بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Jumat, 05 Juni 2009

SEMUANYA TIDAKLAH SIA-SIA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Dan sesungguhnya, tiadalah Allah menciptakan semuanya ini dengan sia-sia.

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاللهُ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٨٩﴾ إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali ‘Imran. 189). ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”, (QS. Ali ‘Imran. 190). “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali ‘Imran. 191).

Saudaraku…,
Dari surat Ali ’Imran ayat 189 – 191 tersebut, diperoleh keterangan bahwa Allah tidaklah menciptakan langit dan bumi (beserta semua yang ada di dalamnya / diantara keduanya) dengan sia-sia. Hal itu menunjukkan bahwa semua ciptaan Allah itu pasti bermanfaat.

Lalu, bagaimanakah dengan ciptaan Allah yang menurut pandangan sebagian orang (mungkin) benar-benar sangat merugikan atau setidaknya telah membuat hidupnya kurang nyaman? Seperti: diciptakannya virus penyebab penyakit atau adanya bau badan yang dirasa kurang nyaman oleh indra penciuman kita, dll.

Saudaraku…,
Ketahuilah, ketika seseorang mengatakan bahwa adanya virus penyebab penyakit atau adanya bau badan yang dirasa kurang nyaman oleh indra penciuman kita, dll yang semuanya itu dipandang sebagai ciptaan-Nya yang kurang bermanfaat bahkan telah merugikan kehidupan manusia, maka sesungguhnya hal ini semata-mata terjadi karena sempitnya / sangat terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang itu. Bukankah keterangan dalam surat Ali ’Imran ayat 189 – 191 di atas sudah cukup menjelaskan semuanya?

Memang, begitu banyak ciptaan Allah yang Allah tidak berikan penjelasan secara rinci tentang rahasia penciptaannya. Tentu saja, hal ini dapat menjadi tantangan sekaligus ujian buat kita semua. Di satu sisi (karena begitu banyak ciptaan Allah yang Allah tidak berikan penjelasan secara rinci tentang rahasia penciptaannya), maka kita mesti belajar dan terus belajar (tanpa mengenal lelah) untuk mengetahui rahasia ciptaan-Nya, kapanpun, dimanapun, dalam kondisi apapun.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾ كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى ﴿٦﴾ أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى ﴿٧﴾ إِنَّ إِلَى رَبِّكَ الرُّجْعَى ﴿٨﴾
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (QS. Al ‘Alaq. 1). ”Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”. (QS. Al ‘Alaq. 2). ”Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”, (QS. Al ‘Alaq. 3). “Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam*”. (QS. Al ‘Alaq. 4). *) Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al ‘Alaq. 5). “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas”, (QS. Al ‘Alaq. 6). “karena dia melihat dirinya serba cukup”. (QS. Al ‘Alaq. 7). “Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali-(mu)”. (QS. Al ‘Alaq. 8).

Di sisi lain, jika kita telah diberi kesempatan untuk mengetahui sebagian rahasia ciptaan-Nya, maka janganlah hal ini membuat kita menjadi takabur/sombong, karena bagaimanapun juga, masih tetap teramat banyak ciptaan-Nya yang lain yang belum kita ketahui rahasianya.

... وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلاً ﴿٨٥﴾
“... dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Israa’. 85).

Ingatlah wahai saudaraku, bahwa manusia itu mempunyai kecenderungan untuk mudah berpaling dan bersikap sombong ketika Allah memberikan kepadanya sedikit saja pengetahuan ataupun kesenangan kepadanya.

وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَؤُوسًا ﴿٨٣﴾
”Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa”. (QS. Al Israa’. 83).

Nah, jika dengan sedikit kelebihan saja sudah ada kecenderungan untuk mudah berpaling dan bersikap sombong, lalu bagaimanakah jika seandainya Allah memberikan kelebihan* yang lebih banyak lagi??? *) Kelebihan yang dimaksud bisa berupa ilmu pengetahuan maupun kesenangan hidup lainnya. Wallahu a’lam.

Ya… Tuhan kami,
Lindungilah kami ketika kami membaca ayat-ayat-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk agar kami senantiasa berada dalam jalan-Mu yang lurus.

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿٩٨﴾
”Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (QS. An Nahl. 98).

Semoga bermanfaat!

Kamis, 04 Juni 2009

SEMUANYA SIA-SIA (II)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Bung Fulan adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan di kota Surabaya. Dengan gaji tetap per bulan, Bung Fulan sudah merasa sangat bahagia dan menikmati pekerjaannya tersebut.

Setelah berjalan beberapa tahun, karier Bung Fulan-pun semakin menanjak. Dan tentu saja, penghasilannya juga semakin meningkat seiring dengan perjalanan kariernya. Namun karena keinginannya untuk segera meraih kesuksesan serta mendapatkan kekayaan yang melimpah begitu menggebu-gebu, hal ini telah menjadikannya tidak mensyukuri nikmat karier serta peningkatan penghasilan yang telah diberikan Allah kepadanya.

Hingga pada suatu saat, ketika sudah mulai ada kesempatan, Bung Fulan-pun mulai mencoba untuk melakukan kecurangan/korupsi. Sekali merasakan “nikmatnya” korupsi, nampaknya hal ini telah membuat Bung Fulan ingin mengulanginya lagi. Dan seiring dengan peningkatan kariernya, maka kesempatan untuk melakukan korupsi-pun semakin banyak pula. Ditambah dengan pengalamannya, Bung Fulan-pun semakin terampil dalam melakukan korupsi tersebut. Sehingga kesuksesan demi kesuksesan justru dapat diraihnya dengan baik.

Dan untuk menutupi ”belangnya”, Bung Fulan juga senantiasa berusaha membangun citra dirinya sebagai orang yang baik, yang peduli dengan sesama. Untuk itu, sebagian uang ”hasil korupsinya” telah dia sisihkan untuk menyantuni saudara-saudaranya serta para tetangganya yang kurang mampu. Sebagian yang lainnya dia salurkan untuk membantu sebuah panti sosial yang ada di kampungnya. Uang ”hasil korupsinya” juga telah dia salurkan untuk kegiatan-kegiatan sosial yang lainnya.

Hingga pada suatu saat, petaka itupun datang. Dalam perjalanan pulang dari kantornya, Bung Fulan mengalami kecelakaan hebat hingga mengakibatkan Bung Fulan harus tutup usia. Pada saat itulah Bung Fulan baru menyadari, betapa ”sia-sianya” semua yang telah dilakukannya.

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾
”Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi. 104).

Pada saat itu, Bung Fulan baru menyadari, bahwa semua yang telah dia upayakan, ternyata sedikitpun tidak mampu memberi pertolongan/manfaat kepadanya.

مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ ﴿٢﴾
”Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”. (QS. Al Lahab. 2).

Dan pada saat itu pula-lah, Bung Fulan juga baru menyadari, bahwa semua pujian dan sanjungan dari para tetangga, saudara/kerabatnya serta sahabat-sahabatnya, semuanya itu ternyata tidaklah berarti sama sekali. Bung Fulan juga baru menyadari, apalah artinya mendapat pujian dari orang lain, jika ternyata Allah telah menghinakannya. Apalah artinya mendapat sanjungan dari orang lain, jika ternyata Allah telah mencampakkannya. Karena sesungguhnya pada saat itu, tidak ada seorangpun yang dapat memberi pertolongan. Karena sesungguhnya pertolongan itu hanyalah dari Allah Yang Hak. Dia-lah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.

هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا ﴿٤٤﴾
“Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan”. (QS. Al Kahfi. 44).

Saudaraku…,
Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Demikian penjelasan Al Qur’an surat Al ‘Ashr ayat 2 – 3:

إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴿٣﴾
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103. 2 3).

Yah..., memang begitulah kenyataannya. Begitu banyak di antara kita yang benar-benar berada dalam keadaan merugi. Karena tanpa kita sadari, seringkali kita dengan senang hati, bahkan berusaha keras untuk mencari kesempatan agar kita dapat menukar kesenangan yang sedikit selama masa hidup kita yang teramat singkat di dunia ini, dengan kesulitan yang tiada tara, kelak di alam akhirat nanti!!! Na’udzubillahi mindzalika!

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللهِ الْغَرُورُ ﴿٥﴾
”Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”. (QS. Faathir. 5).

Ya… Tuhan kami,
Berilah kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang hanya berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin!

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

Semoga bermanfaat!

NB.
Bung Fulan pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Rabu, 03 Juni 2009

SEMUANYA SIA-SIA (I)

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saudaraku…,
Mas Fulan adalah seorang pemuda yang pernah merantau di Surabaya. Selama di perantauan, Mas Fulan senantiasa berusaha keras untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Hingga pada suatu saat (ketika kesempatan itu ada), Mas Fulan telah “berhasil” menggelapkan uang majikannya dalam jumlah besar.

Setelah “berhasil” membawa kabur uang majikannya, Mas Fulan langsung kembali pulang ke kampung halamannya. Berbekal uang “haram” tersebut, Mas Fulan telah membuka usaha toko di kampung halamannya. Kepada istri dan keluarganya serta kepada para tetangganya, Mas Fulan selalu bercerita bahwa modal untuk usahanya yang begitu besar tersebut, semata-mata adalah hasil kerja kerasnya selama merantau di Surabaya. Ditambah dengan penampilan serta sikap Mas Fulan yang baik dan nampak tekun beribadah, hal ini semakin membuat istri dan keluarganya serta kepada para tetangganya percaya. Yang mereka ketahui adalah bahwa Mas Fulan adalah sosok yang taat beribadah serta senantiasa peduli dengan para tetangganya.

Setelah beberapa lama mengelola tokonya, Mas Fulan mulai insaf dan senantiasa berusaha untuk jujur dalam menjalankan usahanya. Dalam hal timbangan, Mas Fulan tidak pernah curang. Dalam hal harga, Mas Fulan tidak pernah berbohong. Dalam hal kualitas barang dagangannya, Mas Fulan juga selalu menunjukkan apa adanya (jika memang jelek dikatakan jelek, dan jika memang baik dikatakan baik). Demikianlah, Mas Fulan benar-benar senantiasa berusaha untuk jujur dalam menjalankan usahanya.

Setelah berjalan beberapa tahun, usaha Mas Fulan-pun semakin berkembang dengan pesatnya. Hingga Mas Fulan bisa menunaikan ibadah haji bersama seluruh keluarganya, menyantuni fakir miskin, memberi pekerjaan kepada para tetangganya. Bahkan Mas Fulan juga telah berhasil membangun masjid nan megah di kampung halamannya.

Melihat usahanya yang berkembang pesat, tentu saja hal ini semakin membuat Mas Fulan berbahagia. Karena hal ini benar-benar dapat menjadi tumpuannya, seiring dengan usianya yang semakin senja. Hingga akhirnya, cobaan itupun datang. Dengan usia yang semakin senja, Mas Fulan menderita sakit parah hingga akhirnya Mas Fulan-pun tutup usia.

Pada saat itulah Mas Fulan baru menyadari, betapa sia-sianya semua kesuksesan serta semua upayanya selama ini. Karena usaha dagangnya dibangun hari “uang haram”, maka semua penghasilan yang bersumber darinya juga haram. Dan ternyata hal ini juga berdampak pada semua amal ibadahnya yang lain. Bagaimana mungkin upayanya untuk menyantuni fakir miskin bisa bernilai ibadah, jika untuk menyantuninya bersumber dari uang haram? Bagaimana mungkin upayanya untuk membangun masjid bisa bernilai ibadah, jika untuk membangunnya bersumber dari uang haram? Demikian juga dengan hajinya, sholatnya, dst? Belum lagi dengan tanggung-jawabnya terhadap uang majikannya yang telah dia bawa kabur dan digunakannya untuk modal usahanya tersebut.

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ﴿١٠٤﴾
”Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS. Al Kahfi. 104).

Karena jika masa itu telah tiba, maka semua yang telah dia usahakan, ternyata sedikitpun tidak mampu memberi pertolongan/manfaat kepadanya.

مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ ﴿٢﴾
”Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”. (QS. Al Lahab. 2).

Sedangkan para fakir miskin yang telah disantuninya, juga para tetangganya yang telah mendapatkan pekerjaan darinya, termasuk istri dan keluarganya, dengan santainya menikmati ”hasil jerih payahnya”. Dan karena mereka semuanya benar-benar tidak menyadari bahwa harta yang telah mereka nikmati tersebut berasal dari uang haram, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللهِ الْغَرُورُ ﴿٥﴾
”Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”. (QS. Faathir. 5).

Ya… Tuhan kami,
Berilah kekuatan kepada kami, sehingga kami benar-benar dapat ridha dengan apa yang telah Engkau berikan kepada kami. Cukuplah Engkau bagi kami. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang hanya berharap kepada Engkau. Semoga Engkau berikan karunia-Mu kepada kami. Amin!

وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوْاْ مَا آتَاهُمُ اللهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللهُ سَيُؤْتِينَا اللهُ مِن فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللهِ رَاغِبُونَ ﴿٥٩﴾
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka)”. (QS. At Taubah. 59).

Semoga bermanfaat!

NB.
Mas Fulan pada kisah di atas hanyalah nama fiktif belaka. Mohon ma’af jika secara kebetulan ada kemiripan nama dengan kisah di atas!

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞