Saudaraku…,
Dalam Al Qur’an, Allah SWT. telah berfirman: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam: 44).
Bahkan ketika kita telah meraihnya dengan berbagai cara tanpa menghiraukan norma-norma agama sekalipun. Seolah dengan kesuksesan demi kesuksesan yang pada akhirnya tetap kita raih tersebut, telah menjadi pembenaran dari ketakaburan kita. Seolah dengan keberhasilan demi keberhasilan yang akhirnya kita raih dengan baik tersebut, telah membuat kita menjadi tidak menyadari akan ancaman siksa Allah (na’udzubillahi mindzalika!). Hingga pada akhirnya bisa membuat kita menjadi tidak terlalu khawatir dengan semuanya* ini. Bukankah Allah Maha Pengampun lagi Penyayang???
*) Yang dimaksud dengan: tidak terlalu khawatir dengan semuanya* di sini adalah semua perbuatan maksiat yang telah, sedang dan akan kita lakukan dalam upaya untuk meraih keberhasilan demi keberhasilan tersebut. Na’udzubillahi mindzalika!
Saudaraku…,
Jika situasinya sudah seperti ini, maka tanpa kita sadari, kita akan menjadi biasa saja menghalalkan berbagai cara ’tuk menggapai apa yang kita inginkan. Toh pada kenyataanya, keberhasilan demi keberhasilan tetap dapat kita raih dengan baik.
Pada perkembangan lebih lanjut (tanpa kita sadari), pada akhirnya kita menjadi ringan saja mengatakan bahwa Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, sementara pada saat yang sama kita terus dan terus bermaksiat kepada-Nya, demi meraih berbagai keberhasilan tersebut. Na’udzubillahi mindzalika!
Padahal, Allah telah berfirman dalam Al Qur’an: ”Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah** dan bertakwa*** kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. (QS. An Nuur. 52).
**) Yang dimaksud dengan: takut kepada Allah** ialah takut kepada Allah disebabkan dosa-dosa yang telah dikerjakannya. Dan yang dimaksud dengan takwa*** ialah memelihara diri dari segala macam dosa-dosa yang mungkin terjadi, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Lebih dari itu, kita juga menjadi lupa, bahwa jika situasinya sudah seperti ini, maka sesungguhnya kita benar-benar berada dalam ancaman siksa Allah. Bukankah Allah SWT. telah berfirman dalam surat Al An’aam ayat 44 …??? “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam: 44). Na’udzubillahi mindzalika!
”Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah”. (QS. Luqman. 33).
Semoga bermanfaat!
NB.
****) Yang dimaksud dengan “Pintu-pintu Kesuksesan” dalam artikel ini adalah “Pintu-pintu Kesenangan Duniawi”.