بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Rabu, 05 Agustus 2015

BENARKAH RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM TIDAK BISA MENYELAMATKAN UMMATNYA KARENA BELIAU SENDIRI BELUM SELAMAT SEHINGGA MINTA DIDO’AKAN KESELAMATAN?



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Saat kuliah di ITS dahulu, aku menjumpai sebuah pertanyaan dari non-muslim kurang lebih sebagai berikut: “Bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bisa menyelamatkan ummatnya, sementara Beliau sendiri belum selamat sehingga minta dido’akan keselamatan?”.

MARI KITA KAJI PERTANYAAN TERSEBUT

Ada dua hal yang dipertanyakan dalam pertanyaan tersebut:
1.  Rasulullah tidak bisa menyelamatkan ummatnya?
2.  Rasulullah belum selamat sehingga minta dido’akan keselamatan?

~

1.  Rasulullah tidak bisa menyelamatkan ummatnya?

Saudaraku,
Secara umum pertanyaan pada bagian pertama di atas bisa diterima karena memang benar adanya, bahwa Rasulullah memang tidak bisa menyelamatkan ummatnya. Karena yang bisa menyelamatkan seseorang itu hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perhatikan firman-Nya dalam surat Al Qashash ayat 56 berikut ini:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَــٰـكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿٥٦﴾
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS.  Al Qashash. 56)

Ayat ini menunjukkan bahwa sesungguhnya hanya Allah SWT. saja yang bisa memberi hidayah (petunjuk) ke jalan yang lurus (untuk masuk Islam) kepada seseorang sehingga oleh karenanya dia bisa selamat dari ancaman api neraka.

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya hanya Allah-lah yang bisa menolak mudharat dan memberi manfaat. Dialah yang memiliki kerajaan, pemberian, pencegahan. Dialah yang memiliki segala perintah, Dialah pemilik segala ciptaan. Keputusannya pasti terlaksana, ketentuannya pasti terjadi. Tidak ada yang bisa menahan apa yang Dia berikan, tidak ada yang bisa memberikan apa yang Dia tahan, dan tidak ada yang bisa menolak apa yang Dia putuskan. Dialah satu-satunya yang bisa melenyapkan setiap bencana dan menghilangkan setiap kesulitan. Para malaikat, para nabi, orang-orang shalih, para wali serta semua makhluk lainnya tidak ada yang bisa menolak mudharat dan mendatangkan manfaat.

مَا يَفْتَحِ اللهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِن بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢﴾
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Faathir. 2)

قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ قُلِ اللهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَــٰتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُواْ لِلّٰهِ شُرَكَاءَ خَلَقُواْ كَخَلْقِهِ فَتَشَـــٰــبَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللهُ خَــٰـلِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ ﴿١٦﴾
“Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah." Katakanlah: "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?". Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". (QS.Ar Ra’d. 168).

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ﴿٣٨﴾
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (QS. Az-Zumar. 38).

قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿١٨٨﴾
“Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al-A’raaf. 188).

Saudaraku,
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Rasulullah memang tidak bisa menyelamatkan ummatnya karena yang bisa menyelamatkan seseorang itu hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan kepada orang yang Beliau cintai-pun Beliau tidak sanggup untuk menyelamatkannya, apalagi kita? Perhatikan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:

و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدُ لَهُ تِلْكَ الْمَقَالَةَ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا وَاللهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ { مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ } وَأَنْزَلَ اللهُ تَعَالَى فِي أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ }. ... (رواه مسلم)
Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya at-Tujibi telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Wahb dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Said bin al-Musayyab dari bapaknya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menziarahi Abu Thalib di saat-saat dirinya tengah menghadapi sakaratul maut. Beliau mendapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umaiyyah bin al-Mughirah turut berada di sana.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Paman! Ucaplah Dua Kalimah Syahadat, aku akan menjadi saksi kamu di hadapan Allah”. Lalu Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah mencelah: “Wahai Abu Thalib, sanggupkah kamu meninggalkan agama Abdul Muththalib?” Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak berputus asa, malah tetap mengajarnya mengucap Dua Kalimah Syahadat serta berkali-kali mengulanginya. Sehingga Abu Thalib menjawab sebagai ucapan terakhir kepada mereka, bahwa dia tetap bersama dengan agama Abdul Muththalib, dan enggan mengucapkan Kalimah Syahadat.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: “Demi Allah, aku akan mohonkan ampunan dari Allah untukmu”, sehingga Allah menurunkan ayat:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَـــٰبُ الْجَحِيمِ ﴿١١٣﴾
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam”. (QS. At Taubah. 113).

Lalu Allah menurunkan firman-Nya berkenaan dengan peristiwa Abu Thalib:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَــٰـكِنَّ اللهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿٥٦﴾
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS.  Al Qashash. 56). ... (HR. Muslim).

Saudaraku,
Karena hanya Allah-lah yang bisa memberi hidayah kepada seseorang sehingga oleh karenanya dia bisa selamat dari ancaman api neraka dan karena hanya Allah-lah yang bisa menolak mudharat dan memberi manfaat, sedangkan para malaikat, para nabi, orang-orang shalih, para wali serta semua makhluk lainnya tidak ada yang bisa menolak mudharat dan mendatangkan manfaat, maka hendaklah kita orang-orang yang beriman hanya menyembah Allah semata (tidak boleh beserta yang lainnya) dan hanya kepada-Nyalah kita memohon hidayah/memanjatkan do’a. Cukuplah Allah bagi kita dan hanya kepada-Nyalah kita bertawakkal (berserah diri).

إِنَّنِي أَنَا اللهُ لَا إِلَـــٰهَ إِلَّا أَنَاْ فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي ﴿١٤﴾
”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa. 14). Dalam ayat ini Allah akan menggunakan kata ganti "Aku", bukan “Kami”. Hal ini menunjukkan bahwa memang hanya Allah saja yang harus kita sembah, tidak boleh beserta yang lainnya.

... قُلْ حَسْبِيَ اللهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ﴿٣٨﴾
“... Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri”. (QS. Az-Zumar. 38).

2.  Rasulullah belum selamat sehingga minta dido’akan keselamatan?

Saudaraku,
Sebelum aku membahas pertanyaan tersebut, marilah kita perhatikan terlebih dahulu penjelasan Al Qur’an dalam surat Muhammad ayat 7 berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad. 7).

Saudaraku,
Jika ayat tersebut menjelaskan bahwa jika kita orang-orang yang beriman “menolong Allah”, apakah hal ini menunjukkan bahwa Allah itu adalah Tuhan yang lemah sehingga membutuhkan pertolongan dari kita? (Subhanallah, Maha Suci Allah dari sifat yang demikian!).

Adalah mustahil bagi Allah untuk mempunyai sifat sebagai Tuhan yang lemah sehingga membutuhkan pertolongan dari kita, karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”. (QS. Al Ikhlaash. 2).

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾
“dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlaash. 4).

Jika memang demikian halnya, maka tiada lain maksud ayat tersebut selain daripada untuk menguji kita orang-orang yang beriman, apakah kita bersedia untuk menyisihkan sebagian ni`mat dari sekian banyak ni`mat (baca: surat Ibrahim ayat 34) yang telah dianugerahkan Allah kepada kita, untuk “menolong (agama) Allah”.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”. (QS. Al ‘Ankabuut. 2).

... وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللهِ لَا تُحْصُوهَا ... ﴿٣٤﴾
“... Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. ... ”. (QS. Ibrahim. 34).

Lebih dari itu, jika Allah adalah Tuhan yang lemah (subhanallah, Maha Suci Allah dari sifat yang demikian), tentunya Dia tidak akan mampu untuk membalas “pertolongan” kita tersebut dengan balasan yang berlipat ganda. Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa perbuatan baik yang telah kita lakukan tersebut, yaitu dengan “menolong Allah”, pada hakekatnya hal itu adalah untuk diri kita sendiri. Karena dari sebagian ni`mat yang kita sisihkan tersebut, justru akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang berlipat ganda.

مَنْ عَمِلَ صَــٰــلِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـــٰمٍ لِّلْعَبِيدِ ﴿٤٦﴾
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya)”. (QS. Fushshilat. 46).

Saudaraku,
Perhatikan pula penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Hadiid ayat 11 serta surat At Taghaabun ayat 17 berikut ini:

مَن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَــٰـعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ ﴿١١﴾
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak,” (QS. Al Hadiid. 11).

إِن تُقْرِضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَــٰـعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ ﴿١٧﴾
”Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat-gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun”. (QS. At Taghaabun. 17).
                                 
Saudaraku,
Jika kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa jika kita orang-orang yang beriman “meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik”, tentunya hal ini tidaklah menunjukkan bahwa Allah itu adalah Tuhan yang miskin sehingga membutuhkan pinjaman dari kita. (Subhanallah, Maha Suci Allah dari sifat yang demikian!).

Adalah mustahil bagi Allah untuk mempunyai sifat sebagai Tuhan yang miskin sehingga membutuhkan pinjaman dari kita, karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya.

... فَإِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ ﴿٨﴾
”..., maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim. 8).

Jika memang demikian halnya, maka tiada lain maksud kedua ayat tersebut selain daripada untuk menguji kita orang-orang yang beriman, apakah kita bersedia untuk menyisihkan sebagian rezki dari sekian banyak rezki yang telah dianugerahkan Allah kepada kita, untuk “kita pinjamkan kepada Allah”.

Lebih dari itu, jika Allah adalah Tuhan yang miskin (subhanallah, Maha Suci Allah dari sifat yang demikian), tentunya Dia tidak akan mampu untuk membalas “pinjaman” kita tersebut dengan balasan yang berlipat ganda. Hal ini sekaligus juga menunjukkan bahwa perbuatan baik yang telah kita lakukan tersebut, yaitu dengan “meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik”, pada hakekatnya hal itu adalah untuk diri kita sendiri. Karena dari sedikit yang kita “pinjamkan” tersebut, justru akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang berlipat ganda.

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ... ﴿٧﴾
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, ...” (QS. Al Israa’. 7).

Saudaraku,
Hal yang sama juga kita jumpai dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا. (رواه مسلم)
“Siapa yang bershalawat untukku satu kali, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali (Allah akan memberikan kerahmatan padanya sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi).” (HR. Muslim).

Sama seperti penjelasan sebelumnya, bahwa kalaupun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kita orang-orang beriman bershalawat untuk Beliau, hal ini bukan berarti bahwa Beliau belum selamat. Karena Allah telah berjanji untuk menolong/menyelamatkan para rasul-Nya dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat nanti.

إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَــٰـدُ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)”, (QS. Ghafir. 51).

لَــٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْاْ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّــــٰتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَـٰــرُ خَــٰــلِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِّنْ عِندِ اللهِ وَمَا عِندَ اللهِ خَيْرٌ لِّلأَبْرَارِ ﴿١٩٨﴾
”Akan tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan-nya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali ’Imran. 198).

Saudaraku,
Adalah mustahil bagi Allah untuk tidak menolong/menyelamatkan para rasul-Nya serta orang-orang yang bertakwa kepada-Nya dan kemudian memasukkan mereka ke dalam api neraka, karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.

... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Dan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:  

... لَا يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ ... ﴿٦﴾
"... Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, ...”. (QS. Ar Ruum. 6).

Saudaraku,
Jika memang demikian halnya, maka tiada lain maksud hadits di atas selain daripada untuk menguji kita orang-orang yang beriman, apakah kita yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW, benar-benar mencintai Beliau SAW. (sesudah mencintai Allah) di atas segala-galanya.

Allah telah berfirman dalam surat At Taubah ayat 24:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS. At Taubah. 24).

Saudaraku,
Orang yang mencintai seseorang (atau siapapun / apapun itu), maka dia pasti akan banyak menyebut dan mengingatinya. Demikian pula ketika kita mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kita juga akan senantiasa menyebut dan mengingatinya, yaitu dengan bershalawat kepadanya.

Lebih dari itu, dari hadits tersebut juga diperoleh penjelasan bahwa ketika kita bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, pada hakekatnya hal itu adalah untuk diri kita sendiri. Karena disaat kita bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam satu kali, kita malah dapat sepuluh kali. Artinya Allah akan memberikan kerahmatan kepada kita sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi. Dan hal ini juga sama seperti penjelasan sebelumnya. (Wallahu a’lam).

Semoga bermanfaat.

Senin, 03 Agustus 2015

TERNYATA SHALAWAT TIDAK HANYA DITUJUKAN KEPADA RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa salah satu sebab mengapa kita membaca shalawat adalah karena diperintah oleh Allah SWT. Hal ini dapat kita jumpai dalam Al Qur’an surat Al Ahzaab ayat 56, dimana Allah SWT. telah memerintahkan kita orang-orang yang beriman bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. dan mengucapkan salam penghormatan kepada Beliau SAW.

إِنَّ اللهَ وَمَلَـــٰــئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَــــٰــأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٥٦﴾
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al Ahzaab. 56).

Namun tahukah saudaraku, bahwa sebenarnya dalam Al Qur’an tidak hanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam saja yang dishalawatkan?

Dalam Al Qur'an, para Nabi yang lainpun juga dishalawatkan.

وَسَلَــٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ ﴿١٨١﴾
“Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul”. (QS. Ash Shaffaat. 181).

Shalawat untuk Nabi Ibrahim AS.

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ﴿١٠٨﴾ سَلَــٰمٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ ﴿١٠٩﴾
(108) “Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian”, (109) (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". (QS. Ash Shaffaat. 108 – 109).

Shalawat untuk Nabi Musa AS. dan Nabi Harun AS.

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِمَا فِي الْآخِرِينَ ﴿١١٩﴾ سَلَــٰمٌ عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَــٰــرُونَ ﴿١٢٠﴾
(119) “Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian”; (120) (yaitu): "Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun". (QS. Ash Shaffaat. 119 – 120).

Shalawat untuk Nabi Nuh AS.

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ﴿٧٨﴾ سَلَــٰمٌ عَلَىٰ نُوحٍ فِي الْعَــٰــلَمِينَ ﴿٧٩﴾
(78) “Dan Kami abadikan untuk Nuh itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian”; (79) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam". (QS. Ash Shaffaat. 78 – 79).

Shalawat untuk Nabi Ilyas Alaihissalam

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ ﴿١٢٩﴾ سَلَــٰمٌ عَلَىٰ إِلْ يَاسِينَ ﴿١٣٠﴾       
(129) “Dan Kami abadikan untuk Ilyas (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian”. (130) (yaitu): "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ilyas?" (QS. Ash Shaffaat. 129 – 130).

Shalawat untuk Nabi Isa AS.

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ ءَاتَـــٰنِيَ الْكِتَــٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ﴿٣٠﴾ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَــٰنِي بِالصَّلَوٰةِ وَالزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ﴿٣١﴾ وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا ﴿٣٢﴾ وَالسَّلَــٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا ﴿٣٣﴾
(30) Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (31) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; (32) dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (33) Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam. 30 – 33).

Shalawat untuk Nabi Yahya AS.

يَــــٰــــيَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَــٰبَ بِقُوَّةٍ وَءَاتَيْنَــٰـهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا ﴿١٢﴾ وَحَنَانًا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةً وَكَانَ تَقِيًّا ﴿١٣﴾ وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّارًا عَصِيًّا ﴿١٤﴾ وَسَلَــٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا ﴿١٥﴾
(12) “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, (13) dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa, (14) dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (15) Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali”. (QS. Maryam. 12 – 15).

Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞