Assalamu’alaikum wr. wb.
Seorang akhwat telah
bertanya: “Pak, boleh berbagi ilmu tentang manisnya iman? Akhir-akhir ini saya
merasa gersang, melakukan hal yang salah merasa biasa saja, kadang menyesal, tapi
hanya sekedar menyesal bahkan mungkin seperti angin lewat. Astaghfirullah... Syukron
katsiron Pak atas ilmunya”.
-----
Saudaraku…,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya
syaitan itu akan senantiasa mencari kesempatan untuk menyesatkan kita, sehingga
kita malah memandang baik segala perbuatan maksiat yang telah kita lakukan. (Na’udzubillahi
mindzalika!).
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي
الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾ إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ
الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾
“Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya,” (QS. Al
Hijr. 39). ”kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis* di antara mereka". (QS.
Al Hijr. 40). *) Yang dimaksud dengan “mukhlis” ialah orang-orang yang
diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah.
Di sisi lain, syaitan juga
senantiasa berusaha untuk mempengaruhi kita sedemikian rupa sehingga kita menjadi
malas untuk ta’at beribadah sebagai tanda rasa syukur kita kepada-Nya,
sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat
Al A’raaf ayat 16 – 17 berikut ini:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ
الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ
خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ
شَاكِرِينَ ﴿١٧﴾
“Iblis menjawab: “Karena
Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus”, (QS. Al A’raaf. 16) ”kemudian saya akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at).” (QS. Al A’raaf. 17).
Na’udzubillahi mindzalika!
Saudaraku…,
Jika akhir-akhir ini kita merasa
gersang, melakukan hal yang salah merasa biasa saja, kadang menyesal, tapi
hanya sekedar menyesal bahkan mungkin seperti angin lewat, maka bisa jadi hal
ini adalah salah satu sinyal bahwa kita sudah mulai terpengaruh oleh perangkap syaitan. Terutama
jika hal ini kita kaitkan dengan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al Hijr ayat
39 serta dalam surat Al A’raaf ayat 16 – 17 di atas.
Oleh karena itu, kita musti banyak-banyak ber-istighfar
dan memohon petunjuk kepada-Nya. Pada saat yang sama, kita juga musti
banyak-banyak menyebut dan mengingat diri-Nya agar kita bisa semakin mencintai-Nya
melebihi dari yang lain.
... رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ
لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ ﴿١٠٩﴾
"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah
kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik.
(QS. Al Mu’minuun. 109).
... رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ
رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَداً ﴿١٠﴾
"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini)". (QS. Al Kahfi. 10).
Saudaraku…,
Ketahuilah bahwa sesungguhnya ada tiga hal yang jika
ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman:
(1) hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih kita cintai daripada yang lain, kemudian
(2) hendaklah kita mencintai seseorang serta tidak mencintainya melainkan
karena Allah, dan (3) hendaklah kita benci untuk kembali kepada kekufuran
setelah Allah selamatkan kita dari kekufuran itu sebagaimana kita benci untuk
dilemparkan ke dalam neraka. Demikian penjelasan dari sebuah hadits yang
diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a.
Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan
dari Anas bin Malik r.a.:
ثَلاَثٌ
مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لاَ
يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ
أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ. (رواه
البخارى و مسلم)
“Tiga hal yang jika ketiganya ada
pada diri seseorang niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman: hendaklah Allah
dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, hendaklah dia mencintai
seseorang serta tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah
dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari
kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Saudaraku…,
Salah satu cara agar kita bisa mencintai seseorang (atau
siapapun itu), maka kita harus banyak menyebut dan mengingat dirinya (atau
siapapun itu). Sebaliknya, orang yang mencintai seseorang (atau siapapun itu), maka
dia pasti akan banyak menyebut dan mengingatinya.
Demikian pula halnya terhadap Allah. Agar kita bisa semakin
mencintai-Nya (melebihi cinta kita kepada yang lain), maka kita musti
banyak-banyak menyebut dan mengingat diri-Nya. Dengan mencintai Allah melebihi
yang lain, semoga Allah akan menjadikan kita cinta kepada keimanan dan
menjadikan iman itu indah dalam hati kita serta menjadikan kita benci kepada
kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan sebagai karunia dan ni`mat dari Allah.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُمْ
دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٤﴾
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman** itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”, (QS. Al Anfaal.
2). “(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”. (QS. Al Anfaal. 3). “Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni`mat)
yang mulia”. (QS. Al Anfaal. 4). **) Yang dimaksud di sini adalah orang-orang
yang sempurna imannya.
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ
فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ
الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ
وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ﴿٧﴾ فَضْلاً مِّنَ اللهِ
وَنِعْمَةً وَاللهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ ﴿٨﴾
“Dan ketahuilah olehmu bahwa
di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam
beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan
kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka
itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus”, (QS. Al Hujuraat. 7). “sebagai
karunia dan ni`mat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS.
Al Hujuraat. 8).
Saudaraku…,
Orang yang mencintai
seseorang (atau siapapun itu), maka sebesar apapun
pengorbanan yang dia berikan, tetap akan terasa kecil.
Demikian pula halnya terhadap Allah. Jika kita
benar-benar mencintai Allah, maka sebesar apapun pengorbanan yang kita berikan, tetap akan
terasa kecil. Bahkan hingga seluruh jiwa dan raga-pun kita korbankan, tetap saja
akan terasa kecil. Perhatikan penjelasan Al Qur’an dalam surat Al An’aam
ayat 162 – 163 berikut ini:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي
لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ
أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ ﴿١٦٣﴾
“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 162 – 163).
Selanjutnya, jika orang
sangat mencintai seseorang (atau siapapun itu), maka dia
akan menjadi tergantung kepadanya. Demikian pula halnya terhadap Allah. Jika kita
benar-benar mencintai Allah, maka kita juga akan menjadi tergantung kepada-Nya. (Pada
kenyataannya, kita memang sangat bergantung kepada-Nya).
اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾
“Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlash. 2).
Terakhir, agar cinta kita bisa mengakar, maka kita
harus melakukannya (melakukan hal-hal di atas) secara berulang-ulang.
Dalam Al Qur’an dan Hadits-pun,
banyak perintah yang berulang-ulang. Antara lain, supaya cinta kita kepada-Nya
(dan Rasul-Nya) benar-benar mengakar (kokoh, kuat menghunjam, tidak mudah goyah
/ tidak mudah tercerabut oleh segala tipu daya syaitan).
اللهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَاباً مُّتَشَابِهاً
مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ
تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ
يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَن يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴿٢٣﴾
“Allah telah menurunkan
perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya)
lagi berulang-ulang***, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada
Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.
Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada
seorangpun pemberi petunjuk baginya”. (QS. Az Zumar: 23).
***) Yang dimaksud dengan berulang-ulang di sini ialah hukum-hukum, pelajaran
dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Qur’an supaya lebih kuat
pengaruhnya dan lebih meresap. Sebahagian Ahli Tafsir mengatakan bahwa (yang
dimaksud dengan berulang-ulang di sini) ialah bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu diulang-ulang
membacanya seperti tersebut dalam mukaddimah surat Al Fatihah.
Wallahu
ta'ala a'lam.
Semoga
bermanfaat.