak memenuhi hak-hak saudaraku sebagai seorang istri, sementara saudaraku juga sudah berupaya untuk tetap sabar dan juga sudah berupaya untuk mengingatkan sang suami agar segera kembali ke dalam jalan-Nya yang lurus, maka sebagai saudara seiman seagama, aku hanya bisa mendo’akan semoga kelapangan dada saudaraku dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan saudaraku kepada-Nya.

Namun jika ternyata sang suami tetap seperti sekarang (bahkan kondisinya semakin memburuk) sehingga saudaraku sudah tidak mampu lagi untuk memaafkan kesalahannya, maka sudah saatnya bagi saudaraku untuk memikirkan kembali akan keberlangsungan pernikahan ini.

Saudaraku yang dicintai Allah…,
Perhatikanlah kisah perjalanan dakwah Rasulullah. Disaat-saat awal kenabiannya, Rasulullah melaksanakan dakwahnya dengan sembunyi-sembunyi (secara rahasia) karena saat itu jumlah umat Islam masih sedikit. Hingga ketika jumlah umat Islam semakin bertambah banyak, Rasulullah melaksanakan dakwahnya secara terang-terangan.

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ ﴿٩٤﴾
”Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (QS. Al Hijr. 94).

Selanjutnya dalam perkembangan dakwahnya, ternyata Rasulullah SAW. beserta kaum muslimin menemui banyak rintangan. Pada awalnya, mereka berusaha menghentikan dakwah Rasulullah dengan cara ”halus”. Mereka mencoba menawarkan tiga hal (harta, tahta dan wanita) kepada Rasulullah agar berhenti mendakwahkan Islam.

Setelah cara “halus” tak berhasil, mereka mulai menebar teror dengan siksaan terhadap Rasulullah dan kaum muslimin. Dan ketika siksaan dari kaum Quraisy telah sampai pada titik puncak yang tak bisa ditanggung lagi oleh kaum muslimin, akhirnya Rasulullah (beserta kaum muslimin) hijrah ke Madinah.

Saudaraku yang dicintai Allah…,
Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah perjalanan dakwah Rasulullah tersebut. Ketika rintangan yang dihadapi masih dalam batas-batas tertentu, Rasulullah tetap berupaya semaksimal mungkin untuk menyampaikan dakwahnya di kalangan penduduk Makkah. Namun ketika rintangan / siksaan dari kaum Quraisy telah sampai pada titik puncak yang tak bisa ditanggung lagi oleh kaum muslimin, akhirnya Rasulullah (beserta kaum muslimin) hijrah ke Madinah.

Demikian pula dengan apa yang saudaraku alami. Ketika rintangan yang saudaraku hadapi masih dalam batas-batas tertentu, maka tetaplah berupaya semaksimal mungkin untuk mengingatkan sang suami agar segera kembali ke dalam jalan-Nya yang lurus. Namun ketika rintangan yang saudaraku hadapi telah sampai pada titik puncak yang tak bisa ditanggung lagi, mungkin sudah saatnya bagi saudaraku untuk berhijrah / untuk memikirkan kembali akan keberlangsungan pernikahan ini.

Jika langkah terakhir yang saudaraku pertimbangkan, maka selama saudaraku tetap bertaqwa kepada-Nya, maka saudaraku tidak perlu merasa bimbang akan kelanjutan masa-masa setelahnya / setelah saudaraku meninggalkannya. Apalagi pada saat inipun, saudaraku telah terbiasa hidup mandiri, mencari nafkah sendiri, membimbing anak-anak sendiri tanpa bantuan sang suami. Karena sesungguhnya Allah akan memberi jalan keluar bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (Do'aku menyertai perjuanganmu, wahai saudaraku!).

... وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجاً ﴿٢﴾
”... Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”. (QS. Ath Thalaaq. 2).

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً ﴿٣﴾
”Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 3).

Saudaraku...,
Satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati kita, bahwa sebagai seorang muslim / muslimah yang baik, maka seharusnya cinta kita 100% hanya untuk Allah semata.

Kalaupun kita harus mencintai istri (suami) kita, termasuk cinta kita kepada orang tua, anak, saudara, dll., maka semuanya itu hanyalah dalam rangka memenuhi perintah Allah semata (sebagai perwujudan cinta kita kepada-Nya). Dan jika suatu ketika Allah memerintahkan kita untuk menceraikan istri (suami) kita, maka (karena cinta kita kepada Allah) kita juga harus menceraikannya. Misal: ketika tiba-tiba sang istri (suami) murtad, maka terlebih dahulu kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengajaknya kembali. Namun jika ternyata sang istri (suami) tetap tidak mau, maka kita harus tinggalkan dia. Sekalipun kecantikannya masih membuat kita terpesona, juga kelembutan sikapnya, dll.

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞