بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Sabtu, 05 Agustus 2017

TENTANG ORANG MUNAFIK (II)



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (mahasiswi S3 di Jerman) telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut:

Saya terus terang masih belum faham tentang munafik. Munafik ini kan pekerjaan hati. Walau Allah melalui hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (telah) memberitahukan ciri-ciri orang munafik, tapi kita tidak tahu pasti kan, apakah benar ada kemunafikan di hati seseorang.

Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, setahu saya yang tahu persis siapa-siapa yang munafiq di antara para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang sahabat yang namanya saya lupa. Nah, yang jadi pertanyaan saya, bagaimana kita bisa memastikan jenazah (orang yang wafat) itu adalah jenazah orang munafiq? Pencerahan dong, bapak/ibu yang lebih tahu dan faham tentang hal ini? Terima kasih sebelumnya.

Tanggapan seorang akhwat lainnya (staf pengajar/dosen di Manado): “Munafik mengaku Islam tapi tidak percaya sama Al Qur’an. Salah satunya memilih Fulan*) sebagai gubernur, jelas munafik.

MARI KITA KAJI DISKUSI DI ATAS

Saudaraku,
Orang munafik adalah orang yang tidak beriman, namun berpura-pura beriman. Atau orang yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam namun sebenarnya tidak mengakuinya dalam hatinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ؛ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ. (رواه البخارى ومسلم)
“Tanda orang munafik ada tiga: Jika bicara berdusta, jika diberi amanah berkhianat, dan jika berjanji menyelisihinya”. (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Meskipun Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan tanda-tanda orang munafik, kita tidak boleh asal tuduh saja kepada orang lain yang dalam dirinya terdapat tanda-tanda tersebut. Sebagai ilustrasi: adanya mendung yang gelap, adalah tandanya mau turun hujan. Namun pada kenyataannya, belum tentu hujan benar-benar turun, meski tanda-tandanya sudah sangat jelas.

Saudaraku,
Ketahuilah, bahwa nifak itu ada dua macam, yaitu nifak kecil dan nifak besar.

Nifak kecil ialah berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang munafik, seperti yang tersebut dalam hadits di atas, dengan tetap ada iman dalam hati. Nifak jenis ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam, namun termasuk sarana menuju kekufuran. Jika perilaku-perilaku tersebut terus ia lakukan, tidak menutup kemungkinan ia akan terjerembab dalam kemunafikan.

Sedangkan jenis kedua ialah nifak besar atau nifak yang berkaitan dengan keyakinan, yaitu apabila seseorang menampakkan keimanan dan keislaman namun menyembunyikan kekufuran dalam hati. Cukup banyak ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan untuk mencela dan mengkafirkan mereka yang memiliki sifat ini (nifak besar) serta mengabarkan bahwa orang yang memiliki sifat ini akan dikembalikan ke dalam kerak api neraka.

... إِنَّ اللهَ جَامِعُ الْمُنَـــٰـفِقِينَ وَالْكَـــٰــفِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا ﴿١٤٠﴾
“... Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (QS. An Nisaa’. 140).

إِنَّ الْمُنَـــٰـفِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا ﴿١٤٥﴾
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An Nisaa’. 145).

Saudaraku,
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sangat mudah dipahami bahwa akan sangat berbahaya jika kita asal tuduh saja kepada orang lain yang dalam dirinya terdapat tanda-tanda tersebut sebagai orang munafik, karena kita tidak tahu apa isi hati setiap manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan bahayanya tuduhan seperti ini dalam sebuah hadits berikut ini:

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا أَكْفَرَ رَجُلٌ رَجُلًا إِلَّا بَاءَ أَحَدُهُمَا بِهَا إِنْ كَانَ كَافِرًا وَإِلَّا كَفَرَ بِتَكْفِيْرِهِ. (روه ابن حبان)
“Tidaklah seseorang memvonis kafir (mengkafirkan) orang lain kecuali salah seorang dari keduanya kembali dengan hal tersebut. Apabila benar kafir (maka menuju kepada orang yang dikafirkannya tersebut), namun bila tidak, maka ia kafir dengan sebab pengkafirannya tersebut”. (HR. Ibnu Hibban).

Kecuali jika yang bersangkutan telah melakukan kemunafikan secara nyata, sebagaimana pernyataan Ibu Dosen dari Manado di atas. Karena Allah telah berfirman dalam surat An Nisaa’ ayat 138 – 139 berikut ini:

بَشِّرِ الْمُنَـــٰـفِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٣٨﴾ الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَـــٰــفِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيعًا ﴿١٣٩﴾
(138) “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih”, (139) “(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”. (QS. An Nisaa’. 138 – 139).

Bahkan terhadap orang yang melakukan kemunafikan secara nyata tersebut, Allah telah melarang kaum muslimin untuk menshalatkan jenazahnya, menguburkannya atau menziarahinya untuk selama-lamanya serta melarang pula untuk mendo’akannya.

وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ أَحَدٍ مِّنْهُم مَّاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُواْ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُواْ وَهُمْ فَاسِقُونَ ﴿٨٤﴾
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo`akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik”. (QS. At Taubah. 84).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan salat jenazah atas kematian Ibnu Ubay (pemimpin orang-orang munafik), maka turunlah firman-Nya: (Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan jenazah seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya) untuk keperluan menguburkannya atau menziarahinya. (Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik) yaitu dalam keadaan kafir”.

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan/kesalahan.

Semoga bermanfaat.

NB.
*) Fulan (nama samaran/bukan nama sebenarnya) adalah salah satu calon gubernur non-muslim dalam Pilkada DKI Jakarta periode tahun 2017.

Kamis, 03 Agustus 2017

ALLAH MENINGGIKAN SEBAHAGIAN DIANTARA KITA ATAS SEBAHAGIAN YANG LAIN BEBERAPA DERAJAT UNTUK MENGUJI KITA TENTANG APA YANG DIBERIKAN-NYA KEPADA KITA



Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku,
Ketahuilah bahwa Allah meninggikan sebagian diantara kita atas sebagian yang lain beberapa derajat dengan harta benda, kedudukan dan lain sebagainya untuk menguji kita, untuk menguji kita atas apa yang diberikan kepada kita agar jelas siapa diantara kita yang taat dan siapa pula diantara kita yang maksiat.

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَــٰـــئِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَـــٰتٍ لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَـــٰـكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٦٥﴾
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al An’aam. 165).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi) jamak dari kata khalifah; yakni sebagian di antara kamu mengganti sebagian lainnya di dalam masalah kekhalifahan ini (dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat) dengan harta benda, kedudukan dan lain sebagainya (untuk mengujimu) untuk mencobamu (tentang apa yang diberikan kepadamu) artinya Dia memberi kamu agar jelas siapakah di antara kamu yang taat dan siapakah yang maksiat. (Sesungguhnya Tuhanmu itu adalah amat cepat siksaan-Nya) terhadap orang-orang yang berbuat maksiat kepada-Nya (dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun) terhadap orang-orang mukmin (lagi Maha Penyayang) terhadap mereka”.

وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لِّيَقُولُواْ أَهَــٰـؤُلَاءِ مَنَّ اللهُ عَلَيْهِم مِّن بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّــٰـكِرِينَ ﴿٥٣﴾
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (QS. Al An’aam. 53).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Dan demikianlah telah Kami uji) Kami telah coba (sebagian mereka dengan sebagian lainnya) yakni orang yang mulia dengan orang yang rendah, orang kaya dengan orang miskin, untuk Kami lombakan siapakah yang berhak paling dahulu kepada keimanan (supaya mereka berkata) orang-orang yang mulia dan orang-orang yang kaya yaitu mereka yang ingkar ("Orang-orang semacam inikah) yakni orang-orang miskin (di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?") hidayah. Artinya jika apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang miskin dan orang-orang rendahan itu dinamakan hidayah, niscaya orang-orang mulia dan orang-orang kaya itu tidak akan mampu mendahuluinya. Allah berfirman, ("Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur?") kepada-Nya lalu Dia memberikan hidayah kepada mereka. Memang betul.

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ﴿٧﴾
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. (QS. Al Kahfi. 7).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi) berupa hewan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, sungai-sungai dan lain sebagainya (sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka) supaya Kami menguji manusia, seraya memperhatikan dalam hal ini (siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya) di dunia ini; yang dimaksud adalah siapakah yang lebih berzuhud/menjauhi keduniaan”.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿٣٥﴾
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (QS. Al Anbiyaa’. 35).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “(Tiap-tiap yang berjiwa itu akan merasakan mati) di dunia (dan Kami akan menguji kalian) mencoba kalian (dengan keburukan dan kebaikan) seperti miskin, kaya, sakit dan sehat (sebagai cobaan) kalimat ini menjadi Maf'ul Lah, maksudnya supaya Kami melihat, apakah mereka bersabar dan bersyukur ataukah tidak. (Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan) kemudian Kami akan membalas kalian”.

Saudaraku,
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah jadikan kita satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kita terhadap pemberian-Nya kepada kita, maka berlomba-lombalah untuk berbuat kebajikan.

... وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَـــٰـكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَـــٰـكُم فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَاتِ إِلَى الله مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ ﴿٤٨﴾
“... Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”, (QS. Al Maa-idah. 48).

Saudaraku,
Jangan dikira bahwa cukup dengan mengatakan bahwa kita telah beriman, sedang kita tidak diuji lagi. Karena iman itu butuh pembuktian.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut. 2).

وَكَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَــــٰتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ ﴿٥٥﴾
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa”. (QS. Al An’aam. 55).

Saudaraku,
Jika seseorang benar-benar beriman, terhadap apapun yang menimpanya (baik ujian kelapangan/kesenangan maupun ujian kesusahan), maka akan senantiasa dia hadapi dengan baik dan tetap berbaik sangka kepada Allah.

Apabila ditimpa kesusahan, maka dia akan bersabar/tidak berkeluh kesah bagaimanapun situasi/kondisi yang sedang dia hadapi. Sedangkan apabila memperoleh kelapangan, maka dia akan bersyukur dengan mengakui bahwa semua nikmat itu datangnya dari Allah, sehingga terhadap nikmat apapun yang saat ini telah dia miliki, dia tidak akan menyombongkan diri. Karena sesungguhnya semuanya itu adalah milik-Nya semata. Sedangkan dirinya hanyalah insan yang lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan-Nya, tanpa nikmat yang datang dari-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. (رواه مسلم)
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya setiap perkaranya merupakan kebaikan baginya, dan ini tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mukmin: apabila memperoleh kelapangan, dia bersyukur, maka ini kebaikan baginya, dan apabila ditimpa kesusahan, dia bersabar, maka ini pun kebaikan baginya.” (HR. Muslim).

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَمُوتُ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ. (رواه مسلم) 
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal melainkan dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”. (HR. Muslim).

Saudaraku,
Jika terhadap ujian apapun yang menimpanya (baik ujian kelapangan/kesenangan maupun ujian kesusahan) seseorang bisa menyikapinya dengan baik dan tetap berbaik sangka kepada Allah, maka dia akan mendapatkan ridho-Nya.

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ... ﴿٢٨﴾
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; ...”. (QS. Al Kahfi. 28).

Jika Allah ridha maka Allah akan memberikan rahmat-Nya, yang dengan/atas rahmat-Nya itu seseorang bisa menggapai surga-Nya yang dipenuhi dengan kenikmatan abadi serta terhindar dari azab api neraka.

قَالَ اللهُ هَـــٰـذَا يَوْمُ يَنفَعُ الصَّـــٰدِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّـــٰتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَــٰــرُ خَـــٰـلِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَّضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١٩﴾
“Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfa`at bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya*. Itulah keberuntungan yang paling besar". (QS. Al Maa-idah. 119).

... كَذَٰلِكَ يَجْزِي اللهُ الْمُتَّقِينَ ﴿٣١﴾
“... Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa”. (QS. An Nahl. 31).

الَّذِينَ تَتَوَفَّـــٰـهُمُ الْمَلَـــٰــئِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَـــٰمٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُواْ الْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٣٢﴾
“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik** oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun`alaikum***, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS. An Nahl. 32).

Wallahua'lam,
Semoga bermanfaat.

NB.
*)    Maksudnya ialah: Allah meridhai segala perbuatan-perbuatan mereka, dan merekapun merasa puas terhadap nikmat yang telah dicurahkan Allah kepada mereka.
**)   Maksudnya: wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan, atau dapat juga berarti mereka wafat dalam keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk surga.
***) Artinya adalah: selamat sejahtera bagimu.

Selasa, 01 Agustus 2017

AJARAN YAHUDI ITU SEBENARNYA SAMA DENGAN ISLAM?



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat (dosen sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Manado) telah menyampaikan pesan via WhatsApp sebagai berikut: “Kemarin ada yang share video (yang isinya menyatakan bahwa) ajaran Yahudi itu sebenarnya sama dengan Islam. Saya bingung saja, bukankah Al Qur’an sudah mengatakan bahwa bangsa Israel itu adalah pengacau dan paling buruk di muka bumi. Tapi kok ada ustadz yang menyamakan Islam dengan Yahudi?”.

Saudaraku,
Dengan berbekal pemahaman agama yang dangkal, sebagian orang dengan santainya telah membuat pernyataan-pernyataan hanya berdasarkan persepsi mereka sendiri. Seperti yang dilakukan oleh kaum Liberal dan Pluralis (JIL dan kawan-kawannya) yang mengatakan bahwa semua agama itu benar, khususnya agama-agama Yahudi, Nasrani dan Islam yang (menurut mereka) sama-sama merupakan agama samawi serta berlandaskan pada monothesime / agama tauhid.

Bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa ketiga agama itu sama-sama benarnya karena (menurut mereka kaum Liberal dan Pluralis) sama-sama merupakan agama samawi serta berlandaskan pada monothesime / agama tauhid?

Padahal telah sangat jelas pembeda antara kaum muslimin dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), sebagaimana penjelasan Al Qur'an dalam surat At Taubah ayat 30 berikut ini:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَـــٰــرَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَٰلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَـــٰـهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَــــٰــتَلَهُمُ اللهُ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
”Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah. 30).

Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Maa-idah ayat 72, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَــــٰـــبَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّــــٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ ﴿٧٢﴾
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolong-pun”. (QS. Al Maa-idah. 72).

Saudaraku,
Bagaimana mungkin mereka kaum Liberal dan Pluralis (JIL dan kawan-kawannya) bisa mengatakan bahwa ketiga agama samawi sama-sama benarnya dengan dalih karena sama-sama berlandaskan pada monothesime / agama tauhid? Apakah mereka tutup mata dengan penjelasan Al Qur'an dalam surat At Taubah ayat 30 serta surat Al Maa-idah ayat 72 di atas?

Jelas sekali, klaim mereka kaum Liberal dan Pluralis itu menunjukkan kedangkalan pemahaman mereka tentang Islam, sehingga menimbulkan banyak persepsi mereka yang salah tentang Islam. Atau jika mereka kaum Liberal dan Pluralis itu sudah membaca dan memahami penjelasan Al Qur'an dalam surat At Taubah ayat 30 serta surat Al Maa-idah ayat 72 di atas, maka klaim mereka itu jelas-jelas suatu pembohongan yang nyata.

Ya Tuhan kami,
Lindungilah kami ketika kami membaca ayat-ayat-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk agar kami senantiasa berada dalam jalan-Mu yang lurus. Amin!

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿٩٨﴾
”Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (QS. An Nahl. 98).

Ya Tuhan kami,
Bimbinglah kami, sehingga kami tetap mampu untuk mendapatkan pemahaman yang benar tentang semua ajaran Islam, sesuai dengan yang Engkau ajarkan kepada kami.

اللَّهُّمَ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
“Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu sebagai kebenaran dan karuniakanlah kami untuk mengikutinya. Dan tampakkanlah kebatilan itu sebagai kebatilan dan karuniakanlah kami untuk menjauhinya.” 

Ya Tuhan kami,
اهدِنَــــا الصِّرَاطَ الْمُستَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ﴿٧﴾
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (QS. Al Faatihah. 6 – 7). Amin, ya rabbal ‘alamin!

Beliau mengatakan: “Persis, apa yang dia bilang juga sama. Menurut ustad itu, agama samawi sama-sama meng-esakan Tuhan, hanya sebutan saja yang berbeda. Makasih Pak Imron. Saya sedih saja, orang yang mendengarkan dan yang belum terlalu paham Islam, tentu akan mengalihkannya saja”.

Demikian hasil dialog ini,
Semoga bermanfaat.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞