بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Kamis, 05 Maret 2015

MIMPI BERTEMU DENGAN ARWAH ORANG YANG SUDAH WAFAT



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Meskipun di alam nyata (dalam keadaan terjaga) kita tidak bisa melihat/berjumpa dengan ruh orang yang telah meninggal1, namun ruh orang yang masih hidup bisa berjumpa dengan ruh orang yang telah meninggal dalam mimpi. Kemudian Allah menahan ruh orang yang sudah meninggal dan mengembalikan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya. Perhatikan firman Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Az Zumar ayat 42 berikut ini:

اللهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٤٢﴾
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Az Zumar. 42).

Tafsir Jalalain:
Allah (mematikan jiwa orang ketika matinya dan) memegang (jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya) artinya Allah memegangnya di waktu ia tidur (maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan) bagi kematiannya. Jiwa yang dilepaskan itu hanyalah dimatikan perasaannya saja, tetapi ia masih hidup, berbeda dengan jiwa yang benar-benar dimatikan. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) pada hal-hal yang telah disebutkan itu (terdapat tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah (bagi kaum yang berpikir) maka karenanya mereka mengetahui, bahwa yang berkuasa melakukan hal tersebut berkuasa pula untuk membangkitkannya; dan orang-orang kafir Quraisy tidak memikirkan hal ini.

Tafsir At Thabari:
Diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat tersebut:

إِنَّ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا
Sesungguhnya ruh orang yang hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya.

Saudaraku,
Ada satu hal yang aku garis-bawahi. Bahwa meskipun ruh orang yang masih hidup bisa berjumpa dengan ruh orang yang telah meninggal dalam mimpi sebagaimana uraian di atas, namun ketika seseorang telah bermimpi bertemu dengan orang-orang yang sudah meninggal, belum tentu yang bersangkutan benar-benar bertemu dengan mereka. Bisa jadi, yang bersangkutan hanya bertemu dengan syaitan yang telah menyerupai mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang telah bermimpi bertemu dengan orang-orang yang sudah meninggal, maka akan ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama: orang tersebut memang benar-benar bertemu dengan mereka yang telah wafat sebagaimana uraian di atas. Sedangkan kemungkinan kedua adalah bahwa sebenarnya orang tersebut hanya bertemu dengan syaitan yang telah menyerupai mereka. Perhatikan penjelasan beberapa hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِي
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa bermimpi melihatku dalam tidurnya, maka sesungguhnya dia benar-benar melihatku; karena syaitan itu tak dapat menyerupai bentukku”. (HR. Muslim).

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَآنِي فَقَدْ رَأَى الْحَقَّ
“Barang siapa melihatku dalam tidurnya maka dia telah melihat yang benar (melihatku)”. (HR. Muslim).

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَآنِي فِي النَّوْمِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّهُ لَا يَنْبَغِي لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَشَبَّهَ بِي
“Barang siapa bermimpi melihatku dalam tidurnya, maka sesungguhnya dia benar-benar melihatku; karena syaitan itu tak dapat menyerupai bentukku”. (HR. Muslim).

Saudaraku,
Dari ketiga hadits di atas diperoleh penjelasan bahwa ketika seseorang telah bermimpi melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam tidurnya, maka dapat dipastikan bahwa sesungguhnya dia benar-benar melihat Beliau, karena syaitan itu tidak akan dapat menyerupai bentuk Beliau2. Hal ini menunjukkan bahwa syaitan itu dapat menyerupai orang lain selain Beliau. Oleh karenanya, kita musti berhati-hati dengan permainan syaitan dalam tidur kita (dalam mimpi kita). Perhatikan penjelasan hadits berikut ini:

عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ رَآنِي فِي النَّوْمِ فَقَدْ رَآنِي إِنَّهُ لَا يَنْبَغِي لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ فِي صُورَتِي وَقَالَ إِذَا حَلَمَ أَحَدُكُمْ فَلَا يُخْبِرْ أَحَدًا بِتَلَعُّبِ الشَّيْطَانِ بِهِ فِي الْمَنَامِ
Barang siapa bermimpi melihatku dalam tidurnya, maka sesungguhnya dia benar-benar melihatku; karena syaitan itu tak dapat merubah bentuk seperti bentukku. Dan beliau juga bersabda: “Apabila seseorang dari kalian bermimpi buruk maka janganlah ia menceritakan permainan syaitan dengannya ketika tidur itu kepada siapa pun”. (HR. Muslim).

Wallahu a'lam3,
Semoga bermanfaat.

NB.
1) Baca kembali artikel yang berjudul: “Melihat Arwah Orang Yang Sudah Meninggal”.

2) Hanya saja penting untuk dicatat di sini, bahwa yang tidak mampu dilakukan syaitan adalah menyerupai wajah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sebenarnya. Adapun menampakkan diri dengan wajah yang lain, bisa dilakukan oleh syaitan. Kemudian dia mengaku sebagai nabi atau orang yang melihatnya mengira bahwa dia nabi, padahal sejatinya syaitan. Karena yang dimaksud dengan mimpi melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melihat Beliau persis sebagaimana ciri-ciri fisik dan wajah Beliau. Oleh karena itu jika ada orang yang merasa melihat Nabi dalam mimpi, perlu dicocokkan dengan ciri-ciri fisik dan wajah Beliau sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits dan keterangan para sahabat.

3) Pada tulisan di atas ku-akhiri dengan kalimat: ”wallahu a'lam”. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan ilmu-ku/logika-ku adalah sangat terbatas, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:

... وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
 “... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Sedangkan yang lebih mengetahui bagaimana yang sebenarnya, tentunya hanya Allah semata. Karena Pengetahuan Allah adalah meliputi segala sesuatu, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا ﴿١١٠﴾
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”. (QS. Thaahaa. 110).

اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).

Selasa, 03 Maret 2015

MELIHAT ARWAH ORANG YANG SUDAH MENINGGAL


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat telah bertanya: “Pak Imron (saya) mau nanya. Apa betul ada manusia yang bisa melihat arwah orang yang sudah meninggal? Terimakasih”.

Saudaraku,
Untuk mengetahui segala sesuatu tentang ruh, apakah itu ruhnya orang yang masih hidup maupun ruh yang telah berpisah dari jasadnya (ruhnya orang yang sudah meninggal), kita memerlukan informasi yang benar, akurat dan meyakinkan karena hal ini adalah permasalahan ghaib yang mustahil untuk kita ketahui kecuali hanya jika diberitakan oleh satu-satunya pihak yang mengetahui rahasia alam ghaib yakni Allah Ta`ala.

Informasi yang benar, akurat dan meyakinkan tentang seputar masalah ruh tersebut telah Allah sampaikan melalui utusan-Nya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (yakni melalui ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits). Sedangkan informasi/jawaban-jawaban yang tidak berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hanyalah sebatas prasangka dan dugaan semata.

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini. Perhatikan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Israa’ ayat 85 berikut ini:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Tafsir Jalalain:
(Dan mereka bertanya kepadamu) yaitu orang-orang Yahudi (tentang roh,) yang karenanya jasad ini dapat hidup (Katakanlah) kepada mereka! (“Roh itu termasuk urusan Rabbku) artinya termasuk ilmu-Nya oleh karenanya kalian tidak akan dapat mengetahuinya (dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit") dibandingkan dengan ilmu Allah SWT.

Saudaraku,
Aku tegaskan lagi, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini. Sehingga jika ada orang yang mengaku bisa melihat ruh orang yang sudah meninggal, bisa dipastikan bahwa ini hanyalah kebohongan semata.

Demikian pula, tidaklah benar pengakuan para tukang sihir tentang kemampuan mereka mendatangkan roh orang-orang yang sudah meninggal, lalu mengajaknya berbicara dan bertanya-tanya tentang berbagai hal kepadanya. Ini adalah pengakuan yang batil karena tidak ada dalil yang menguatkannya, baik Al Qur’an maupun Hadits.

Saudaraku,
Apa yang diaku-aku oleh mereka ini, yaitu memanggil roh-roh sebenarnya adalah roh-roh syaitan. Mereka memberikan pelayanan kepada syaitan-syaitan itu dengan cara menyembahnya dan memenuhi permintaannya. Kemudian roh-roh syaitan tadi membantu mereka dengan bantuan yang diminta dengan cara berdusta dan berbuat dosa dalam menjiplak nama orang-orang yang sudah meninggal yang dipanggil mereka itu. Yah, apa yang mereka panggil itu tidak lain hanyalah syaitan dan jin yang membantu mereka sebagai imbalan dari persembahan yang mereka berikan kepada syaitan tersebut, berupa peribadatan yang seharusnya tidak boleh ditujukan kepada selain Allah SWT. (Na’udzubillahi mindzalika!).

Perhatikan firman Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 112 – 113 berikut ini:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ ﴿١١٢﴾ وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُواْ مَا هُم مُّقْتَرِفُونَ ﴿١١٣﴾
(112) “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan”. (113) “Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan”. (QS. Al An’aam. 112 – 113).

Saudaraku,
Satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati kita, bahwa terhadap hal-hal seperti ini, maka kembalikan semuanya kepada dalil (Al Qur’an serta Hadits). Prinsip ini jangan sampai lepas dari lubuk hati kita. Apapun yang kita dengar, siapapun yang menyampaikan, kembalikan keterangan itu kepada dalil. Karena informasi tentang syariat apalagi terkait keyakinan, baru boleh kita terima ketika ada dasar pijakannya. Hal ini telah Allah tegaskan dalam Al Qur’an surat Al Israa’ ayat 36:

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولًا ﴿٣٦﴾
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al Israa’. 36).

Sekali lagi,
Masalah ruh merupakan perkara ghaib yang hakikatnya hanya diketahui Allah saja. Dan Allah tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya. Demikian penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat An Naml ayat 65 serta surat Al Jin ayat 26 – 27:

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ ﴿٦٥﴾
“Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan”. (QS. An Naml. 65).

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا ﴿٢٦﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ﴿٢٧﴾
(026) “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu”. (027) “Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS. Al Jin. 26 – 27).

Pertemuan Ruh Orang Yang Telah Meninggal Dengan Ruh Orang Yang Masih Hidup Di Alam Mimpi

Saudaraku,
Meskipun di alam nyata (dalam keadaan terjaga) kita tidak bisa melihat/berjumpa dengan ruh orang yang telah meninggal, namun ruh orang yang masih hidup bisa berjumpa dengan ruh orang yang telah meninggal dalam mimpi. Kemudian Allah menahan ruh orang yang sudah meninggal dan mengembalikan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya. Perhatikan firman Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Az Zumar ayat 42 berikut ini:

اللهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٤٢﴾
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Az Zumar. 42).

Tafsir Jalalain:
Allah (mematikan jiwa orang ketika matinya dan) memegang (jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya) artinya Allah memegangnya di waktu ia tidur (maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan) bagi kematiannya. Jiwa yang dilepaskan itu hanyalah dimatikan perasaannya saja, tetapi ia masih hidup, berbeda dengan jiwa yang benar-benar dimatikan. (Sesungguhnya pada yang demikian itu) pada hal-hal yang telah disebutkan itu (terdapat tanda-tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah (bagi kaum yang berpikir) maka karenanya mereka mengetahui, bahwa yang berkuasa melakukan hal tersebut berkuasa pula untuk membangkitkannya; dan orang-orang kafir Quraisy tidak memikirkan hal ini.

Tafsir At Thabari:
Diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat tersebut:

إِنَّ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا
Sesungguhnya ruh orang yang hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya.

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Wallahu a'lam,
Semoga bermanfaat.

NB.
Pada tulisan di atas ku-akhiri dengan kalimat: ”wallahu a'lam”. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan ilmu-ku/logika-ku adalah sangat terbatas, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:

... وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
 “... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Sedangkan yang lebih mengetahui bagaimana yang sebenarnya, tentunya hanya Allah semata. Karena Pengetahuan Allah adalah meliputi segala sesuatu, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:

يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا ﴿١١٠﴾
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”. (QS. Thaahaa. 110).

اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).

Minggu, 01 Maret 2015

ARTI SEBUAH DO’A



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (teman alumni Jurusan Teknik Industri ITS) telah mengirim pesan sebagai berikut: “Assalamualaikum, Bung Imron? Apa kabar? Mudah-mudahan selalu sehat ya... Ini tumben bener nih aku menyapa. Hehehehe... Mau bertanya boleh? Apa arti kalimat berikut: robbana innaka jaamiunnasi liyaumilaaroiba piihi innallaha laa yuhklipulmiiaad? Terimakasih banyak atas jawabannya. Wassalamualaikum”.

-----

Wa’alaikumussalam wr. wb.

Alhamdulillah, aku baik-baik saja di Surabaya. In sya Allah hal ini juga karena do'a saudaraku yang (in sya Allah) telah dikabulkan Allah. Semoga saudaraku juga demikian keadaannya. Amin, ya rabbal ‘alamin!

Iya benar, tumben menyapa aku. ^_^
Terimakasih atas sapaan yang telah diberikan.

Saudaraku,
Sebelum menanggapi pertanyaan yang telah saudaraku sampaikan tersebut, pada kesempatan ini akan kusampaikan terlebih dahulu beberapa koreksi atas translate dari huruf hijaiyah ke dalam huruf latin yang telah saudaraku sampaikan tersebut. Mungkin yang saudaraku maksudkan adalah: “Rabbanaa innaka jaami’unnaasi liyaumil laa raiba fiihi innallaaha laa yukhliful mii’aad”. Ini adalah surat Ali ‘Imraan ayat 9.

Berikut ini adalah teks Al Qur’an surat Ali ‘Imraan ayat 9 beserta terjemahannya:

رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ ﴿٩﴾
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ali ‘Imraan. 9).

Sebuah renungan:

Sekedar info:
Jika kita membaca terjemahan Al Qur’an, kemudian kita temui kata atau kalimat dalam tanda kurung, maka itu adalah tafsiran dari penterjemah.

Beliau mengatakan: “Amin... Makasih ya Bung atas jawaban mantab-nya. To the point. Itu aku copy dari status seseorang, jadi huruf hijaiyah(nya) mungkin banyak yang tidak tepat. Semoga kita semua selalu dalam limpahan berkahNya. Amin”.

Ooo, gitu ya.
Iya, saling mendo'akan. Semoga kita semua selalu dalam limpahan berkah-Nya. Amin, ya rabbal 'alamin.

Demikian hasil dialog ini,
Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞