بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Jumat, 05 November 2021

CINTA BEDA AGAMA


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang mahasiswi telah menyampaikan pertanyaan via messenger sebagai berikut: “Aku mau nanya, kalau cinta beda agama itu bagaimana ya? Boleh tidak jika kita mencintai umat yang beda agama sama kita?”.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Corak kehidupan sosial yang plural dimana penduduknya bercampur-baur dengan berbagai ragam agama, berpotensi mengakibatkan tumbuhnya rasa cinta kepada lawan jenis yang berbeda agama yang berujung pada pernikahan.

Ya, berujung pada pernikahan. Karena bagi laki-laki dan wanita yang normal, jika rasa cinta sudah mulai tumbuh, maka keduanya pasti ingin agar bisa mengakhirinya dengan pernikahan.

Terkait hal ini, perhatikan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini:

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ نُمَيْرٍ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي شُرَحْبِيلُ بْنُ شَرِيكٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ. (رواه مسلم)
18.54/2668. Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abdullah bin Numair Al Hamdani telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yazid telah menceritakan kepada kami Haiwah telah mengabarkan kepadaku Syurahbil bin Syarik bahwa dia pernah mendengar Abu Abdurrahman Al Hubuli telah bercerita dari Abdullah bin 'Amru bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah. (HR. Muslim).

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut ini semakin menegaskan hal itu:

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. (رواه البخارى)
47.26/4700. Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung”. (HR. Al Bukhari).

Sebagai catatan, kedua hadits di atas tidak hanya ditujukan bagi para laki-laki saja, namun juga ditujukan bagi wanita (artinya ditujukan kepada semuanya, baik laki-laki maupun wanita).

Sehingga jika dalam hadits yang pertama tertulis: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) shalihah”, maka untuk para wanita tentunya berlaku juga bahwa “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah laki-laki (suami) yang shalih”. Demikian juga halnya untuk hadits yang kedua, jika dalam hadits tersebut tertulis: “Wanita itu (menurut kebiasaan) dinikahi karena empat hal, ... dst”, maka untuk para wanita tentunya berlaku juga bahwa “Laki-laki itu (menurut kebiasaan) dinikahi karena empat hal, ... dst”.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di atas, diperoleh penjelasan bahwa dunia adalah perhiasan (hiburan) dan sebaik-baik perhiasan (dan sebaik-baik hiburannya) adalah wanita shalihah.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih baik perhiasan dunia ini selain daripada wanita shalihah. Kalau bagi anda, berarti tidak ada yang lebih baik perhiasan dunia ini selain daripada laki-laki (suami) yang shalih.

Sedangkan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas, diperoleh penjelasan bahwa kita diperintahkan untuk menikahi seorang wanita karena agamanya (yang agamanya baik/wanita sholihah), karena hanya dengan inilah kita akan beruntung. Hal ini menunjukkan bahwa jika menikahi seseorang bukan karena agamanya, maka kita akan celaka. Terlebih lagi jika yang dipilih adalah orang yang berbeda agama. Na’udzubillahi mindzalika (kami berlindung kepada Allah dari hal yang demikian).

Saudaraku yang dicintai Allah,
Mengapa menikah dengan laki-laki yang buruk agamanya (terlebih menikah dengan laki-laki yang berbeda agama) akan membuat anda celaka? Karena laki-laki (suami) yang berbeda agama itu hanya akan mengajak anda ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.

وَلَا تَنكِحُواْ الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنكِحُواْ الْمُشِرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُواْ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُوْلَـــٰــئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللهُ يَدْعُوا إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ ءَايَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ ﴿٢٢١﴾
221. Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. Al Baqarah. 221).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):

221. (Janganlah kamu nikahi) hai kaum muslimin, (wanita-wanita musyrik), maksudnya wanita-wanita kafir (sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang beriman itu lebih baik daripada wanita musyrik) walaupun ia merdeka. Sebab turunnya ayat ini adalah berkenaan dengan celaan yang ditujukan kepada laki-laki yang menikahi budak wanita dan menyanjung serta menyenangi laki-laki yang menikahi wanita merdeka yang musyrik (walaupun ia menarik hatimu) disebabkan harta dan kecantikannya. Ini dikhususkan bagi wanita yang bukan ahli kitab dengan ayat "Dan wanita-wanita yang terpelihara di antara golongan ahli kitab". (Dan janganlah kamu kawinkan) atau nikahkan (laki-laki musyrik), artinya laki-laki kafir dengan wanita-wanita beriman (sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik walaupun ia menarik hatimu) disebabkan harta dan ketampanannya. (Mereka itu) atau ahli syirik (mengajak ke neraka) disebabkan anjuran mereka melakukan perbuatan membawa orang ke dalamnya, hingga tidaklah baik kawin dengan mereka. (Sedangkan Allah mengajak) melalui lisan para Rasul-Nya (ke surga serta ampunan), maksudnya amal perbuatan yang menjurus kepada keduanya (dengan izin-Nya), artinya dengan kehendak-Nya, maka wajiblah bagi kamu atau wali-walinya mengabulkan perkawinan (Dan dijelaskan-Nya ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka beroleh peringatan) atau mendapat pelajaran. (QS. Al Baqarah. 221).

Saudaraku yang dicintai Allah,
Sekali lagi kusampaikan bahwa menikah dengan laki-laki yang berbeda agama itu  hanya akan membuat anda celaka (sekalipun ketampanan dan hartanya telah menyilaukan anda), karena laki-laki (suami) yang berbeda agama itu hanya akan mengajak anda ke neraka.

Mengapa demikian?

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa suami merupakan pihak yang lebih kuat dan lebih dominan dalam keluarga dibanding isteri dan anak-anak. Maka tidak ada hikmahnya jika seorang wanita muslimah menikah dengan laki-laki yang berbeda agama yang nantinya akan mendominasi dirinya dan anak-anaknya sehingga dampaknya dapat sangat berbahaya bagi agamanya dan anak-anak akan dididik sesuai keyakinannya.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Janganlah saudaraku terpedaya oleh ketampanan dan hartanya. Demikian juga dengan tutur katanya yang manis yang menjanjikan kepada anda bahwa dia akan tetap memberi kebebasan anda untuk tetap memegang Islam sebagai agama anda dan akan tetap memberi kebebasan kepada anda untuk menjalankan ibadah dengan baik.

Itu semua hanya omong kosong, saudaraku. Karena Allah telah memberitahu kita bahwa mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan senang kepada kita hingga kita mengikuti agama mereka. Terlebih lagi laki-laki yang berbeda agama itu (yang akan menjadi suami anda kelak) nantinya akan mendominasi diri anda dan anak-anak anda sehingga dampaknya dapat sangat berbahaya bagi agama anda  dan anak-anak anda akan dididik sesuai dengan keyakinannya.

Perhatikan penjelasan Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 120 berikut ini:

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللهِ هُوَ الْهُدَىٰ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ ﴿١٢٠﴾
120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al Baqarah. 120).

Sehingga pantaslah jika Allah telah mengharamkan (telah melarang keras) wanita muslimah untuk menikah dengan laki-laki yang berbeda agama.

... وَلَا تُنكِحُواْ الْمُشِرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُواْ ... ﴿٢٢١﴾
“... Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. ...”. (QS. Al Baqarah. 221).

Saudaraku yang dicintai Allah,
Janganlah terpedaya oleh kehidupan dunia yang fana ini. Karena tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.

وَمَا الْـحَيٰوةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿٣٢﴾
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. (QS. Al An’aam: 32).

وَمَا هَـــٰـذِهِ الْـحَيٰوةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ﴿٦٤﴾
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (QS. Al ‘Ankabuut. 64).

Saudaraku yang dicintai Allah,
Sekali lagi kusampaikan, bahwa jangan sekali-kali anda tertipu oleh kehidupan dunia ini. Ingat, bahwa Iblis telah menjadikan kita memandang baik perbuatan-perbuatan ma’siat di muka bumi ini (termasuk diantaranya adalah mencintai laki-laki beda agama yang telah dilarang keras oleh Allah sebagaimana penjelasan-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 221 di atas), yang semuanya itu Iblis lakukan dalam rangka untuk menyesatkan kita semuanya.
 
Perhatikan penjelasan Allah dalam surat Al Hijr ayat 39 berikut ini:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”, (QS. Al Hijr. 39).

Saudaraku yang dicintai Allah,
Satu-satunya cara agar kita tidak sampai terpedaya oleh kehidupan dunia ini adalah dengan menjadi orang/hamba yang mukhlis. Demikian penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Al Hijr pada ayat berikutnya (ayat 40):

إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾
kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. Al Hijr. 40).

Saudaraku yang dicintai Allah,
Orang yang mukhlis artinya orang yang ikhlas. Ikhlas dengan semua ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Terkait hal ini, perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 51 serta surat Al Ahzaab ayat 36 berikut ini:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَـــٰــئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nuur. 51)

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَــٰــلًا مُّبِينًا ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzaab. 36)

Sehingga dengan mudah dapat dipahami, jika anda memang ingin selamat dari tipu daya kehidupan dunia ini, maka anda harus menjadi orang yang ikhlas.

Tidak ada pilihan lain bagi anda, kecuali menerima apapun yang datang dari Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan apa adanya semua ketetapan Allah dan Rasul-Nya tersebut tanpa adanya tawar menawar sedikitpun. Termasuk larangan untuk mencintai serta menikah dengan laki-laki beda agama, dan lebih memilih untuk menikah dengan laki-laki seiman yang baik agamanya.

Terkait hal ini, banyak-banyaklah berdo’a kepada-Nya agar ditunjukkan laki-laki seiman yang baik agamanya yang bisa membimbing anda dalam meraih ridho-Nya.

Berikut ini lafadz do’a yang bisa anda lakukan agar segera mendapatkan jodoh yang baik seperti yang anda dambakan:

Do’a untuk laki-laki yang ingin segera mendapatkan jodoh:

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ زَوْجَةً طَيِّبَةً أَخْطُبُهَا وَأَتَزَوَّجُ بِهَا وَتَكُوْنُ صَاحِبَةً لِى فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأٰخِرَةِ
Robbi hablii milladunka zaujatan thoyyibatan akhtubuhaa wa atazawwaju bihaa watakuunu shoohibatan lii fiddiini waddunyaa wal aakhiroh.

Artinya: “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku isteri yang terbaik dari sisi-Mu, isteri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia dan akhirat”.

Do’a untuk wanita yang ingin segera mendapatkan jodoh:

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ زَوْجًا طَيِّبًا وَيَكُوْنُ صَاحِبًا لِى فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْأٰخِرَةِ
Robbi hablii milladunka zaujan thoyyiban  wayakuunu shoohiban lii fiddiini waddunyaa wal aakhiroh.

Artinya: “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku suami yang terbaik dari sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia & akhirat”.

Selain do’a tersebut di atas, untuk mendapatkan jodoh secara islami, anda juga dapat mengamalkan do’a berikut ini:

رَبِّ لَا تَذَرْنِى فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ ٱلْوَٰرِثِينَ
Robbi laa tadzarnii fardan wa anta khoirul waaritsiin.

Artinya: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik”.

... رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّــــٰــتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa, wa dzurriyyaatinaa qurrata a'yunin waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa.

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqaan. 74).

Surat Al Furqaan ayat 74 selengkapnya adalah sebagai berikut:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّــــٰــتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Furqaan. 74).

Saudaraku yang dicintai Allah,
Disamping melakukan do’a sebagaimana uraian di atas, perhatikan pula penjelasan Al Qur’an dalam surat An Nuur ayat 26 berikut ini:

الْخَبِيثَـــٰتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَـــٰتِ وَالطَّـــيِّــبَـــٰتُ لِلطَّـــيِّـبِينَ وَالطَّـــيِّـبُونَ لِلطَّـــيِّــبَـــٰتِ أُوْلَـــٰــئِكَ مُبَرَّؤُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٢٦﴾
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (QS. An Nuur. 26).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy): “

(Wanita-wanita yang keji) baik perbuatannya maupun perkataannya (adalah untuk laki-laki yang keji) pula (dan laki-laki yang keji) di antara manusia (adalah buat wanita-wanita yang keji pula) sebagaimana yang sebelumnya tadi (dan wanita-wanita yang baik) baik perbuatan maupun perkataannya (adalah untuk laki-laki yang baik) di antara manusia (dan laki-laki yang baik) di antara mereka (adalah untuk wanita-wanita yang baik pula) baik perbuatan maupun perkataannya. Maksudnya, hal yang layak adalah orang yang keji berpasangan dengan orang yang keji, dan orang baik berpasangan dengan orang yang baik. (Mereka itu) yaitu kaum laki-laki yang baik dan kaum wanita yang baik, antara lain ialah Siti Aisyah dan Sofwan (bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka) yang keji dari kalangan kaum laki-laki dan wanita. (Bagi mereka) yakni laki-laki yang baik dan wanita yang baik itu (ampunan dan rezeki yang mulia) di surga. Siti Aisyah merasa puas dan bangga dengan beberapa hal yang ia peroleh, antara lain, ia diciptakan dalam keadaan baik, dan dijanjikan mendapat ampunan dari Allah, serta diberi rezeki yang mulia.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Berdasarkan surat An Nuur ayat 26 di atas, apabila anda memang benar-benar ingin mendapatkan jodoh yang baik, maka anda juga harus demikian pula. Artinya anda juga harus berupaya untuk menjadi orang yang baik pula.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Dengan upaya yang anda lakukan untuk semakin memperbaiki diri/menghiasi diri dengan amal perbuatan yang mulia (dengan menjaga sholat, menjaga lisan, menjaga aurat dari pandangan orang lain yang tidak berhak, dst), semoga nantinya Allah mempertemukan anda dengan suami yang sholih juga, sebagaimana janji Allah dalam surat An Nuur ayat 26 di atas. Amin, ya rabbal ‘alamin! (Do’aku mengiringi perjuanganmu, saudaraku).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat.

Rabu, 03 November 2021

COBAAN HIDUP SEORANG MUALLAF


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang muallaf telah menyampaikan pesan via messenger sebagai berikut:

Hari ini saya benar-benar lemes dan pasrah, nggak tahu harus bagaimana. Pas dibagi order untuk 1 minggu bawa bos-bos bank QNB dari Qatar untuk pembukaan kantor barunya, hari ini ibu saya jatuh sakit dan entah sampai kapan di rawatnya.

Rumah sakit minta uang jaminan Rp 7 juta. Kontrakan sudah 9 bulan belum terbayar. Hari ini saya nggak kerja, artinya besok nggak tahu bagaimana untuk biaya makan kami sekeluarga. Lalu anak yatim saya butuh laptop buat keperluan sekolahnya, karena zaman sekarang sekolah harus pake laptop, pun juga untuk ujiannya.

Asli, baru hari ini saya benar-benar lemes, nggak tahu harus bagaimana dan kemana untuk melangkah. Mohon do’anya selalu, agar Allah mudahkan semuanya untuk kami sekeluarga. Dan dikuatkan iman Islam kami dan selalu istiqomah di jalan-Nya. Aamiin.

Tanggapan

Saudaraku,
Aku berdo’a semoga ibu saudaraku lekas diberi kesembuhan dari sakit-nya. Semoga ibu saudaraku diberi kesabaran dalam menerima cobaan ini. Karena Allah akan memberikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu dengan memberikan surga untuknya.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّــــٰـبِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَـــٰـــبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّٰهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَـــٰـــئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـــٰـــئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ﴿١٥٧﴾
(155) Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”*) (157) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah. 155 – 157).

Sedangkan janji Allah itu pasti, sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an surat At Taubah pada bagian tengah ayat 111 berikut ini:

... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللهِ ...﴿١١١﴾
"... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At Taubah. 111).

Dan Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum pada bagian tengah ayat 6 berikut ini:  

... لَا يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ ... ﴿٦﴾
"... Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, ...”. (QS. Ar Ruum. 6).


Sedangkan dalam beberapa hadits berikut ini, diperoleh keterangan sebagai berikut:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al Bukhari(.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ. (رواه الترمذى)  
“Sesungguhnya besarnya balasan itu tergantung dengan besarnya ujian. Sesungguhnya, apabila Allah mencintai satu kaum, Ia akan menguji mereka. Barang siapa ridha (dengan ujian tersebut), dia akan mendapatkan keridhaan (dari Allah), sedangkan barang siapa yang murka, dia juga akan mendapatkan kemurkaan (dari Allah).” (HR. At-Tirmidzi).

Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ. (رواه البخارى ومسلم)
“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu kepayahan, penyakit, kegalauan, kesedihan, gangguan ataupun kegundahan, hingga duri yang mengenainya, kecuali Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan musibah itu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Tanggapan beliau: “Ibu saya masih non-muslim, Pak Imron”.

Saudaraku,
Pada dasarnya kita kaum muslimin tidak dilarang untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang non-muslim yang tiada memerangi kita karena agama dan tidak pula mengusir kita dari negeri kita (non-muslim yang bersikap baik kepada kita). Demikian penjelasan Al Qur’an surat Al Mumtahanah ayat 8:

لَا يَنْهَـــٰــكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَــٰــتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَـــٰــرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾
”Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al Mumtahanah. 8).

Saudaraku,
Dalam konteks hubungan sosial-kemasyarakatan, pergaulan dengan non-muslim (apapun agamanya) tidaklah dilarang dalam agama Islam, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Mumtahanah di atas. Dengan berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka, hal ini justru bisa kita jadikan sebagai sarana untuk mengenalkan Islam kepada mereka sehingga akan timbul rasa simpati di hati mereka dan tidak muncul dugaan negatif kepada Islam, karena sesungguhnya Islam itu tidak identik dengan kekerasan. (Semoga Allah menjadikan kita sebagai jalan hidayah bagi orang lain. Amin, ya rabbal ‘alamin!).

Meskipun demikian, dalam urusan aqidah/keyakinan, sesungguhnya antara yang muslim dengan non-muslim harus ada batas pemisah yang jelas. Dalam urusan aqidah/keyakinan, biarlah semuanya berjalan sendiri-sendiri, sesuai dengan keyakinan masing-masing. Tidak boleh ada kerja sama**, tidak boleh ada intervensi*** (campur tangan) dari pihak lain. Demikian penjelasan Al Qur’an surat Al Kaafiruun ayat 6:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku". (QS. Al Kaafiruun: 6).

Saudaraku,
Terkait dengan permohonan do’a yang ingin disampaikan kepada non-muslim, tentunya kita harus lebih berhati-hati. Tidak sembarang do’a boleh kita sampaikan kepada non-mulim. Terhadap mereka yang non-muslim, sebaiknya kita do’akan agar mereka mendapat hidayah sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dimana Beliau pernah berdo’a agar Allah memberi hidayah kepada salah seorang dari dua lelaki, yaitu Abu Jahal atau Umar bin Al-Khattab.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ حَدَّثَنَا خَارِجَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْأَنْصَارِيُّ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar dan Muhammad bin Rafi' keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi telah menceritakan kepada kami Kharijah bin Abdullah Al Anshari dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pernah berdoa: "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu diantara kedua orang yang paling Engkau cintai, Abu Jahal atau Umar bin Khaththab." Ibnu Umar berkata; "Dan ternyata yang lebih Allah cintai di antara keduanya adalah Umar bin Khaththab." Abu Isa berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib dari hadits Ibnu Umar."(HR. Tirmidzi no. 3614).

Terkait ibunda saudaraku yang saat ini jatuh sakit dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit, maka sebagai seorang hamba, kita hanya bisa berdo’a semoga beliau masih bisa diberi kesembuhan sehingga pada akhirnya beliau bisa mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya yang jauh lebih baik daripada yang telah beliau raih selama ini. (Tentunya tiada yang lebih baik daripada yang telah beliau raih selama ini, selain mendapat hidayah dari Allah dan menemukan Islam di hari tuanya).

Dengan kita do’akan agar beliau masih bisa diberi kesembuhan (serta diberi panjang umur dan kesehatan) maka peluang untuk mendapatkan hidayah masih terbuka (jadi ujung-ujungnya kita berdo’a agar beliau diberi hidayah). Sedangkan jika beliau telah wafat dalam keadaan tidak beriman, maka beliau akan tetap dalam kekafiran untuk selama-lamanya. (Na’udzubillahi mindzalika!).

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْـئَــٰنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـــٰـــئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٨﴾
”Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih”. (QS. An Nisaa’. 18).

Sedangkan apabila kita mendo’akan agar beliau mendapat ampunan dari Allah, maka ini adalah perbuatan terlarang.

Saudaraku,
Kita kaum muslimin tidak diperkenankan untuk berdo’a memohonkan ampun kepada Allah bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat kita. Demikian penjelasan Al Qur’an surat At Taubah ayat 113 serta ayat 114:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ ءَامَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَىٰ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَـــٰبُ الْجَحِيمِ ﴿١١٣﴾
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam”. (QS. At Taubah. 113).

وَمَا كَانَ اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّٰهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ ﴿١١٤﴾
“Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun”. (QS. At Taubah. 114).

Tanggapan beliau: “Terimakasih, Pak Imron”.

Saudaraku yang dicintai Allah,
Membaca pesan yang saudaraku sampaikan di atas, seolah tak percaya akan kesabaran dan ketabahan saudaraku dalam menghadapi cobaan yang teramat berat ini. Semoga kesabaran dan ketabahan saudaraku tersebut, dilihat oleh Allah SWT. sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan saudaraku kepada-Nya. Amin, ya rabbal ‘alamin!

Saudaraku,
Dalam surat Al ‘Ankabuut ayat 2 – 3, diperoleh penjelasan bahwa tidaklah seseorang itu menyatakan telah beriman, kecuali akan Allah berikan ujian kepadanya sehingga bisa dibedakan antara orang-orang yang benar dalam keimanan mereka dengan orang-orang yang dusta dalam keimanannya (dan Allah adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui).

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾
(2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (3) Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al ‘Ankabuut. 2 – 3).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):

(2) (Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan) mengenai ucapan mereka yang mengatakan, ("Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji lagi?) diuji lebih dulu dengan hal-hal yang akan menampakkan hakikat keimanan mereka. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang masuk Islam, kemudian mereka disiksa oleh orang-orang musyrik.
(3) (Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar) di dalam keimanan mereka dengan pengetahuan yang menyaksikan (dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta) di dalam keimanannya. (QS. Al ‘Ankabuut. 2 – 3).

Bahkan beragam ujian juga menimpa para nabi dan rasul, orang-orang yang shiddiq (jujur keimanannya), para syuhada (yang mati syahid), serta hamba-hamba-Nya yang saleh dan yang beriman, yang mulia disisi-Nya.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُواْ الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْاْ مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللهِ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيبٌ ﴿٢١٤﴾
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (QS. Al Baqarah. 214).

Tafsir Jalalain (Jalaluddin As-Suyuthi, Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahalliy):

Ayat berikut diturunkan mengenai susah payah yang menimpa kaum muslimin: (Ataukah), maksudnya apakah (kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga. Padahal belum) maksudnya belum (datang kepadamu seperti) yang datang (kepada orang-orang yang terdahulu sebelum kamu) di antara orang-orang beriman berupa bermacam-macam cobaan, lalu kamu bersabar sebagaimana mereka bersabar? (Mereka ditimpa oleh); kalimat ini menjelaskan perkataan yang sebelumnya (malapetaka), maksudnya kemiskinan yang memuncak, (kesengsaraan) maksudnya penyakit, (dan mereka diguncang) atau dikejutkan oleh bermacam-macam bala, (hingga berkatalah) baris di atas atau di depan artinya telah bersabda (Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya) yang menganggap terlambatnya datang bantuan disebabkan memuncaknya kesengsaraan yang menimpa mereka, ("Bilakah) datangnya (pertolongan Allah) yang telah dijanjikan kepada kami?" Lalu mereka mendapat jawaban dari Allah, ("Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat") kedatangannya. (QS. Al Baqarah. 214).

Saudaraku,
Nampaklah sekarang, bahwa ternyata saudaraku tidaklah sendiri. Karena ternyata beragam ujian juga menimpa para nabi dan rasul, orang-orang yang shiddiq, para syuhada, serta hamba-hamba-Nya yang saleh dan yang beriman, yang bahkan jika kita mau jujur, beragam cobaan yang menimpa saudaraku (dan juga kita semua) tidaklah bisa dibandingkan dengan ujian yang menimpa mereka orang-orang yang mulia disisi-Nya.

Jika sudah demikian (dengan melihat fakta-fakta di atas), semoga saudaraku akan bisa lebih tegar dalam menghadapi cobaan yang teramat berat ini, sehingga semangat hidup-pun dapat tumbuh kembali.

Lebih dari itu, ketahuilah bahwa adanya cobaan yang teramat berat yang menimpa saudaraku tersebut, hal ini justru menunjukkan betapa Allah teramat sayang kepada saudaraku karena Allah telah menghendaki kebaikan bagi saudaraku.

Saudaraku,
Adakah yang lebih beruntung daripada orang yang Allah kehendaki kebaikan bagi dirinya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ. (رواه البخارى)
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Al Bukhari(.

Disamping itu semua, jika pada saat ini saudaraku ditimpa cobaan yang teramat berat, maka ketahuilah bahwa hal ini sekaligus juga menunjukkan betapa kuatnya agama saudaraku. Mengapa demikian?

Karena seseorang itu akan diberi cobaan oleh Allah SWT. sesuai dengan keadaan agamanya. Jika agamanya kuat, Allah SWT. akan berikan kepadanya cobaan yang berat. Sedangkan jika agamanya masih lemah, ia juga akan diuji sesuai dengan agamanya. Sehingga jika pada saat ini saudaraku ditimpa cobaan yang teramat berat, hal ini sekaligus juga menunjukkan betapa kuatnya agama saudaraku.

وَأَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ  رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras dikenai cobaan?” Jawab beliau, “Para nabi, lantas yang semisal, dan yang semisal. Seseorang akan tertimpa cobaan sesuai dengan keadaan agamanya. Jika agamanya kuat, cobaan itu pun keras. Jika agamanya masih lemah, ia akan diuji sesuai dengan agamanya. Tiadalah cobaan itu senantiasa menimpa seorang hamba sampai ia meninggalkan si hamba berjalan di muka bumi tanpa ada dosa padanya.” (HR. At-Tirmidzi, hadits dari Mush’ab bin Sa’d, dari ayahnya).

Berbahagialah engkau wahai saudaraku, karena dalam hal ini bukan aku yang menilai, namun yang menilai adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (baca kembali hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di atas).

Sedangkan segala yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (termasuk dalam hal ini), tidak lain adalah wahyu semata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berkata-kata tidaklah mengikuti hawa nafsunya, melainkan dibimbing oleh wahyu yang diturunkan kepada Beliau.

قُلْ إِنَّمَا أُنذِرُكُم بِالْوَحْيِ وَلَا يَسْمَعُ الصُّمُّ الدُّعَاءَ إِذَا مَا يُنذَرُونَ ﴿٤٥﴾
“Katakanlah (hai Muhammad): "Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan wahyu dan tiadalah orang-orang yang tuli mendengar seruan, apabila mereka diberi peringatan" (QS. Al Anbiyaa’. 45).

Saudaraku,
Terkait cobaan yang teramat berat yang menimpa saudaraku tersebut, perhatikan pula penjelasan Allah dalam surat Al Baqarah ayat 286 berikut ini:

لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا...
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...”. (QS. Al Baqarah ayat 286).

Berdasarkan ayat tersebut, sebenarnya kita juga bisa berpikir dari arah sebaliknya. Artinya, ayat tersebut sebenarnya juga menunjukkan bahwa seberat apapun beban hidup yang saat ini sedang mendera kita, pasti Allah telah siapkan bekal kepada kita untuk menghadapinya. Bukankah: ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya?”

Dengan demikian, jika pada saat ini saudaraku sedang mendapati adanya cobaan yang teramat berat, masalah demi masalah yang datang silih berganti, serta kesulitan demi kesulitan yang seolah datang tiada henti, maka tidak sepantasnya bagi saudaraku (dan juga bagi kita semua) untuk mengeluhkannya. Karena dalam hal ini, pasti Allah telah siapkan bekal kepada kita untuk menghadapinya.

Dengan kata lain, jika pada saat ini saudaraku sedang mendapati adanya cobaan yang teramat berat, masalah demi masalah yang datang silih berganti, serta kesulitan demi kesulitan yang seolah datang tiada henti, maka hal itu semua justru sebagai pertanda bahwa Allah SWT. hendak memberikan kebaikan/nikmat/kekuatan/kemudahan/rezeki kepada saudaraku.

Saudaraku,
Jika cara berpikir kita seperti ini, tentunya tidak ada alasan sedikitpun bagi kita untuk mengeluh, bagaimanapun situasi/kondisi yang sedang kita hadapi. Yang terjadi justru sebaliknya. Apalagi jika hal ini kita kaitkan dengan salah satu hadits qudsi dimana Ahmad, Ibn Majah dan Albaihaqi meriwayatkan, bahwa Allah berfirman: “Aku selalu mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, maka untung baginya. Dan jika berprasangka buruk, maka ia akan terkena bahayanya”.

Oleh karena itu, jadilah mukmin yang kuat (dalam menjalani beragam ujian yang sedang menimpa), karena mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَلَا تَعْجِزْ فَإِنْ غَلَبَكَ أَمْرٌ فَقُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ وَإِيَّاكَ وَاللَّوْ فَإِنَّ اللَّوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ. (رواه ابن ماجه)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sampai kepadanya berita, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dan dalam masing-masing (sifat itu) terdapat kebaikan. Maka bersungguh-sungguhlah kamu terhadap sesuatu yang bermanfaat, dan janganlah merasa lemah. Jika suatu perkara mengalahkanmu, maka katakanlah, 'Ketentuan (qadar) Allah (telah menentukan), dan apa yang Allah kehendaki, tentu Dia akan melaksanakannya.' Dan jauhkanlah ucapan, "Seandainya." Karena ucapan, "Seandainya," membuka (peluang) pekerjaan syetan." (HR. Ibnu Majah).

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا ﴿٢٨﴾
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al Kahfi. 28).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Terakhir, kudo’akan semoga Allah memudahkan semuanya untuk panjenengan sekeluarga. Dan dikuatkan iman Islam panjenengan sekeluarga dan selalu istiqomah di jalan-Nya yang lurus. Amin, ya rabbal ‘alamin.

حَدَّثَنَا أَبُو كَامِلٍ الْجَحْدَرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ يَعْنِي ابْنَ زِيَادٍ حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ الْأَشْجَعِيُّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُ مَنْ أَسْلَمَ يَقُولُ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي. (رواه مسلم)
49.32/4863. Telah menceritakan kepada kami Abu Kamil Al Jahdari telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid bin Ziyad; telah menceritakan kepada kami Abu Malik Al Asyja'i dari bapaknya, dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan kepada orang yang baru masuk Islam dengan do'a: “Allaahummaghfir lii warhamnii wahdinii warzuqnii”. (Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, tunjukkanlah aku, dan anugerahkanlah aku rizki). (HR. Muslim).

Semoga bermanfaat.

NB.
*)    Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami kembali.
**)   Yang saya maksud dengan kerja sama di sini, antara lain: orang-orang yang beragama Hindu bekerjasama dengan orang-orang Nasrani menyembah Yesus, dst.
***) Sedangkan yang saya maksud dengan intervensi, antara lain: kita ikut mengatur / memasukkan unsur-unsur Islam dalam peribadatan mereka yang non-muslim atau sebaliknya. Contohnya: setiap memulai peribadatan mereka yang non-muslim, kita paksakan untuk membaca basmalah. Atau sebaliknya, ketika seseorang hendak sholat di masjid, kemudian orang lain yang non-muslim telah memaksakannya untuk memakai salib. Atau dilakukan kompromi: saat ini seorang muslim dipersilahkan menyembah Allah, tetapi lain waktu menyembah sembahan-sembahan mereka selain Allah. Demikian juga mereka yang non-muslim melakukan hal yang sama secara bergantian sebagai jalan tengahnya untuk menuju kedamaian. Jadi, biarlah semuanya berjalan sendiri-sendiri, sesuai dengan keyakinan masing-masing, sebagaimana sudah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Kaafiruun ayat 6 di atas.

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞