Assalamu’alaikum wr. wb.
Saudaraku...,
Dalam sebuah diskusi terbuka di facebook pada bulan Maret
2013, seorang non-muslim telah mengutip sejumlah ayat-ayat Al Qur’an serta Al
Hadits untuk memperkuat pendapatnya tentang keilahian
Isa Al Masih*. Dia telah membuat pernyataan sebagai berikut (mohon maaf;
untuk penulisan teks ayat-ayat Al Qur’an dengan huruf latin yang dia sampaikan,
telah saya koreksi):
Felix Fedyanto, wrote:
Semoga bermanfaat: Iyyaaka na'budu waiyyaaka nasta'iin.
Ihdinashshiraathal mustaqiim. "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan
hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan tunjukilah kami jalan yang
lurus". (QS. 1: 5 – 6).
Saya teruskan membaca Al Qur'an ayat demi ayat, surat
demi surat saya temukan jawabannya yang berbunyi: "wa innahu la’ilmul lissaa’ati
fal’a tamtarunna bih’a wattabi’uuni, haadzaa shiraatum mustaqiim". “Dan
sesungguhnya Isa Al Masih itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari
kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah
Aku. Inilah jalan yang lurus”. (QS. Az Zukhruf 43: 61).
Di situ Al Qur'an menyatakan bahwa Isa Al Masih memberi
pengetahuan tentang hari kiamat. Timbul pertanyaan dalam hatiku: "Bukankah
hanya Allah SWT yang mengetahui tentang hari kiamat itu?" Sebab kalau
menurut pernyataan Al Qur'an Surat Luqman, bahwa pengetahuan tentang hari
kiamat itu hanya di sisi Allah. "Innallaaha `indahu `ilmussaa'ati..."
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat;
... (QS. Luqman 31: 34).
Tapi mengapa Isa Al Masih juga mengetahui lalu siapakah
sebenarnya sosok manusia yang bernama Isa Al Masih itu ?
Untuk mengetahui lebih lanjut siapakah sebenarnya Isa Al
Masih itu, saya bolak balik membaca Al Qur'an. Lalu di saat saya membaca Surat Ali
‘Imraan 3: 45, disitu kutemukan jawaban yang bunyinya demikian: "Idz qaalatil
malaa-ikatu yaa maryamu innallaaha yubasysyiruki bikalimatim minhusmuhul masiihu
'iisabnu maryama wajiihan fiddunyaa wal aakhirati wa minal muqarrabiin". Ketika
Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
(dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al Masih `Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”, (QS.
Ali ‘Imraan 3: 45).
Saya merasa terentak melihat pernyataan ayat di atas itu,
kata hati rohani saya semakin menyadari dan memahaminya. Karena dengan jelas
dan tegas ayat itu mengatakan bahwa Isa Al Masih dalam pra keberadaan-Nya atau
sebelum ada di dalam kandungan Maryam adalah Kalam atau Firman dari Allah. Kata
Al Masih artinya yang diurapi yang ditahbiskan atau yang dinobatkan, serta
diikuti dengan kata wajiihan fiddunyaa wal aakhirah, yang artinya terkemuka di
dunia dan di akhirat.
Jadi secara tersirat dan tersurat ayat itu menyatakan
bahwa Isa Al Masih itu pada hakikatnya adalah Firman Allah yang diurapi dengan
status kedudukan terkemuka di dunia dan di akhirat.
Pertanyaannya, siapakah oknum yang punya kedudukan dan
kehormatan terkemuka di dunia dan di akhirat kecuali Allah SWT. Lalu, siapakah
sebenarnya Isa Al Masih itu? Sebab tidak ada manusia, Nabi, Rasul sampai
Malaikatpun yang punya kedudukan atau kehormatan terkemuka di dunia dan di
akhirat.
Saya dibuat semakin bertanya-tanya dan akhirnya saya
temukan juga jawabannya dalam Surat An Nisaa 4: 171 yang saya ambil pointnya
saja demikian bunyinya: "Innamaal masiihu ‘iisabnu maryama rasuulullahi wa
kalimatuhu al qaahaa ilaa maryama wa ruuhum minhu". Artinya: Sesungguhnya Al
Masih Isa Putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang
disampaikan kepada Maryam, dan Roh dari-Nya". (QS. An Nisaa 4: 171).
Dari sini bisa saya simpulkan bahwa ayat di atas
menyatakan Isa Al Masih itu utusan Allah, Isa Al Masih itu Firman Allah, Isa Al
Masih itu Roh Allah, ayat itu juga didukung Hadits Shahih Bukhari (HSB) 1496 dan
Hadits Anas Bin Malik hal. 72: “ISA itu sesungguhnya Roh Allah dan Kalam Allah”.
.....
Felix Fedyanto, wrote:
Dalam Al Qur'an:
1. QS. 19: 19 — Isa Al Masih seorang anak laki-laki yang
suci.
2. QS. 19: 21 — Isa Al Masih sebagai tanda bagi manusia
dan rahmat dari Allah.
3. QS. 3: 46, 5: 19, 20, 110 — Isa Al Masih semasa dalam
buaian dan ayunan sudah bisa berbicara dengan manusia.
4. QS. 19: 31 — Isa Al Masih seorang yang diberkati Allah
dimana saja berada.
5. QS. 3: 49, 5: 110 — Isa Al Masih, menyembuhkan orang
buta sejak lahir, menyembuhkan penyakit sopak (lepra) dan menghidupkan orang
mati.
6. QS. 3: 45 — Isa Al Masih adalah Kalam Allah, terkemuka
di dunia dan di akhirat.
7. QS. 4: 171 — Isa Al Masih utusan Allah, Kalam Allah
dan Roh Allah.
8. QS. 21: 91 — Isa Al Masih dan ibunya dijadikan tanda
yang besar bagi semesta alam.
Dalam Hadits:
l. HSB. 1496 — Isa Al Masih itu utusan Allah, Kalam Allah,
Rob Allah.
2. HSB. 1090 dan HSM 127 — Isa Al Masih akan turun
menjadi Hakim yang adil.
3. H. Anas bin Malik hal. 72 — Isa Al Masih Roh Allah dan
Kalam Allah.
4. HSM Jilid I hal. 74 — Isa Al Masih adalah Iman Mahdi
dan Hakim yang adil.
5. H. Ibnu Majah — Tidak ada Imam Mahdi selain Isa Al
Masih putra Maryam.
Dengan dukungan dan pernyataan beberapa ayat-ayat Al
Qur'an dan Hadits perasaan saya seperti disinari dengan pancaran terang
kebenaran untuk terus melangkah menuju "Jalan Keselamatan".
.....
-----
Bai Qoni, wrote:
Kasihan juga si Felix Fedyanto ingin tahu tentang Islam tapi
dari sumber yang sesat. Nih aku sedikit kasih tahu apa yang dimaksud dengan
jalan yang lurus biar nggak kege-eran menyangka yang dimaksud jalan yang lurus
adalah Yesus. Simak yah!
“Iyyaa kana' budu wa iyya kanasta'iin" (Hanya kepada
Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan). Siapakah
yang dituju untuk disembah? Dan dimintai pertolongan? Iyyaka na'budu bermaksud
Kepada-Mu ( Allahu ahad ) kami menyembah mengesakan dan takut dan berharap,
wahai Tuhan tidak ada selain-Mu". Dan Iyyaka nasta'in bermaksud "Kami
minta tolong kepada-Mu (Allahush shamad) tempat hamba bergantung untuk
menjalankan taat dan untuk mencapai semua hajat kepentingan". Dalam Iyyaka
na'budu wa iyyaka nasta'in, juga bermakna Allah menyuruh supaya tulus ikhlas
dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar mengharap bantuan
pertolongan Allah dalam segala urusan."
Lalu kita lanjutkan dengan: “Ihdinash shiraathal mustaqiim“.
Apa itu shiraathal mustaqiim? Yaitu jalan yang lurus yang jelas tidak
berliku-liku. Shiraatal mustaqiim, ialah: mengikuti tuntunan Allah dan
Rasulullah SAW. Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a.
yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Asshiratul mustaqiim
kitabullah”. Juga berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima
lainnya.
Lantas siapakah mereka yang mendapatkan petunjuk jalan
yang lurus? “Shiraathalladziina an'amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh
dhaallin“ (Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Tuhan atas mereka
dan bukan jalan yang dimurkai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang
yang sesat). Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah
ditempuh oleh orang-orang yang mendapat ridha dan nikmat dari Allah ialah
mereka yang tersebut dalam ayat 69 An-Nisaa’: “Dan siapa yang taat kepada Allah
dan Rasulullah maka mereka akan bersama orang-orang yang telah diberi nikmat
oleh Allah dari para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan merekalah
sebaik-baik kawan. (An-Nisaa’. 69). Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat 70: "Dzaalikal
fadhlu minallaahi wakafaa billaahi ‘aliimaa" (Itulah kurnia Allah dan
cukup Allah yang Maha Mengetahui.)
Ibnu Abbas berkata: "Jalan orang-orang yang diberi
nikmat oleh Tuhan kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta
istiqamah seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin. Bukan
jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah mengetahui
kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang Yahudi dan
Nasrani, mereka telah mengetahui kitab Allah tetapi tidak melaksanakannya, juga
bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengetahui.
Bai Qoni, wrote:
Kemudian mengenai pemerkosaan penafsiran dalam surat Az
Zukhruf: 61 juga merupakan model senjata yang sudah tumpul yang selalu
digunakan misionaris untuk memuluskan misi kristenisasinya. Coba kamu simak nih
Felix Fedyanto, dalam surat Az Zukhruf tersebut biasa dihubungkan dengan surat Al
Fatihah di atas, lantas coba dilegalisir dengan Yohanes 14: 16. Inilah strategi
yang seolah-olah cerdas yang biasa kalian lakukan.
Di dalam Injil, Yohanes 14: 6 Isa berfirman: “Akulah
jalan untuk mengenal Allah dan untuk mendapat hidup. Tidak seorang pun yang
dapat datang kepada Allah kalau tidak melalui Aku”. Ayat ini jelas dan sering
menghantui saya kerana di dalam surah Al-Fatihah 1: 6 “Ihdinash shiraatall mustaqiim”
yang bermaksud ‘tunjukkanlah aku jalan yang lurus’. Setiap kali waktu saya
sembahyang, saya membaca ayat ini untuk meminta petunjuk agar ditunjukkan jalan
yang lurus. Kepercayaan kepada Isa Al-Masih membawa jaminan penyelamatan. Ini
terbukti di dalam Al-Qur’an Surah Az-Zukhruf 61 yang berbunyi: “haadzaa
shiraatum mustaqiim” yang maksudnya; “Ikutlah Aku, inilah jalan yang lurus”.
MARI KITA KAJI
Apakah Maksud Sebenarnya dari Surah Al-Zukhruf, ayat 61?
Mari kita lihat tafsiran ayat Surah Al-Zukhruf ayat 61
yang dipergunakan oleh misionaris Kristian:
“Ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus”
Ayat di atas hanyalah sebahagian daripada ayat yang
termaktub di dalam Surah Al-Zukhruf ayat 61 dan terjemahan yang sepenuhnya
ialah:
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan
pengetahuan tentang hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang
kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
Tetapi apa yang misionaris sengaja melakukannya ialah
mereka hanya mengambil ayat ini untuk menguatkan/melagalisir ayat Yohanes 14:6,
tanpa menurunkan seluruh konteks ayat ini. Ayat ini hanyalah merupakan sebagian
daripada keseluruhan Firman Allah sendiri yang dengan jelas menegaskan tentang
siapa ‘Isa itu, dan tidak langsung tertuju kepada perkataan ‘Isa . Di sini kami
tunjukan seluruh konteks ayat-ayat (termasuk ayat di atas) di mana Allah-lah yang
sebenarnya berbicara di dalam ayat di atas, dan bukannya Nabi ‘Isa:
“Isa itu tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami
berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti
(kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami
jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan
sesungguhya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat.
Kerana itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah
jalan yang lurus. Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan;
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Surah Al-Zukhruf: 59-62)
Sekali lagi terlihat misionaris Kristian yang memalsukan
penafsiran ayat ini sudah pecah, dengan pembohongan yang jelas hanya menjerat
diri sendiri. Dengan jelas kita dapat melihat bahawa Allah-lah yang berfirman
di dalam Surah Al-Zukhruf ayat 62 dan bukannya sabda ‘Isa a.s. Malah, kita
melihat bahwa Al-Qur’an dengan tegas menjelaskan bahwa ‘Isa itu hanyalah
semata-mata hamba Allah:
“Isa itu tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami
berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti
(kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (Surah Al-Zukhruf: 59)
Masih menyangkal ???
-----
Imron Kuswandi M., wrote:
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ
وَجَعَلَنِي نَبِيّاً ﴿٣٠﴾ وَجَعَلَنِي مُبَارَكاً أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي
بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيّاً ﴿٣١﴾
(30) “Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba
Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi”.
(31) “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada,
dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat
selama aku hidup”; (QS. Maryam. 30 – 31).
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ
إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ... ﴿٦﴾
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata:
"Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar
gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad) ..." (QS. Ash Shaaf. 6).
-----
Felix Fedyanto, wrote:
@Imron = Wkwkwkwkwk tidak ada nabi selain di Israel saja!
Keselamatan hanya datang dari bangsa Israel bukan dari bangsa Arab, hahaha
hahaha.
Felix Fedyanto, wrote:
Israel adalah umat pilihan Allah, asal - usul nama Israel
adalah Yakub! Arti dari Israel adalah pangeran Allah luar biasa ada tertulis
siapa yang mengutuk Israel akan dikutuk, siapa yang memberkati Israel akan
diberkati. Jadi mana ada bangsa Arab seperti Israel
-----
Imron Kuswandi M., wrote:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ
النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ
يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى
يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera
Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah".
Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka
sampai berpaling?” (QS At Taubah. 30).
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن
دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ
إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٣١﴾
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih
putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan”. (QS At Taubah. 31).
-----
Felix Fedyanto, wrote:
Kalian seharusnya meneladani Isa Al Masih sewaktu masih
hidup bukan mengutuk, merendahkan, menghina, bahkan meragukan keilahian Isa Al Masih sebagai juru selamat untuk
umat manusia! Bagaimana kalian mengaku mengenal Isa Al Masih sungguh statement
lelucon jika Islam mengikuti Isa Al Masih yang merupakan jalan lurus tersebut.
Felix Fedyanto, wrote:
@Imron = jika manusia menjadi Allah itu mustahil,
bagaimana jika Allah yang menjadi manusia apakah itu mustahil? Segala yang
dibentuk oleh Allah melalui firman-Nya jika Allah berfirman maka jadi (kun
fayakun). Mustahilkah jika Allah yang turun ke dunia? Tolong dijawab! Yesus
berkata aku turun dari surga dan Yesus berkata aku adalah alfa dan omega yang
awal dan yang akhir yang pertama dan yang kemudian bukankah itu bukti bahwa Yesus
adalah Allah yang turun dari surga?
-----
Imron Kuswandi M., wrote:
@Felix: Kiranya tulisanku berikut ini (secara tidak
langsung) sudah cukup untuk menjawab pertanyaan anda:
ALLAH
BISA BERBUAT APA SAJA
Assalamu'alaikum wr. wb.
Seorang teman telah bertanya:
Pak Imron, ana mau tanya boleh ’nggak? Seperti ini pertanyaannya: ada temannya
temanku pernah dapat sms, "Tuhan itu diktator" katanya. Dia lalu langsung
cari anak itu dan tanpa ngomong langsung dipukul, akhirnya urusan polisi. Yang
ana sesalkan kenapa dia menjawab dengan tindakan, kenapa ’nggak dengan kata-kata
yang lembut dan benar. Tapi yang ana tanyakan: gimana jawabnya seandainya ana dapat
pertanyaan seperti itu? Mungkin Pak Imron bisa kasih ana ilmu tentang itu... Terimakasih
Pak Imron... sebelumnya.
Saudaraku…,
Sebelumnya aku sampaikan
terimakasih atas kesediaannya untuk bersama-sama belajar. Dan semoga semangat
untuk belajar tidak pernah padam hingga akhir hayat kita. Amin...!!!
Dari pesan yang saudaraku
sampaikan tersebut, nampaknya saudaraku telah menanyakan bagaimana jawabnya
seandainya saudaraku mendapat pertanyaan dari seseorang bahwa "Tuhan itu
diktator" ?
Sebelum menjawab pertanyaan
tersebut, marilah kita perhatikan sedikit ilustrasi berikut ini:
Saudaraku…,
Bagi kita yang telah bekerja
dan berpenghasilan cukup, maka dengan penghasilan yang kita miliki, kita bisa
saja membeli minuman keras dan meminumnya. Masalahnya adalah: kita tidak mau
melakukannya. Artinya, jika selama ini kita tidak pernah membeli minuman keras
dan meminumnya, hal ini bukan berarti kita tidak bisa melakukannya. Tetapi
karena kita memang tidak mau melakukannya.
Hal ini berbeda dengan pertanyaan
berikut ini: ”Bisakah kita pergi dan mendarat di permukaan matahari?”.
Jawabannya jelas tidak bisa, karena teknologi yang ada sekarang belum
memungkinkan untuk melakukan hal itu. Artinya, jika selama ini kita tidak
pernah pergi dan mendarat di permukaan matahari, hal ini bukan karena kita tidak
mau melakukannya. Tetapi karena kita memang tidak bisa melakukannya.
Saudaraku…,
Sebagai Sang Maha Pencipta, maka pastilah
Allah itu bisa melakukan apa saja dan bisa menciptakan apa saja (hal ini sangat
berbeda dengan kita sebagai makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana ilustrasi di atas).
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ
كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾
”Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlash. 1 – 4).
Masalahnya adalah: apakah
Allah mau melakukannya atau tidak...!!!
Contoh: Bisakah Allah
memasukkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, ke dalam api neraka? Jawabnya
pasti bisa. Hanya saja Allah tidak mau melakukan hal itu. Karena Allah telah
berjanji dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 198, yang artinya adalah:
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْاْ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلاً مِّنْ عِندِ اللّهِ
وَمَا عِندَ اللّهِ خَيْرٌ لِّلأَبْرَارِ ﴿١٩٨﴾
”Akan tetapi orang-orang yang
bertakwa kepada Tuhan-nya bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah)
dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang
yang berbakti”. (QS. Ali ’Imran. 198).
Adalah mustahil bagi Allah
untuk memasukkan orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, ke dalam api neraka
(meskipun Allah bisa melakukannya). Karena
sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji.
... وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ ...
"... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At
Taubah. 111).
Contoh yang lain: Bisakah
Allah menghidupkan seorang manusia terus menerus hingga ke alam akhirat (tanpa
mengalami kematian)? Jawabnya pasti bisa. Hanya saja Allah tidak mau melakukan
hal itu. Karena Allah telah berjanji dalam Al Qur’an surat Ali ’Imran ayat 185,
yang artinya adalah:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
﴿١٨٥﴾
”Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan”. (QS. Ali ‘Imran. 185).
Mustahil bagi Allah untuk menghidupkan
seorang manusia terus menerus hingga ke alam akhirat (tidak mengalami kematian),
meskipun Allah bisa melakukannya. Karena
sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Menepati Janji. "... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS. At
Taubah. 111).
Contoh yang lainnya lagi:
Bisakah Allah mengeluarkan para ahli neraka dari neraka, kemudian
menghidupkannya kembali serta mengembalikannya ke dalam dunia ini? Jawabnya
pasti bisa. Hanya saja Allah tidak mau melakukan hal itu. Karena Allah telah
berjanji dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 167, yang artinya adalah:
وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُواْ لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً
فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّؤُواْ مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللّهُ
أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧﴾
“Dan berkatalah orang-orang
yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan
berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami."
Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi
sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api
neraka”. (QS. Al Baqarah. 167).
Adalah mustahil bagi Allah
untuk mengeluarkan para ahli neraka dari neraka, kemudian menghidupkannya
kembali serta mengembalikannya ke dalam dunia ini, meskipun Allah bisa
melakukannya. Karena sesungguhnya Allah adalah
Tuhan Yang Maha Menepati Janji. "... Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? ...” (QS.
At Taubah. 111).
Demikian seterusnya. Sehingga
dari gambaran tersebut, nampaklah bahwa meskipun Allah itu bisa melakukan apa
saja dan bisa menciptakan apa saja, namun bukan berarti bahwa Allah itu diktator.
Karena sesungguhnya Allah adalah Tuhan Yang Maha Bijaksana. Sebagaimana
janji-Nya dalam Al Qur’an surat Al An’aam ayat 18:
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ
الْخَبِيرُ ﴿١٨﴾
”Dan Dialah yang berkuasa
atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al An’aam. 18).
Sedangkan Allah tidak
akan pernah menyalahi janji-Nya, sebagaimana
penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ruum ayat 6:
وَعْدَ اللَّهِ لَا
يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٦﴾
"(sebagai) janji yang
sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar Ruum. 6).
Semoga bermanfaat.
Imron Kuswandi M., wrote:
@Felix: Saya tidak heran dengan tanggapan anda, karena Al
Qur'an telah mengisyaratkan hal itu:
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم
مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَداً مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ
مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ... ﴿١٠٩﴾
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka
dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki
yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran
...” (QS. Al Baqarah. 109).
وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ
الْعِلْمُ بَغْياً بَيْنَهُمْ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ إِلَى
أَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ
مِن بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيبٍ ﴿١٤﴾
”Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan
sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka*.
Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya
(untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka
telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka
Al-Kitab (Taurat dan Injil)** sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan
yang menggoncangkan tentang kitab itu”. (QS. Asy Syuura. 14)
*) Maksudnya: Ahli-ahli kitab itu berpecah belah sesudah
mereka mengetahui kebenaran dari nabi-nabi mereka. Sesudah datang Nabi Muhammad
SAW dan nyata kebenarannya, merekapun tetap berpecah belah dan tidak
mempercayainya.
**) Yang dimaksud dengan ”orang-orang yang diwariskan
kepada mereka Al-Kitab” adalah ahli kitab yang hidup pada masa Nabi Muhammad
SAW.
Imron Kuswandi M., wrote:
@Felix: Tentang keilahian Isa Al
Masih, hal ini sebenarnya sudah terbantahkan oleh penjelasan Al Qur’an
surat At Taubah ayat 30 – 31 sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ
النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ
يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى
يُؤْفَكُونَ ﴿٣٠﴾
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera
Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah".
Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka
sampai berpaling?” (QS At Taubah. 30).
اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَاباً مِّن
دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ
إِلَـهاً وَاحِداً لاَّ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٣١﴾
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih
putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa
yang mereka persekutukan”. (QS At Taubah. 31).
Bai Qoni, wrote: Nice...
ü Sampai di sini, Felix Fedyanto sudah tidak memberi
tanggapan lagi.
-----
Demikian hasil diskusi ini,
Semoga
bermanfaat.
NB.
*) Al Masih artinya mengusap;
mengusap orang mati menjadi hidup kembali, mengusap orang sakit jadi sembuh,
dll. (yang semuanya itu atas ijin Allah SWT).