بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾

Assalamu’alaikum wr. wb.

Selamat datang, saudaraku. Selamat membaca artikel-artikel tulisanku di blog ini.

Jika ada kekurangan/kekhilafan, mohon masukan/saran/kritik/koreksinya (bisa disampaikan melalui email: imronkuswandi@gmail.com atau "kotak komentar" yang tersedia di bagian bawah setiap artikel). Sedangkan jika dipandang bermanfaat, ada baiknya jika diinformasikan kepada saudara kita yang lain.

Semoga bermanfaat. Mohon maaf jika kurang berkenan, hal ini semata-mata karena keterbatasan ilmuku. (Imron Kuswandi M.).

Kamis, 03 Desember 2015

MENERIMA DO’A DARI NON MUSLIM


Assalamu’alaikum wr. wb.

Seorang sahabat telah bertanya: “Pak Imron, saya mau bertanya. Bagaimana kita sebaiknya bersikap saat ada non muslim yang mendo’akan kebaikan untuk kita? Saya ada teman Katholik, dia kerap mendo’akan kesehatan dan kesuksesan untuk saya. Terima kasih atas jawaban Bapak”.

Terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebelum membahas pertanyaan saudaraku tersebut, marilah kita perhatikan uraian berikut ini:

Saudaraku,
Syariat Islam mengajarkan kaum muslimin untuk selalu meningkatkan kecintaan terhadap saudara sesama muslim, merekatkan persaudaraan dan kasih sayang sesama muslim. Dan untuk mewujudkan hubungan persaudaraan dan kasih sayang ini, maka syariat Islam memerintahkan kita untuk menyebarkan salam.

... فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿٦١﴾
“... Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (QS. An Nuur. 61).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْشِ السَّلَامَ، وَأَطْعِم ِالطَّعَامَ، وَصِلِ الْأَرْحَامَ، وَقُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، وَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ.
“Tebarkanlah salam, berilah (orang) makanan, sambunglah karib kerabat (silaturrahim), berdirilah (shalat) di malam hari ketika manusia tidur, dan masuklah kamu ke dalam surga dengan selamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim dari Abu Hurairah(.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا, وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا, أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ. (رواه مسلم) 
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian bisa saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan terhadap satu amalan yang bila kalian mengerjakannya kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim).

Saudaraku,
Ucapan salam, yaitu kalimat:

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” artinya: “Semoga keselamatan (dilimpahkan) atasmu, dan rahmat Allah serta berkah-Nya (juga dilimpahkan kepadamu)”.

Hal ini menunjukkan bahwa salam berarti do’a. Artinya ketika saudara kita sesama muslim telah mengucapkan salam kepada kita, maka sesungguhnya dia telah mendo’akan kita dengan do’a: “Semoga keselamatan dilimpahkan atas kita, dan semoga rahmat Allah serta berkah-Nya juga dilimpahkan kepada kita”.

Mendapat salam dari saudara kita seperti ini, maka kita juga harus membalasnya dengan salam yang lebih baik (atau minimal sama). Artinya kita juga harus mendo’akan saudara kita tersebut dengan do’a yang lebih baik (atau minimal dengan do’a yang sama).

وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيباً ﴿٨٦﴾
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”. (QS. An Nisaa’. 86).

Lalu bagaimana jika yang menyampaikan salam tersebut adalah orang non muslim? Perhatikan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Hadits berikut ini:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يُسَلِّمُونَ عَلَيْنَا فَكَيْفَ نَرُدُّ عَلَيْهِمْ قَالَ قُولُوا وَعَلَيْكُمْ. (رواه مسلم)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: “Sesungguhnya Ahli Kitab memberi salam kepada kami, bagaimana kami menjawabnya?” Jawab Beliau: “Ucapkan: Wa'alaikum”. (HR. Muslim no. 4025).

حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مَرْزُوقٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أَصْحَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ يُسَلِّمُونَ عَلَيْنَا فَكَيْفَ نَرُدُّ عَلَيْهِمْ قَالَ قُولُوا وَعَلَيْكُمْ قَالَ أَبُو دَاوُد وَكَذَلِكَ رِوَايَةُ عَائِشَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْجُهَنِيِّ وَأَبِي بَصْرَةَ يَعْنِي الْغِفَارِيَّ. (رواه ابو داود)
Telah menceritakan kepada kami Amru bin Marzuq berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Anas berkata, "Para sahabat sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada beliau, "Orang-orang ahli kitab memberi salam kepada kami, lalu bagaimana kami memberi jawaban?" beliau menjawab: "Ucapkanlah 'Wa Alaikum (dan atas kalian)." Abu Dawud berkata, "Seperti itu pula riwayat 'Aisyah, Abu 'Abdurrahman Al Juhanni dan Abu Bashrah – maksudnya Abu Bashrah Al Ghifari –". (HR. Abu Daud no. 4531)

Saudaraku,
Dari dua hadits tersebut, diperoleh penjelasan bahwa ketika yang menyampaikan salam tersebut adalah orang non muslim, maka kita diperintahkan untuk menjawab/mengucapkan “wa’alaikum” saja, tanpa ada tambahan apapun di belakangnya. Wa’alaikum artinya “dan atas kalian”. Kalimat seperti ini tidak berarti apa-apa (tidak bisa diartikan sebagai do’a). Berbeda dengan kalimat wa’alaikumussalam, yang artinya “dan semoga keselamatan (juga) atas kalian”.

Hal ini mengisyaratkan bahwa kitapun diperintahkan untuk membalas sikap baik mereka dengan sikap yang baik pula dengan membalas salam yang mereka sampaikan kepada kita (bisa dibayangkan, apa jadinya jika kita tak pernah menanggapi salam yang telah mereka sampaikan kepada kita) tanpa disertai dengan do’a yang sama/tanpa mendo’akan balik dengan do’a yang sama kepada mereka karena kita kaum muslimin tidak diperkenankan untuk berdo’a bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat kita, apalagi hanya rekan sejawat/teman kerja, dst.

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ﴿١١٣﴾
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam”. (QS. At Taubah. 113).

Kecuali jika kita berdo’a agar mereka mendapat hidayah sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dimana Beliau SAW. pernah berdo’a agar Allah memberi hidayah kepada salah seorang dari dua lelaki, yaitu Abu Jahal atau Umar bin Al-Khattab.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ حَدَّثَنَا خَارِجَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عُمَرَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar dan Muhammad bin Rafi' keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi telah menceritakan kepada kami Kharijah bin Abdullah Al Anshari dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah satu diantara kedua orang yang paling Engkau cintai, Abu Jahal atau Umar bin Khaththab." Ibnu Umar berkata; "Dan ternyata yang lebih Allah cintai di antara keduanya adalah Umar bin Khaththab." Abu Isa berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib dari hadits Ibnu Umar."(HR. Tirmidzi no. 3614).

-----

Saudaraku,
Merujuk pada uraian di atas, maka ketika ada non muslim yang mendo’akan kebaikan untuk kita (mendo’akan kesehatan dan kesuksesan untuk kita), sebaiknya juga kita balas sikap baiknya dengan sikap yang baik pula tanpa disertai dengan do’a yang sama/tanpa mendo’akan balik dengan do’a yang sama kepadanya. Misalnya kita balas dengan ucapan: “Terimakasih atas perhatiannya”, tanpa disertai adanya tambahan kata/kalimat apapun di belakang kalimat tersebut.

Kalaupun harus ditambahi dengan do’a, maka do’akanlah agar dia mendapat hidayah sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada hadits di atas (baik secara explisit maupun implisit). Misalnya kita balas dengan ucapan: “Terimakasih atas perhatiannya. Semoga anda tetap diberi kesehatan sehingga tetap mampu untuk berbuat baik kepada sesama sehingga pada akhirnya anda bisa mendapatkan kesuksesan dalam hidup yang jauh lebih baik daripada yang telah anda raih selama ini”.

Pada kalimat tersebut, secara implisit kita berdo'a semoga yang bersangkutan bisa mendapat hidayah dari Allah dan menemukan Islam di hari kemudian. Ini tersirat dalam kalimat: “dan pada akhirnya anda bisa mendapatkan kesuksesan dalam hidup yang jauh lebih baik daripada yang telah anda raih selama ini”. (Tentunya tiada yang lebih baik daripada yang telah dia raih selama ini, selain mendapat hidayah dari Allah dan menemukan Islam di kemudian hari).

Dalam contoh tersebut, kita juga do’akan agar dia diberi kesehatan dengan harapan peluang untuk mendapatkan hidayah masih terbuka (jadi ujung-ujungnya kita tetap berdo’a agar dia diberi hidayah, sebagaimana tertulis pada bagian akhir kalimat tersebut). Karena jika kemudian dia sakit parah sehingga wafat dalam keadaan tidak beriman, maka dia akan tetap dalam kekafiran untuk selama-lamanya. Karena setelah ajal menjemput seseorang, pintu taubat telah tertutup untuknya (demikian pula pintu hidayah) dan taubatnya tidak akan diterima untuk selama-lamanya. (Na’udzubillahi mindzalika!).

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلاَ الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلَـئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٨﴾
”Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang" Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih”. (QS. An Nisaa’. 18).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدَ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه الترمذى)   
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai di tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi).

Saudaraku,
Ada satu hal lagi yang harus kita perhatikan terkait do’a yang telah dia sampaikan kepada kita. Yaitu kita tidak perlu mengamini do’anya karena do`a orang-orang kafir itu hanyalah sia-sia belaka. Demikian penjelasan Al Qur’an dalam surat Ar Ra’d pada bagian akhir ayat 14:

... وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ ﴿١٤﴾
“... Dan do`a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Ar Ra’d. 14).

Surat Ar Ra’d ayat 14 selengkapnya adalah sebagai berikut:

لَهُ دَعْوَةُ الْحَقِّ وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لَا يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيْءٍ إِلَّا كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاءِ لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إِلَّا فِي ضَلَالٍ ﴿١٤﴾
“Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) do`a yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan do`a (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”. (QS. Ar Ra’d. 14).

Demikian yang bisa kusampaikan. Mohon maaf jika kurang berkenan. Juga mohon maaf atas keterbatasan ilmuku. Karena bagimanapun juga, sampai saat ini aku benar-benar menyadari bahwa wawasan ilmuku masih sangat terbatas. Oleh karena itu, ada baiknya jika saudaraku juga bertanya kepada ‘alim / ‘ulama’ di sekitar saudaraku tinggal. Semoga saudaraku bisa mendapatkan penjelasan / jawaban yang lebih memuaskan, karena bagaimanapun juga, mereka (para ulama') lebih banyak memiliki ilmu dan keutamaan daripada aku.

Semoga bermanfaat.

2 komentar:

  1. Ass.lama tak menyambangi blog ini,,,,banyak sekali nasihat2 kehidupan yg manfaat,,trims sahabat ku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumussalam wr. wb.
      Terimakasih kembali, wahai sahabatku. Semoga bermanfaat.

      Hapus

Info Buku:

● Alhamdulillah, telah terbit buku: Islam Solusi Setiap Permasalahan jilid 1.

Prof. Dr. KH. Moh. Ali Aziz, MAg: “Banyak hal yang dibahas dalam buku ini. Tapi, yang paling menarik bagi saya adalah dorongan untuk mempelajari Alquran dan hadis lebih luas dan mendalam, sehingga tidak mudah memandang sesat orang. Juga ajakan untuk menilai orang lebih berdasar kepada kitab suci dan sabda Nabi daripada berdasar nafsu dan subyektifitasnya”.

Buku jilid 1:

Buku jilid 1:
Buku: “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 378 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

● Buku “Islam Solusi Setiap Permasalahan” jilid 1 ini merupakan kelanjutan dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” (jilid 1 s/d jilid 5). Berisi kumpulan artikel-artikel yang pernah saya sampaikan dalam kajian rutin ba’da shalat subuh (kuliah subuh), ceramah menjelang berbuka puasa, ceramah menjelang shalat tarawih/ba’da shalat tarawih, Khutbah Jum’at, kajian rutin untuk rekan sejawat/dosen, ceramah untuk mahasiswa di kampus maupun kegiatan lainnya, siraman rohani di sejumlah grup di facebook/whatsapp (grup SMAN 1 Blitar, grup Teknik Industri ITS, grup dosen maupun grup lainnya), kumpulan artikel yang pernah dimuat dalam majalah dakwah serta kumpulan tanya-jawab, konsultasi, diskusi via email, facebook, sms, whatsapp, maupun media lainnya.

● Sebagai bentuk kehati-hatian saya dalam menyampaikan Islam, buku-buku religi yang saya tulis, biasanya saya sampaikan kepada guru-guru ngajiku untuk dibaca + diperiksa. Prof. Dr. KH. M. Ali Aziz adalah salah satu diantaranya. Beliau adalah Hakim MTQ Tafsir Bahasa Inggris, Unsur Ketua MUI Jatim, Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawah Al Qur’an, Ketua Asosiasi Profesi Dakwah Indonesia 2009-2013, Dekan Fakultas Dakwah 2000-2004/Guru Besar/Dosen Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya 2004 - sekarang.

_____

Assalamu'alaikum wr. wb.

● Alhamdulillah, telah terbit buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5.

● Buku jilid 5 ini merupakan penutup dari buku “Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an dan Hadits” jilid 1, jilid 2, jilid 3 dan jilid 4.

Buku Jilid 5

Buku Jilid 5
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 5: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-29-3

Buku Jilid 4

Buku Jilid 4
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 4: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², x + 384 halaman, ISBN 978-602-5416-28-6

Buku Jilid 3

Buku Jilid 3
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 3: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 396 halaman, ISBN 978-602-5416-27-9

Buku Jilid 2

Buku Jilid 2
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 2: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 324 halaman, ISBN 978-602-5416-26-2

Buku Jilid 1

Buku Jilid 1
Buku: "Petunjuk Praktis Menjadi Muslim Seutuhnya Menurut Al Qur’an Dan Hadits” jilid 1: HVS 70 gr, 16 x 24 cm², viii + 330 halaman, ISBN 978-602-5416-25-5

Keterangan:

Penulisan buku-buku di atas adalah sebagai salah satu upaya untuk menjalankan kewajiban dakwah, sebagaimana penjelasan Al Qur’an dalam surat Luqman ayat 17 berikut ini: ”Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman. 17).

Sehingga sangat mudah dipahami jika setiap pembelian buku tersebut, berarti telah membantu/bekerjasama dalam melaksanakan tugas dakwah.

Informasi selengkapnya, silahkan kirim email ke: imronkuswandi@gmail.com atau kirim pesan via inbox/facebook, klik di sini: https://www.facebook.com/imronkuswandi

۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞ ۞