Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat telah bertanya: “Pak Imron
(saya) mau nanya. Apa betul ada manusia yang bisa melihat arwah orang yang
sudah meninggal? Terimakasih”.
Saudaraku,
Untuk mengetahui segala sesuatu tentang ruh,
apakah itu ruhnya orang yang masih hidup maupun ruh yang telah berpisah dari
jasadnya (ruhnya orang yang sudah meninggal), kita memerlukan informasi yang
benar, akurat dan meyakinkan karena hal ini adalah permasalahan ghaib yang
mustahil untuk kita ketahui kecuali hanya jika diberitakan oleh satu-satunya
pihak yang mengetahui rahasia alam ghaib yakni Allah Ta`ala.
Informasi yang benar, akurat dan meyakinkan tentang
seputar masalah ruh tersebut telah Allah sampaikan melalui utusan-Nya, Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (yakni
melalui ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits). Sedangkan informasi/jawaban-jawaban
yang tidak berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hanyalah sebatas prasangka dan dugaan semata.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ruh ini. Perhatikan firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Israa’
ayat 85 berikut ini:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ
رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Tafsir Jalalain:
(Dan mereka bertanya kepadamu) yaitu orang-orang Yahudi
(tentang roh,) yang karenanya jasad ini dapat hidup (Katakanlah) kepada mereka!
(“Roh itu termasuk urusan Rabbku) artinya termasuk ilmu-Nya oleh karenanya
kalian tidak akan dapat mengetahuinya (dan tidaklah kalian diberi pengetahuan
melainkan sedikit") dibandingkan dengan ilmu Allah SWT.
Saudaraku,
Aku tegaskan lagi, bahwa Allah SWT hanya
memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini.
Sehingga jika ada orang yang mengaku bisa melihat ruh orang yang
sudah meninggal, bisa dipastikan bahwa ini hanyalah kebohongan semata.
Demikian pula, tidaklah benar pengakuan para tukang sihir
tentang kemampuan mereka mendatangkan roh orang-orang yang sudah
meninggal,
lalu mengajaknya berbicara dan bertanya-tanya tentang berbagai hal
kepadanya. Ini adalah pengakuan yang batil karena tidak ada dalil yang
menguatkannya, baik Al Qur’an
maupun
Hadits.
Saudaraku,
Apa yang diaku-aku oleh mereka ini, yaitu memanggil
roh-roh sebenarnya adalah roh-roh syaitan. Mereka memberikan pelayanan
kepada syaitan-syaitan itu dengan cara
menyembahnya dan memenuhi permintaannya. Kemudian roh-roh syaitan tadi
membantu mereka dengan
bantuan yang diminta dengan cara berdusta dan berbuat dosa dalam menjiplak nama
orang-orang yang sudah meninggal
yang dipanggil mereka itu.
Yah, apa yang mereka panggil itu tidak lain hanyalah syaitan dan jin yang
membantu mereka sebagai imbalan dari persembahan yang mereka berikan kepada syaitan
tersebut, berupa peribadatan yang seharusnya tidak boleh ditujukan kepada
selain Allah SWT. (Na’udzubillahi mindzalika!).
Perhatikan firman Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 112 – 113 berikut ini:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ
الإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ ﴿١١٢﴾
وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ
وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُواْ مَا هُم مُّقْتَرِفُونَ ﴿١١٣﴾
(112) “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi
itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya
mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka
ada-adakan”. (113) “Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang
kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan”.
(QS. Al An’aam. 112 – 113).
Saudaraku,
Satu hal
yang harus kita tanamkan dalam hati kita, bahwa terhadap hal-hal seperti ini,
maka kembalikan semuanya kepada dalil (Al Qur’an
serta
Hadits). Prinsip
ini jangan sampai lepas dari lubuk hati kita. Apapun yang kita dengar, siapapun
yang menyampaikan, kembalikan keterangan itu kepada dalil. Karena informasi
tentang syariat apalagi terkait keyakinan,
baru boleh kita terima ketika ada dasar pijakannya. Hal ini telah Allah tegaskan dalam Al Qur’an surat Al Israa’ ayat 36:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولًا
﴿٣٦﴾
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya”.
(QS. Al Israa’. 36).
Sekali lagi,
Masalah ruh merupakan perkara
ghaib yang hakikatnya hanya diketahui Allah saja. Dan Allah tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali
kepada rasul yang diridhai-Nya. Demikian penjelasan Allah dalam
Al Qur’an surat An Naml ayat 65 serta surat Al Jin ayat 26 – 27:
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ ﴿٦٥﴾
“Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di
bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak
mengetahui bila mereka akan dibangkitkan”. (QS. An Naml. 65).
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
﴿٢٦﴾ إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ
وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا ﴿٢٧﴾
(026) “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib,
maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu”. (027)
“Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya”. (QS. Al Jin. 26 – 27).
Pertemuan Ruh Orang
Yang Telah Meninggal Dengan Ruh Orang Yang Masih Hidup Di Alam Mimpi
Saudaraku,
Meskipun di alam nyata (dalam keadaan terjaga) kita tidak
bisa melihat/berjumpa dengan ruh orang yang telah meninggal, namun ruh orang yang masih hidup
bisa berjumpa dengan ruh orang yang telah meninggal dalam mimpi. Kemudian
Allah menahan ruh orang yang sudah meninggal dan mengembalikan ruh orang yang
masih hidup ke jasadnya. Perhatikan firman Allah SWT.
dalam Al Qur’an surat Az Zumar ayat 42 berikut ini:
اللهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي
لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ
وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ ﴿٤٢﴾
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang)
jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang)
yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Az Zumar. 42).
Tafsir Jalalain:
Allah (mematikan jiwa orang ketika matinya dan) memegang
(jiwa orang yang belum mati di waktu tidurnya) artinya Allah memegangnya di
waktu ia tidur (maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan) bagi kematiannya.
Jiwa yang dilepaskan itu hanyalah dimatikan perasaannya saja, tetapi ia masih
hidup, berbeda dengan jiwa yang benar-benar dimatikan. (Sesungguhnya pada yang
demikian itu) pada hal-hal yang telah disebutkan itu (terdapat tanda-tanda)
yang menunjukkan akan kekuasaan Allah (bagi kaum yang berpikir) maka karenanya
mereka mengetahui, bahwa yang berkuasa melakukan hal tersebut berkuasa pula
untuk membangkitkannya; dan orang-orang kafir Quraisy tidak memikirkan hal ini.
Tafsir At Thabari:
Diriwayatkan dari Said bin
Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat
tersebut:
إِنَّ
أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ
مَا شَاءَ اللهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى
الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ
أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا
Sesungguhnya ruh orang yang
hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai
yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah
menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan ruh orang
yang masih hidup ke jasadnya.
Demikian yang bisa
kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan ilmuku.
Wallahu a'lam,
Semoga bermanfaat.
NB.
Pada tulisan di atas ku-akhiri
dengan kalimat: ”wallahu a'lam”. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan ilmu-ku/logika-ku
adalah sangat terbatas, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:
... وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٥﴾
“... dan tidaklah
kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).
Sedangkan yang lebih mengetahui bagaimana yang
sebenarnya, tentunya hanya Allah semata. Karena Pengetahuan Allah adalah
meliputi segala sesuatu, sebagaimana penjelasan Al Qur’an berikut ini:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا
يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا ﴿١١٠﴾
“Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa
yang ada di belakang mereka, sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”.
(QS. Thaahaa. 110).
اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ﴿١٢﴾
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu”. (QS. Ath Thalaaq. 12).