Assalamu’alaikum
wr. wb.
Seorang
akhwat telah bertanya: ”Pak Imron, bagaimana caranya mengatasi rasa cemburu dan
curiga kepada suami...? Jujur saya merasa takut suami berselingkuh ataupun
mencintai wanita lain...!!! Sebenarnya saya ’nggak mau curiga ke suami Pak..
Tapi mungkin syaitan (telah) menggoda saya... Sampai saya rajin membuka HP
suami.. Sampai suatu hari saya temukan SMS suami ke nomor tanpa nama.. Dan saya
cek adalah nomor wanita”.
Saudaraku...,
Silahkan
bersuka cita, tetapi janganlah kita terlalu bersuka cita / terlalu bergembira
dengan apa saja yang telah berhasil kita raih / telah berhasil kita miliki. Termasuk
kepada sang suami. Silahkan mencintainya, tapi jangan terlalu mencintainya.
Bersikaplah yang sewajarnya saja, karena semuanya itu (termasuk suami), pada
hakekatnya hanyalah titipan Allah semata.
Sebaliknya:
silahkan berduka cita, tetapi jangan terlalu berduka cita (apalagi sampai larut
di dalamnya) terhadap segala sesuatu yang luput dari kita, apakah itu berupa
kehilangan jabatan, pekerjaan, harta kekayaan, orang-orang yang kita cintai,
dll., termasuk jika saudaraku harus mendapati kemungkinan terburuk (kehilangan
suami tercinta karena beliau wafat, atau karena pergi meninggalkan saudaraku
begitu saja atau sebab-sebab lainnya). Ingatlah, bahwa pada hakekatnya semuanya
itu hanyalah titipan Allah semata. Karena sesungguhnya Allah-lah
pemilik seluruh alam semesta beserta isinya, termasuk jiwa dan raga kita.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Hadiid ayat 23 berikut
ini:
لِكَيْلَا تَأْسَوْا
عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿٢٣﴾
“(Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira* terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri,” (QS. Al Hadiid. 23). *) Yang dimaksud dengan terlalu
gembira disini adalah gembira yang telah melampaui batas, yang menyebabkan
kesombongan, ketakaburan, dan lupa kepada Allah.
Saudaraku...,
Satu hal
yang harus kita tanamkan dalam hati kita, bahwa sebagai seorang muslim /
muslimah yang baik, maka seharusnya cinta kita 100% hanya untuk Allah semata.
Kalaupun
kita harus mencintai istri (suami) kita, termasuk cinta kita kepada orang tua,
anak, saudara, dll., maka semuanya itu hanyalah dalam rangka memenuhi perintah
Allah semata (sebagai perwujudan cinta kita kepada-Nya). Dan jika
suatu ketika Allah memerintahkan kita untuk menceraikan istri (suami) kita,
maka (karena cinta kita kepada Allah) kita juga harus menceraikannya. Misal:
ketika tiba-tiba sang istri (suami) murtad, maka terlebih dahulu kita harus
berupaya semaksimal mungkin untuk mengajaknya kembali. Namun jika ternyata sang
istri tetap tidak mau, maka kita harus tinggalkan dia. Sekalipun kecantikannya
masih membuat kita terpesona, juga kelembutan sikapnya, dll. (Semoga hal ini
tidak sampai terjadi pada istri/suami kita. Amin!)
Terus,
apakah sebaiknya kita musti lari dari semua ini? Karena takut jatuh dan
kehilangan suami tercinta? Karena takut disakiti?.
Jawabnya:
Mengapa harus lari dari semua ini? Bukankah tidak ada satupun
diantara kita yang mampu menghindar dari masalah selama kita masih menjalani
kehidupan di dunia ini?
Sebaiknya
hadapi saja, wahai saudaraku. Sambil terus berupaya untuk memberikan yang
terbaik buat suami tercinta dan terus berdo’a kepada-Nya agar diberikan jalan
terbaik. Jika memang dia benar-benar suami yang baik yang mampu membimbing
saudaraku dalam menggapai ridho-Nya, mohonlah kepada-Nya agar pernikahan ini
dapat dipertahankan untuk selamanya. Sedangkan jika ternyata dia bukanlah suami
yang baik, mohonlah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan
dari-Nya sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk
kemudian segera bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini
dapat dipertahankan untuk selamanya.
Saudaraku…,
Setelah
kita berupaya secara maksimal, maka apapun yang akan terjadi, terimalah dengan
hati yang lapang. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa
kita menjadi tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
“Hai jiwa
yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27 – 28).
Demikian
yang bisa kusampaikan. Mohon koreksinya jika ada kekurangan / kesalahan.
Semoga
bermanfaat.
-----
Beliau
mengatakan: ”Pak Imron, saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak
curiga ataupun mencari tahu ataupun cemburu... Tetapi terkadang sebagai
perempuan saya lemah Pak... Menurut Bapak, sebaiknya bagaimana sikap saya
kepada suami, apakah saya jujur berkata telah membuka HP-nya dan membaca SMS-nya
untuk seorang wanita... atau saya biarkan dan saya lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT., Pak?”
Saudaraku...,
Pada
umumnya kaum lelaki itu punya ego yang tinggi serta harga diri yang tinggi pula
(semoga saya tidak termasuk yang demikian). Berterus-terang kepada suami bahwa
saudaraku telah membuka HP-nya, apalagi sampai membaca SMS untuk seorang
wanita, itu sungguh-sungguh sangat berbahaya, Bu. Suami bisa
sangat tersinggung. Dan ini bisa menyebabkan terjadinya pertengkaran
terus-menerus.
-----
Beliau
mengatakan: ”Benar Pak.. Lantas konkritnya bagaimana saya bersikap sebaiknya?”
Saudaraku...,
Seperti yang
sudah aku sampaikan tadi, bahwa sebaiknya hadapi saja dengan tenang, sambil
terus berupaya untuk memberikan yang terbaik buat suami tercinta dan terus
berdo’a kepada-Nya agar diberikan jalan terbaik. Jika memang dia benar-benar
suami yang baik yang mampu membimbing saudaraku dalam menggapai ridho-Nya,
mohonlah kepada-Nya agar pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.
Sedangkan jika ternyata dia bukanlah suami yang baik, mohonlah kepada-Nya agar
dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya sehingga bisa segera
belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera bisa berubah ke arah
yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat dipertahankan untuk selamanya.
Setelah
kita berupaya secara maksimal, maka apapun yang akan terjadi, terimalah dengan
hati yang lapang. Kembalikan semua urusan ini hanya kepada-Nya, supaya jiwa
kita menjadi tenang.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
“Hai jiwa
yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya”. (QS. Al Fajr. 27 – 28).
-----
Beliau
mengatakan: ”Suami saya termasuk lelaki taat, Pak.. Dan dia pernah bilang bahwa
dia takut kepada Allah SWT... Tapi hati saya selalu curiga.. Saya sudah
perbanyak dzikir dan sholat malam.. Ada kalanya saya tenang, tapi ada kalanya saya
memuncak curiganya”.
Saudaraku...,
Sudah
menjadi sesuatu yang wajar jika kita berharap agar semuanya berjalan baik-baik
saja. Jika itu terkait dengan suami, maka kita berharap agar sang suami tetap
setia untuk selamanya, dst.
Namun jika
dalam perjalanan waktu kemudian ada kekhilafan dari suami tercinta, maka
berdo’alah kepada-Nya agar dia segera mendapat petunjuk dan bimbingan dari-Nya
sehingga bisa segera belajar dari kesalahannya selama ini untuk kemudian segera
bisa berubah ke arah yang lebih baik sehingga pernikahan ini dapat
dipertahankan untuk selamanya.
Dan jika
pada akhirnya sang suami menyadari kesalahannya kemudian mulai belajar untuk
berubah ke arah yang lebih baik, sebaiknya maafkanlah kesalahannya. Semoga
kelapangan dada kita dalam menghadapi keadaan yang demikian sulit ini, dapat
dilihat oleh Allah sebagai amal kebajikan sehingga dapat menambah ketakwaan
kita kepada-Nya. Amin!
Namun jika
ternyata sang suami tetap seperti sekarang (bahkan kondisinya semakin memburuk)
sehingga saudaraku tidak mampu untuk memaafkan kesalahannya, maka kembalikan
semua urusan ini hanya kepada-Nya. Yakinlah, bahwa Allah akan memberikan
keputusan terbaik diantara kita. Karena Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana,
sebagaimana janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ
عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan
Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).
Sedangkan
Allah tidak akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana penjelasan Al Qur’an
dalam surat Ar Ruum ayat 6:
وَعْدَ اللهِ لَا
يُخْلِفُ اللهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
"(sebagai)
janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar Ruum. 6).
-
Ya… Tuhan
kami,
Berilah
kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang
telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami hanya
berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin...!
وَلَوْ أَنَّهُمْ
رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا
اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau
mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya
kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula)
Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada
Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At
Taubah. 59).
-----
Beliau
mengatakan: ”Terima kasih Pak, atas pencerahannya... Saya
merasa dapat kekuatan dari sharring ini.. untuk lebih bertaqwa dan ikhlas.. Juga
untuk lebih sabar menghadapi kehidupan ini.. Semoga amal baik Bapak mendapat
balasan dari Allah SWT... Dan semoga ke depan Bapak masih mau berbagi
penjelasan serta pencerahan bagi saya maupun saudara sesama muslim lainnya.. Amin!
Sekali lagi terima kasih, Pak.. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”.
Demikian hasil
dialog ini,
Semoga
bermanfaat.