Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku…,
Dari tulisan sebelumnya yang berjudul “Belajar Dari Kisah Nabi Adam as (I)”,
diperoleh penjelasan bahwa syaitan telah melakukan
apapun dalam upayanya untuk menjerumuskan Nabi Adam AS bersama isterinya (yakni Hawa) ke dalam jurang kehinaan. Bahkan mereka tak segan-segan
untuk bersumpah atas nama Allah bahwa mereka hanyalah hendak
menyampaikan nasihat dan anjuran baik belaka (yang tentunya hal ini adalah
sumpah palsu), hingga Nabi Adam-pun bisa tergelincir oleh tipu dayanya.
فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ
بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَاتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ
الْجَنَّةِ ... ﴿٢٢﴾
“maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu)
dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun
surga. ..."
(QS. Al A’raaf. 22).
Saudaraku…,
Setelah keduanya termakan oleh bujuk rayu syaitan (yakni untuk memakan buah itu) hingga nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun surga, kemudian
Allah-pun menyeru kepada
keduanya:
"Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku
katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
kamu berdua?"
...
وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل
لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَآنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿٢٢﴾
“... Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku
telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu:
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" (QS.
Al A’raaf. 22).
Saudaraku...,
Menyadari
akan hal itu, maka keduanyapun berdo’a:
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٢٣﴾
"Rabbanaa
dzolamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal
khoosiriin"
“Keduanya
berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).
Dan
Allah-pun menerima taubat keduanya:
فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ
إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿٣٧﴾
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya,
maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang”. (QS. Al Baqarah. 37).
HIKMAH YANG BISA KITA PETIK DARI KISAH INI
1. Dahsyatnya
Tipu Daya Syaitan
Dari kisah
di atas, nampak jelas betapa dahsyatnya tipu daya syaitan itu. Pada mulanya
dinampakkan janji-janji indah serta berbagai kesenangan / kemegahan. Namun
pada akhirnya (jika diperturutkan tipu daya syaitan), kehancuranlah yang
didapatkan.
Meskipun
demikian,
Meskipun
demikian dahsyatnya tipu daya syaitan itu, namun ternyata ampunan Allah adalah jauh lebih besar daripada yang kita
pikirkan.
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ
اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعاً إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).
Sehingga
ketika Nabi Adam AS bersama isterinya
benar-benar berniat ikhlas untuk bertaubat karena mencari ampunan Allah semata
serta mengakui + menyesali dosa yang telah mereka perbuat dan berjanji +
bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya itu, maka Allah-pun menerima taubat keduanya (sebagaimana
penjelasan surat Al Baqarah ayat 37 di atas).
2. Rujukan Untuk Bertaubat
Kita bisa menjadikan do’a Nabi Adam AS bersama isterinya yang telah diabadikan oleh Allah dalam Al Qur'an surat Al
A'raaf ayat 23 di atas,
sebagai rujukan manakala kita hendak bertaubat kepada Allah atas segala dosa
yang telah kita perbuat, khususnya yang terkait dengan Allah SWT.
Saudaraku...,
Dari penjelasan Al Qur'an surat Al A'raaf ayat 23 di atas, ada 3 hal yang harus kita lakukan agar taubat kita
diterima oleh Allah SWT, manakala kita berbuat dosa yang terkait dengan Allah SWT, seperti: tidak menjalankan
perintah-perintah-Nya serta tidak menjauhi larangan-larangan-Nya, yaitu:
Pertama:
Mengakui +
menyesali dosa yang telah diperbuat. Hal ini tercermin dalam potongan ayat
berikut ini:
...
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا ... ﴿٢٣﴾
“... Ya
Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, ...". (QS. Al A’raaf. 23).
Kedua:
Benar-benar
berniat ikhlas untuk bertaubat karena mencari ampunan Allah SWT. Hal ini
tercermin dalam potongan ayat berikut ini:
...
وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٢٣﴾
“..., dan
jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).
Ketiga:
Untuk
point yang ketiga, hal ini tidak secara explisit tertulis pada ayat tersebut (surat Al A'raaf ayat 23) yaitu berjanji + bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosa
itu lagi (pada kenyataannya Nabi Adam AS bersama
isterinya memang benar-benar tidak pernah mengulangi perbuatan dosanya lagi).
Jika ketiga hal ini kita lakukan dengan sungguh-sungguh,
insya Allah Allah-pun akan menerima taubat kita
sebagaimana Dia telah menerima taubat Nabi Adam AS bersama isterinya (sebagaimana
penjelasan surat Al Baqarah ayat 37 di atas).
Keempat:
Jika perbuatan dosa yang kita lakukan ternyata
terkait dengan hak-hak orang lain, maka disamping harus kita lakukan ketiga hal
di atas, ada tambahan satu syarat lagi yang harus kita lakukan agar taubat kita diterima oleh Allah SWT, yaitu: hendaklah kita mengembalikan hak-hak tersebut kepada yang memilikinya atau minta dihalalkan. Hal ini berdasarkan dua hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta Abu
Dawud berikut ini:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
كَانَ عِنْدَهُ لِأَخِيْهِ مَظْلَمَةٌ فَلْيَتَحَلَّلْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ
لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا. إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ
مِنْ حَسَناَتِهِ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٍ
أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. (رواه البخارى)
“Siapa yang memiliki kezaliman
terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta kehalalan saudaranya tersebut pada
hari ini, sebelum datang suatu hari saat tidak berlaku lagi dinar dan tidak
pula dirham. Jika ia memiliki amal saleh, akan diambil dari kebaikannya sesuai
dengan kadar kezaliman yang diperbuatnya lalu diserahkan kepada orang yang
dizaliminya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan, akan diambil kejelekan
saudaranya yang dizaliminya lalu dibebankan kepadanya.” (HR. al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِطِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ. (رواه ابو داود)
“Tidak halal harta seorang
muslim kecuali dengan kerelaan dari dirinya.” (HR. Abu Dawud).
Demikian yang bisa
kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan ilmuku.
Semoga kita semua senantiasa
berada dalam bimbingan-Nya, dijauhkan dari tipu daya syaitan serta senantiasa
mendapat ridho dari-Nya. Ingat, bahwa mereka bisa melihat kita, sementara kita
tidak bisa melihat mereka!
يَا بَنِي آدَمَ لاَ
يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ
يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ
هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ
أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ ﴿٢٧﴾
“Hai anak
Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya
untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa
melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Al A’raaf. 27).
Semoga bermanfaat.
{Tulisan ke-2 dari 2 tulisan}