Saudaraku…,
Mungkin sebagian diantara kita menyangka bahwa seseorang yang memiliki kekayaan yang melimpah adalah orang yang kuat. Hal ini bisa dipahami, karena dengan kekayaannya, dia bisa berbuat apa saja. Namun ketika tiba-tiba penyakit kanker stadium akhir telah setia menemaninya, ternyata dia tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya menunggu ajal tiba. Pada kondisi seperti ini, ternyata harta kekayaannya yang melimpah tidak mampu membentenginya dari maut yang kian dekat menjemputnya. Jika sudah demikian, nampaklah bahwa ternyata dia hanyalah seorang manusia yang sangat lemah.
Hal yang sama juga terjadi pada seseorang yang sedang berada dipuncak kariernya. Dengan jabatan serta kekuasaan yang ada dalam genggamannya, seolah-olah dia bisa berbuat apa saja, sehingga orang-orang pada hormat kepadanya. Namun pada akhirnya jabatan serta kekuasaannya tersebut terpaksa harus dia tanggalkan bersamaan dengan masa pensiun yang telah menghampirinya. Dengan usia yang semakin senja serta tiadanya jabatan dan kekuasaan, menjadikan dia sebagai orang yang sangat lemah.
Demikian juga dengan seseorang yang sedang memegang kekuasaan sebagai pimpinan/presiden sebuah negara adidaya. Seolah-olah dia benar-benar berkuasa, sehingga dia dengan mudahnya dapat memenjarakan siapa saja yang berusaha menentangnya. Bahkan dia tak segan-segan untuk menghancurkan negara-negara lain yang lebih kecil yang dipandang menjadi ancaman. Namun pada kenyataannya, dia sesungguhnya adalah orang yang sangat lemah. Betapa tidak, kemana-mana dia harus mendapat pengawalan yang ekstra ketat karena begitu khawatir akan keselamatan jiwanya. Demikian seterusnya.
Terlebih lagi saat tiba-tiba bencana alam datang melanda. Apakah itu gunung meletus, tsunami, gempa bumi, dll. Nampak sekali, bahwa ternyata kita benar-benar tak berdaya ’tuk menghadapinya.
Oleh karena itu, janganlah kita menyombongkan diri ketika harta kekayaan, jabatan serta kekuasaan sedang dalam genggaman kita.
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (QS. 17. 37).
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”. (QS. 25. 63).
-----
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Al A’raaf. 23).
Amin...,
Ya rabbal ‘alamin...!!!
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar