بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Selasa, 01 Oktober 2013

MENGADAKAN PENGAJIAN PADA HARI KE-1 SAMPAI HARI KE-7 KEMUDIAN 40, 100 DAN 1.000 HARI SETELAH WAFATNYA SESEORANG


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat telah bertanya: “Pak Imron, apakah tahlilan ada tersurat di Al Qur'an? Kalau ada ayat berapa? Dan membaca Al Qur’an sampai khatam? Kemudian (mengadakan) pengajian hari ke-1 sampai hari ke-7, kemudian 40, 100 dan 1.000 hari setelah wafatnya seseorang seperti kebiasaan orang Jawa? Matur suwun”.

-----

Saudaraku...,
Tentang pengajian hari ke-1 sampai hari ke-7, kemudian 40, 100 dan 1.000 hari setelah wafatnya seseorang seperti kebiasaan orang Jawa, itu semua adalah warisan nenek moyang kita jaman dahulu yang mayoritas beragama Hindu. Dan sampai saat ini, aku belum menemukan dalilnya dalam Al Qur’an maupun Al Hadits.

Terkait dengan hal ini, sudah semestinya bagi kita untuk menyikapinya dengan bijak. Jika kita meyakini bahwa disunahkan (ada ibadah sunah) untuk mengadakan pengajian (mengadakan kegiatan tahlil) hari ke-1 sampai hari ke-7, kemudian 40, 100 dan 1.000 hari setelah wafatnya seseorang, sementara tidak ada satupun ayat Al Qur’an maupun Hadits yang mendasarinya, tentu saja langkah terbaik adalah meninggalkannya. Karena pada dasarnya semua ibadah itu dilarang kecuali jika ada dalilnya, baik berdasarkan Al Qur’an maupun Al Hadits. Jika kita mengada-adakan “ibadah baru” yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. / tidak ada dasarnya baik dari Al Qur’an maupun Al Hadits, maka jelas hal ini adalah bid’ah.

Diriwayatkan dari Jabir berkata, Rasulullah SAW. bersabda:

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. (رواه مسلم) 
“Kemudian daripada itu. Maka sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah Kitabullah. Dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Nabi Muhammad SAW. Dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan. Maka sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap kebid’ahan adalah sesat.” (HR. Muslim)

Namun jika kegiatan pengajian / tahlil tersebut tidak dikaitkan dengan hari ke-1 sampai hari ke-7, kemudian 40, 100 dan 1.000 hari setelah wafatnya seseorang (tidak meyakini bahwa disunahkan mengadakan pengajian / tahlil pada hari-hari tersebut), tentunya tidak masalah. Artinya ketika kita akan mengadakan pengajian / tahlil, sebaiknya hal ini kita niatkan sebagai ibadah yang tidak terkait dengan wafatnya seseorang, sekalipun pelaksanaannya bisa saja bertepatan dengan hari ke-1 sampai hari ke-7, kemudian 40, 100 atau 1.000 hari setelah wafatnya seseorang.

Jadi, kalaupun kita hendak mengadakan pengajian, silahkan saja. Kalaupun kita hendak membaca Al Qur’an sampai khatam, silahkan saja. Demikian juga jika kita hendak membaca tahlil (membaca kalimah: laa ilaaha illallaah). Bahkan hal itu semua adalah kegiatan-kegiatan yang sangat mulia, karena kita memang diperintahkan untuk berdzikir kepada-Nya (kalimat-kalimat  dzikir antara lain: kalimat thayyibah, istighfar, tasbih, tahmid dan shalawat Nabi). Demikian juga halnya dengan membaca Al Qur’an.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْراً كَثِيرًا ﴿٤١﴾
”Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya”. (QS. Al Ahzab. 41).

وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ ﴿٢٠٥﴾
”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’raaf. 205).

”Barang siapa yang akhir ucapannya saat akan meninggal dunia ’laa ilaaha illallaah’ niscaya dia akan masuk surga suatu ketika, meskipun sebelumnya dia tertimpa sesuatu”. (HR. Muslim, Ibnu Hibban dan Bazzar).

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ ﴿٢٩﴾ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ ﴿٣٠﴾
”Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS. Faathir. 29). “agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. Faathir. 30).

Saudaraku...,
Berdzikir kepada Allah SWT itu tidak ada persyaratan waktu, tempat, atau batasan-batasan tertentu. Dan berdzikir kepada Allah SWT bisa dilakukan sambil duduk, berdiri, atau berbaring. Demikian juga halnya dengan membaca Al Qur’an. Oleh karena itu, lakukanlah dengan niat yang tulus / ikhlas semata-mata karena menjalankan perintah-Nya.

قُلِ اللهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُ دِينِي ﴿١٤﴾
”Katakanlah: "Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku". (QS. Az Zumar. 14).

Saudaraku...,
Karena telah jelas perintah untuk berdzikir kepada-Nya, sedangkan berdzikir kepada Allah SWT itu tidak ada persyaratan waktu, tempat, atau batasan-batasan tertentu, maka lakukanlah dengan niat yang tulus / ikhlas semata-mata karena menjalankan perintah-Nya.

Niatkanlah hal itu sebagai ibadah sunah yang bisa dilaksanakan kapan saja. Bisa dilaksanakan pada pagi hari, siang hari, atau malam hari. Bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah melaksanakan sholat fardlu. Bisa dilaksanakan setelah seseorang wafat, sekalian mendo’akannya agar segala kekhilafannya mendapat ampunan dari-Nya dan segala amal kebajikannya dapat diterima oleh-Nya. Bisa juga dilaksanakan pada waktu-waktu yang lainnya. (Wallahu ta’ala a’lam).

Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika terdapat kesalahan / kekhilafan.

Mohon maaf atas keterbatasan ilmuku. Karena bagimanapun juga, sampai saat ini aku benar-benar menyadari bahwa wawasan ilmuku masih sangat terbatas. Oleh karena itu, ada baiknya jika saudaraku juga bertanya kepada alim ulama’ di sekitar saudaraku tinggal. Semoga bisa mendapatkan penjelasan / jawaban yang lebih memuaskan. Karena bagaimanapun juga, mereka (para ulama') lebih banyak memiliki ilmu dan keutamaan daripada aku.

Semoga bermanfat.

NB.
1.    Kegiatan tahlil hakikatnya adalah majelis dzikir dan tadarus Al Qur’an, suatu kegiatan yang sangat mulia yang bisa dilaksanakan kapan saja, tidak ada persyaratan waktu, tempat, atau batasan-batasan tertentu sebagaimana penjelasan di atas. (Wallahu ta’ala a’lam).
2.    Artikel terkait, silahkan membaca artikel yang berjudul: “Seputar Masalah Bidah. (Silahkan klik di sini: http://imronkuswandi.blogspot.com/2012/04/seputar-masalah-bidah.html ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞