Assalamu’alaikum
wr. wb.
Seorang teman sekolah di SMAN
1 Blitar (non-muslim), telah menyampaikan tiga pertanyaan: 1. Apakah semua dosa
itu akan diampuni oleh Allah? 2. Apakah istilah kafir itu hanya milik
Islam? 3. Siapakah yang dimaksud dengan Roh Kudus itu?
Tanggapan
Terimakasih atas kepercayaan
yang telah diberikan untuk menjawab beberapa pertanyaan tersebut. Semoga aku
bisa menjaga kepercayaan ini. Amin, ya rabbal ‘alamin.
1. Apakah semua
dosa itu akan diampuni oleh Allah?
Perhatikan penjelasan Allah dalam
Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 48 berikut ini:
إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا
دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾
“Sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An Nisaa’. 48).
Berdasarkan surat An Nisaa’
ayat 48 tersebut, diperoleh penjelasan bahwa Allah akan mengampuni semua dosa,
kecuali dosa syirik. Sedangkan yang dimaksud dengan syirik adalah menyamakan
selain Allah dengan Allah dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah.
Syirik dalam Rububiyyah yaitu
menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana
firman-Nya dalam surat Saba’ ayat 22 berikut ini:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِ اللهِ لَا
يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا
لَهُمْ فِيهِمَا مِن شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُم مِّن ظَهِيرٍ ﴿٢٢﴾
Katakanlah: "Serulah
mereka yang kamu anggap (sebagai ilah/tuhan) selain Allah, mereka tidak
memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah*-pun di langit dan di bumi, dan mereka
tidak mempunyai suatu saham-pun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan
sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya".
(QS. Saba’. 22) *Dzarrah adalah istilah untuk suatu partikel yang sangat kecil.
Sedangkan syirik dalam
Uluhiyyah, yaitu beribadah atau berdo’a kepada selain Allah. Menyekutukan dalam
Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah,
seperti berdo’a kepada selain Allah, berdo’a meminta suatu hajat atau meminta rejeki
atau meminta kesembuhan penyakit kepada orang yang sudah meninggal maupun
kuburan keramat atau kepada pohon dan lainnya (selain Allah) atau memalingkan
suatu bentuk ibadah seperti menyembelih hewan kurban, bernadzar, dan sebagainya
kepada selain Allah.
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَـــٰــهُكُمْ إِلَـــٰــهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَـــٰـلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١٠﴾
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi. 110).
Berdasarkan Al Qur’an surat
An Nisaa’ ayat 48 pula, diperoleh penjelasan bahwa syarat agar Allah mengampuni
semua dosa dari seorang hamba adalah bahwa yang bersangkutan harus meninggalkan
syirik (menyekutukan Allah) sebelum ajal tiba, yaitu dengan menjadi orang
yang beriman kepada-Nya.
Sedangkan cara Allah dalam
mengampuni dosa-dosa dari seorang hamba yang
beriman kepada-Nya ada dua macam. Yang pertama diampuni ketika
masih hidup di dunia ini dan yang kedua diampuni setelah di alam akhirat
nantinya.
√ Diampuninya
dosa seorang hamba yang beriman ketika
masih hidup di dunia
Agar dosa seorang hamba
yang beriman dapat diampuni Allah ketika masih hidup di dunia
(diampuni Allah ketika masih hidup di dunia artinya dia akan terbebas dari
hukuman di neraka dan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan
abadi) adalah bahwa yang bersangkutan harus bertaubat kepada Allah atas
dosa-dosa yang telah dilakukannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ
تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن
يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّــــٰتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَــٰــرُ ... ﴿٨﴾
“Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha (taubat yang
semurni-murninya), mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, ...” (QS. At Tahriim. 8)
إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَــٰــلِحًا فَأُوْلَـــٰـــئِكَ يَدْخُلُونَ
الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا ﴿٦٠﴾ جَنَّـــــٰتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدَ الرَّحْمَـــٰنُ عِبَادَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّهُ كَانَ وَعْدُهُ مَأْتِيًّا ﴿٦١﴾
(60) kecuali orang yang
bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan
tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun. (61) yaitu surga `Adn yang telah
dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun
(surga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.
(QS. Maryam 60 – 61)
Sedangkan tentang bagaimana
caranya bertaubat kepada Allah atas segala dosa
yang telah kita perbuat, kita bisa menjadikan do’a Nabi Adam AS bersama isteri beliau (setelah keduanya
termakan oleh bujuk rayu syaitan dengan memakan buah terlarang
sehingga menyebabkan keduanya
dikeluarkan Allah dari keadaan semula, yakni dari nikmat surga) yang telah diabadikan oleh Allah dalam Al Qur'an surat Al
A'raaf ayat 23 berikut
ini, sebagai rujukan.
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَــــٰسِرِينَ ﴿٢٣﴾
"Robbanaa
dzolamnaa anfusanaa wa illam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal
khoosiriin"
Keduanya
berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).
Dari penjelasan Al Qur'an
surat Al A'raaf ayat 23 tersebut,
ada 3 hal yang harus kita lakukan agar taubat kita diterima oleh Allah SWT
manakala kita berbuat dosa yang terkait dengan Allah SWT (seperti
meninggalkan shalat lima waktu, membuka aurat dimuka umum, berburuk sangka
kepada Allah, dll) yaitu:
Pertama:
Mengakui
+ menyesali dosa yang telah diperbuat. Hal ini tercermin dalam potongan ayat
berikut ini:
...
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا ... ﴿٢٣﴾
“...
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, ...". (QS. Al A’raaf. 23).
Kedua:
Benar-benar
berniat ikhlas untuk bertaubat karena mencari ampunan Allah SWT. Hal ini
tercermin dalam potongan ayat berikut ini:
...
وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٢٣﴾
“...,
dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).
Ketiga:
Untuk
point yang ketiga, hal ini tidak secara explisit tertulis pada ayat tersebut (surat Al A'raaf ayat 23) yaitu berjanji + bertekad untuk
tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi (pada kenyataannya Nabi Adam AS bersama isterinya memang benar-benar tidak
pernah mengulangi perbuatan dosanya lagi).
Jika ketiga hal ini kita
lakukan dengan sungguh-sungguh, in sya Allah, Allah-pun akan menerima taubat kita sebagaimana Dia telah menerima
taubat Nabi Adam AS bersama isterinya,
sebagaimana penjelasan Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah
ayat 37 berikut ini:
فَتَلَقَّىٰ ءَادَمُ مِن
رَّبِّهِ كَلِمَــٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ
إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿٣٧﴾
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya,
maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang”. (QS. Al Baqarah. 37).
Keempat:
Jika perbuatan
dosa yang kita lakukan ternyata terkait dengan hak-hak orang lain (seperti
mencuri harta orang lain, melakukan penipuan pada orang lain, dll), maka
disamping harus kita lakukan ketiga hal di atas, ada tambahan satu syarat lagi
yang harus kita lakukan agar taubat
kita diterima oleh Allah SWT, yaitu hendaklah kita mengembalikan hak-hak tersebut kepada yang memilikinya atau
minta dihalalkan. Hal ini berdasarkan penjelasan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dua hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta Abu
Dawud berikut ini:
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
كَانَ عِنْدَهُ لِأَخِيْهِ مَظْلَمَةٌ فَلْيَتَحَلَّلْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا
يَكُوْنَ دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا. إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْ
حَسَنَاتِهِ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٍ أُخِذَ
مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. (رواه البخارى)
“Siapa
yang memiliki kezaliman terhadap saudaranya, hendaklah ia meminta kehalalan
saudaranya tersebut pada hari ini, sebelum datang suatu hari saat tidak berlaku
lagi dinar dan tidak pula dirham. Jika ia memiliki amal saleh, akan diambil
dari kebaikannya sesuai dengan kadar kezaliman yang diperbuatnya lalu
diserahkan kepada orang yang dizaliminya. Apabila ia tidak memiliki kebaikan,
akan diambil kejelekan saudaranya yang dizaliminya lalu dibebankan kepadanya.”
(HR. al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
يَحِلُّ مَالُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِطِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ. (رواه ابو داود)
“Tidak
halal harta seorang muslim kecuali dengan kerelaan dari dirinya.” (HR. Abu
Dawud).
Sebesar apapun dosa seorang
hamba (termasuk dosa syirik/menyekutukan Allah), asal dia mau
bertaubat sebelum ajal tiba, maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya ampunan Allah adalah jauh lebih besar daripada yang kita
pikirkan.
Dari
Ibnu Umar r.a, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ
اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه
الترمذى)
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla akan
menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR.
At-Tirmidzi).
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَــٰــلِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ ﴿٨٢﴾
“Dan sesungguhnya Aku Maha
Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di
jalan yang benar”. (QS. Thaahaa. 82).
قُلْ يَا عِبَادِيَ
الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).
Hadits Anas r.a. yang diriwayatkan At-Tirmidzi:
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى:
يَا
ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا
كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ
السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ
إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا
تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً. (رواه الترمذى)
Saya
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Tabaraka wa
Ta’ala berfirman: ‘Wahai Bani Adam, sesungguhnya selama engkau berdo’a kepada-Ku, mengharapkan-Ku,
niscaya Aku beri ampun kepadamu atas apa yang ada padamu, dan Aku tidak peduli.
Wahai Bani Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit kemudian kamu minta
ampun kepada-Ku niscaya Aku beri ampunan kepadamu, dan Aku tidak peduli. Wahai
Bani Adam, sungguh, seandainya engkau datang kepada-Ku membawa dosa sepenuh
bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku
dengan apapun, pasti Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan sepenuh itu juga.”
(HR. At-Tirmidzi)
{ Bersambung; tulisan ke-1
dari 3 tulisan }