بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Sabtu, 05 Juli 2014

MENGAPA KITA MEMBACA SHALAWAT?



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seseorang (saudara sesama muslim) telah menyampaikan sebuah pertanyaan: “Mengapa kita membaca shalawat?”

Saudaraku, kita membaca shalawat karena:
1.  Diperintah oleh Allah SWT.
2.  Untuk meneguhkan iman kita bahwa Nabi Muhammad SAW. bukan Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan / tidak perlu dibacakan do’a keselamatan, karena Tuhan adalah sumber keselamatan.
3.  Sebagai salah satu perwujudan cinta kita kepada Rasulullah SAW.
4.  Kita bershalawat kepada Rasulullah SAW., pada hakekatnya adalah untuk diri kita sendiri. Karena disaat kita bershalawat kepada Rasulullah SAW. satu kali, kita malah dapat sepuluh kali (Allah akan memberikan kerahmatan kepada kita sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi).

-----

1.  Kita membaca shalawat karena diperintah oleh Allah SWT.

Saudaraku…,
Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al An’aam ayat 162 – 163 berikut ini:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
(162) “Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”, (163) “tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 162 – 163).

Ya, apapun yang kita lakukan (shalat kita, ibadah kita, hidup kita dan mati kita), semuanya hanyalah untuk Allah semata. Dan sebagai konsekuensi logis dari hal ini, bahwa apapun yang datang dari-Nya, maka sikap kita adalah:  سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا  (kami mendengar dan kami patuh). Artinya apapun yang datang dari-Nya, kita terima dan kita laksanakan apa adanya (seutuhnya) tanpa adanya tawar menawar sedikitpun.

Allah SWT. berfirman dalam Al Qur’an surat An Nuur ayat 51:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: "Kami mendengar dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. An Nuur. 51)

Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Ahzaab ayat 36, Allah SWT. berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالاً مُّبِيناً ﴿٣٦﴾
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”. (QS. Al Ahzaab. 36)

Sehingga ketika ada perintah dari Allah agar kita orang-orang yang beriman bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. dan mengucapkan salam penghormatan kepada Beliau (surat Al Ahzaab ayat 56), maka tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali melaksanakan perintah yang datangnya dari Allah tersebut dengan penuh keikhlasan.

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴿٥٦﴾
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al Ahzaab. 56).

2. Kita membaca shalawat, hal ini untuk meneguhkan iman kita bahwa Nabi Muhammad SAW. hanyalah hamba Allah (surat Al Jin ayat 19), bukan Tuhan. Tuhan tidak membutuhkan / tidak perlu dibacakan do’a keselamatan, karena Tuhan adalah sumber keselamatan. Dari Tuhanlah datangnya keselamatan itu!

وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَداً ﴿١٩﴾
“Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya”. (QS. Al Jin. 19).

3.  Sebagai salah satu perwujudan cinta kita kepada Rasulullah SAW.

Bagi setiap muslim yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW, maka mencintai Rasulullah SAW. (sesudah mencintai Allah) adalah di atas segala-galanya.

Allah telah berfirman dalam surat At Taubah ayat 24:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS. At Taubah. 24).

Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a.:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ. (رواه البخارى و مسلم)
“Tiga hal yang jika ketiganya ada pada diri seseorang niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman: hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, hendaklah dia mencintai seseorang serta tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Saudaraku…,
Orang yang mencintai seseorang (atau siapapun / apapun itu), maka dia pasti akan banyak menyebut dan mengingatinya. Demikian pula ketika kita mencintai Rasulullah SAW., maka kita juga senantiasa menyebut dan mengingatinya, yaitu dengan bershalawat kepadanya.

4. Kita bershalawat kepada Rasulullah SAW., pada hakekatnya adalah untuk diri kita sendiri. Karena disaat kita bershalawat kepada Rasulullah SAW. satu kali, kita malah dapat sepuluh kali (Allah akan memberikan kerahmatan kepada kita sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi). Demikian penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim berikut ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا. (رواه مسلم)
“Siapa yang bershalawat untukku satu kali maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali (Allah akan memberikan kerahmatan padanya sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi).” (HR. Muslim).

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w, bersabda: "Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali shalawat, maka Allah akan memberikan kerahmatan padanya sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi." (Riwayat Muslim)

Demikian,
Semoga bermanfaat.



Kamis, 03 Juli 2014

TENTANG SEPUTAR SHALAT TAHAJUD, SHALAT HAJAT SERTA SHALAT ISTIKHARAH



Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang akhwat telah bertanya:
1.  Pak saya mau tanya tentang shalat tahajud. Saya baca dalam buku, shalat tahajud dua raka'at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas dan tiap dua raka'at salam. Yang saya mau tanyakan adalah apakah saat kita akan melakukan raka'at berikutnya kita harus baca niat lagi (ushalli)?
2.  Tentang shalat hajat dan shalat istikharah. Kapan waktu yang baik kita melakukannya, siang/malam?

-----

Saudaraku,
Sebelumnya kusampaikan terimakasih atas kesediaannya untuk bersama-sama belajar. Dan semoga semangat untuk belajar tidak pernah padam hingga akhir hayat kita. Amin, ya rabbal ‘alamin!

1.  Pak saya mau tanya tentang shalat tahajud. Saya baca dalam buku, shalat tahajud dua raka'at dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas dan tiap dua raka'at salam. Yang saya mau tanyakan adalah apakah saat kita akan melakukan raka'at berikutnya kita harus baca niat lagi (ushalli)?

Ya, benar sekali wahai saudaraku. Shalat tahajud itu dua rakaat dua rakaat. Dan setiap selesai mengucapkan salam kemudian hendak melaksanakan shalat dua rakaat berikutnya, harus diawali dengan niat lagi. Karena sesungguhnya sahnya suatu amalan itu tergantung kepada niatnya. Sebagaimana disampaikan oleh Umar ibnul Khaththab:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. (رواه البخارى ومسلم)
Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai apa yang dia niatkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sedangkan dalam hadits yang lain, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عُمَرَأَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. (رواه البخارى)    
Dari Alqamah bin Waqash dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan”. (HR. Bukhari).

Sedangkan lafadz niatnya shalat tahajud adalah sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالىٰ
Ushallii sunnatat-tahajjudi rak'ataini lillaahi ta'aalaa, artinya: “Aku niat shalat sunnah tahajud dua raka’at karena Allah ta’ala”.

Saudaraku…,
Sebenarnya niat itu terletak di hati, karena niat adalah perbuatan hati. Sehingga sebenarnya tanpa mengucapkan dengan lisan-pun tak masalah, yang penting dalam hati sudah berniat. Apalagi memang tidak ditemukan adanya hadits yang shahih yang menjelaskan tentang adanya tuntunan melafadzkan niat dari Rasulullah SAW. ketika hendak memulai shalat.

Meskipun demikian, bagi yang melafadzkan niat tentunya juga bukan tanpa dasar. Melafadzkan niat shalat pada saat menjelang takbiratul ikhram ditujukan untuk membantu mengingatkan hati sehingga membuat seseorang lebih khusyu’ dalam melaksanakan shalatnya. Dengan kata lain, melafadzkan niat shalat merupakan wujud dari kehati-hatian.

Berikut ini adalah hadits yang menjadi dasar melafadzkan niat:

Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin ra. Beliau berkata: “Pada suatu hari Rasulullah SAW. berkata kepadaku: “Wahai Aisyah, apakah ada sesuatu yang dimakan? Aisyah r.a. menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak ada pada kami sesuatu pun”. Mendengar itu Rasulullah SAW. bersabda: “Kalau begitu hari ini aku puasa”. (HR. Muslim).

Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah SAW. mengucapkan niat ketika beliau hendak berpuasa sunnah.

Rasulullah SAW. juga pernah melafadzkan niat pada saat melaksanakan ibadah haji.

Diriwayatkan dari Abu Bakar Al-Muzani dari Anas r.a., beliau berkata:

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّا. (رواه مسلم)
Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan talbiyah haji dan umrah bersama-sama sambil mengucapkan: "Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk melaksanakan haji dan umrah". (HR. Muslim).

Sekali lagi disampaikan, bahwa fungsi melafadzkan niat adalah untuk mengingatkan hati agar lebih siap dalam melaksanakan shalat sehingga dapat mendorong pada kekhusyu’an. Adapun melafadzkan niat itu sendiri adalah diluar sholat (yaitu sebelum takbiratul ikhram) sehingga tidak bisa dihukumkan sebagai menambah-nambah dalam ibadah. Dan karena pelaksanaannya di luar shalat (shalat itu dimulai dari takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, sedangkan rukun shalat itu dilakukan di dalam sholat bukan di luar sholat), sementara melafadzkan niat itu tidak dianggap sebagai perkara yang wajib (hanya sekedar penegasan), maka jika tidak dikerjakan/jika ditinggalkan, shalatnya tetap sah.

Saudaraku,
Untuk masalah-masalah fiqih seperti ini, memang tidak jarang dijumpai terjadinya perbedaan pendapat dikalangan 'ulama'. Menghadapi hal ini, maka sikap kita adalah: mengambil satu pendapat yang kita condong kepadanya, kemudian tidak serta merta menyalahkan pendapat yang lain. (Wallahu a'lam).

Catatan:
Shalat tahajud sendiri merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)
“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (bulan Muharram). Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam”. (HR. Muslim).

Sedangkan dalam Al Qur’an surat Al Israa’ ayat 79, diperoleh penjelasan sebagai berikut:

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا ﴿٧٩﴾
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al Israa’. 79).

Lebih dari itu, ketahuilah bahwa sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa yang ketika hidup di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik, sementara mereka itu sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah SWT., maka bagi mereka itu nantinya akan berada di dalam taman-taman surga. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu!

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّــــٰتٍ وَعُيُونٍ ﴿١٥﴾ ءَاخِذِينَ مَا ءَاتَـــٰــهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَٰلِكَ مُحْسِنِينَ ﴿١٦﴾ كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ ﴿١٧﴾ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ ﴿١٨﴾
(15) “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air”, (16) “sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik”; (17) “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam”; (18) “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)”. (QS. Adz Dzaariyaat. 15 – 18).

Oleh karena itu, tetaplah istiqamah untuk melaksanakan shalat tahajud di saat yang lain sedang tertidur lelap. Semoga Allah SWT. meridhoi niatan baik ini. Amin, ya rabbal ‘alamin!

-----

2.  Tentang shalat hajat dan shalat istikharah. Kapan waktu yang baik kita melakukannya, siang atau malam?

2a. Shalat hajat

Saudaraku…,
Shalat hajat adalah shalat sunnah yang dilakukan karena adanya suatu hajat, keinginan atau keperluan tertentu, baik keperluan yang berhubungan dengan duniawi ataupun ukhrawi (tentunya yang dimaksudkan di sini adalah bukan hajat yang haram / yang tidak dilarang agama). Shalat hajat adalah shalat sunnah yang lebih dikhususkan untuk memohon kepada Allah SWT agar dikabulkan segala hajat.

Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 45 – 46, Allah SWT berfirman:

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَـــٰشِعِينَ ﴿٤٥﴾ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـــٰــقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿٤٦﴾
(45) “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (46) “(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (QS. Al Baqarah. 45 – 46).

Tidak ada waktu khusus untuk melaksanakan shalat hajat. Yang penting tidak dilaksanakan pada waktu yang dilarang untuk melakukan shalat, seperti setelah shalat Ashar dan setelah shalat Subuh. Shalat hajat dilakukan sendiri, tidak berjamaah. Banyaknya rakaat dalam shalat hajat yaitu minimal dua rakaat dan maksimal sebanyak dua belas rakaat.

2b. Shalat istikharah

Saudaraku…,
Shalat istikharah adalah shalat untuk meminta pilihan kepada Allah (istikharah artinya meminta pilihan). Sebagai makhluk yang jauh dari kesempurnaan, manusia tidak memiliki kemampuan yang sempurna untuk melihat keghaiban masa depan, apakah itu baik atau buruk nantinya. Inilah hikmah dari disunnahkannya shalat istikharah, agar manusia tetap menjalin hubungan dengan Tuhannya saat akan menentukan pilihan serta meminta pertolongan-Nya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat.

Sedangkan tata cara shalat istikharah adalah seperti shalat sunnah biasa, dijalankan dalam dua rakaat. Tidak ada waktu khusus untuk melaksanakannya, namun shalat istikharah disunnahkan serta merta saat seseorang menghadapi masalah.

Demikian penjelasan yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku.

Semoga bermanfaat!

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞