Assalamu’alaikum
wr. wb.
Saudaraku,
Berlapang-lapanglah
dalam majelis ilmu, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu di surga
nanti.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَـــٰــلِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَإِذَا
قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ
ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
دَرَجَــٰـتٍ وَاللهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mujaadilah. 11).
Dan
menjadilah generasi termulia, yaitu generasi rabbani (rabbani adalah orang yang
sempurna ilmu dan taqwanya kepada Allah SWT).
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ
اللهُ الْكِتَـــٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ
ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللهِ وَلَـــٰكِن
كُونُواْ رَبَّــــٰـنِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَـــٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ ﴿٧٩﴾
“Tidak
wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (QS. Ali
‘Imraan. 79).
Saudaraku,
Betapa
mulianya majelis ilmu itu dalam Agama Islam, sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan kepada kita (bahwa majelis ilmu itu) sebagai taman-taman surga.
Oleh karena itu ketika kita melewati majelis ilmu, maka bersegeralah untuk
bergabung di dalamnya dengan senang hati dan janganlah sekali-kali kita
meninggalkannya.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
أَنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا
مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ. (رواه
الترمذى)
Dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Apabila kalian melewati taman surga
maka makan minumlah (maka singgahlah dengan senang hati)" Para
sahabat bertanya, "Apakah taman surga itu?"
Rasulullah menjawab, "Perkumpulan yang diadakan untuk dzikir
(halaqah dzikir atau halaqah ilmu)”. (HR. At-Tirmidzi).
Halaqah =
perkumpulan/ kelompok/lingkaran orang-orang yang duduk.
Bahkan
seharusnya kita tidak mesti menunggu hingga ada kesempatan untuk melewati
taman-taman surga tersebut baru
kita bergabung/singgah dengan senang hati. Jika kebetulan kita tidak sedang melewati taman-taman surga tersebut atau di hadapan kita tidak
sedang dihamparkan majelis ilmu, maka kita harus aktif/pergi mencari
tempat-tempat dimana majelis ilmu itu berada untuk
selanjutnya segera bergabung di dalamnya.
Karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita
bahwa barangsiapa yang melintasi sebuah jalan (pergi) untuk menuntut ilmu, maka Allah
akan memudahkannya jalan menuju surga. Perhatikan
penjelasan hadits berikut ini:
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu meriwayatkan,
katanya: bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
... وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا
سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ. (رواه مسلم)
“...
Dan barangsiapa yang melintasi sebuah jalan (pergi) untuk menuntut ilmu, maka Allah
akan memudahkannya (dengan sebab
pergi menuntut ilmu tersebut) jalan menuju surga”. (HR. Muslim).
Bahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah memberitahukan kepada kita bahwa jika kita
berkumpul dalam majelis ilmu untuk membaca dan mempelajari Kitab-Nya,
maka Allah juga akan menurunkan ketenteraman kepada kita, rahmat-Nya akan meliputi
kita, para malaikat yang mulia akan mengelilingi kita, dan Allah akan
menyanjung kita di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
...، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَااجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّانَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَ هُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَبِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
(رواه مسلم)
...
Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan
untuknya jalan menuju Surga. Dan tidaklah suatu kaum
berkumpul di dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara
mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, dan rahmat meliputi mereka, dan Malaikat mengelilingi
mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para
Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa
yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” (HR.
Muslim).
Aduhai,
betapa indahnya jika kita bisa mendapatkan hal itu semua. Sehingga pantaslah
jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kita iri kepada
yang lain kecuali terhadap dua golongan, yang salah satunya adalah kepada orang
yang dikaruniai ilmu Al Qur’an dan As Sunnah, dia mengamalkannya serta
mengajarkannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٍ آتَاهُ اللهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٍ
آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا
وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak
boleh iri selain terhadap dua golongan: (1) orang yang dikaruniai harta yang
melimpah oleh Allah SWT. kemudian dia membelanjakannya
di jalan yang haq, (2) orang yang dikaruniai hikmah (ilmu Al Qur’an dan
As Sunnah), kemudian dia menunaikannya
(mengamalkannya), serta mengajarkannya.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
Saudaraku,
Orang
yang dikaruniai ilmu Al Qur’an dan As Sunnah, dapat dipastikan
bahwa yang bersangkutan adalah orang yang dengan senang hati
mendatangi majelis-majelis ilmu untuk mempelajari ilmu Al
Qur’an dan As Sunnah serta mengajarkannya.
عَنْ
عُثْمَانَ بنِ عَفَّان رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ. (رواه مسلم)
Dari
sahabat Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kamu ialah orang yang mau
mempelajari Al Qur'an dan mau mengajarkannya". (HR. Muslim).
Lalu
bagaimana jika ada di antara kita yang tidak terbersit sedikitpun untuk
menghadiri majelis ilmu?
Saudaraku,
Ketika
seseorang tidak terbersit sedikitpun untuk menghadiri majelis ilmu sedangkan
majelis ilmu itu adalah taman-taman surga (sebagaimana penjelasan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di atas) padahal tidak ada udzur syar'i*, maka
ketahuilah bahwa hal ini merupakan indikasi bahwa Allah memang tidak berkenan
dengan kehadirannya di majelis yang sangat mulia tersebut.
Contoh:
seseorang tidak berkenan untuk menghadiri majelis ilmu padahal tidak ada
kesibukan apapun yang menjadikan sebab dia tidak bisa menghadiri majelis ilmu
tersebut. Kecuali jika pada saat yang sama yang bersangkutan sedang sakit, atau
harus segera bergegas ke rumah sakit untuk menemani/merawat ibunya yang sedang
sakit atau dalam keadaan sangat capai karena memang baru melakukan perjalanan
jauh sehingga kalau tidak istirahat dikhawatirkan bisa mengganggu kesehatannya,
dll.
Saudaraku,
Mengapa
Allah tidak berkenan dengan kehadirannya di majelis yang sangat mulia tersebut?
Jawabnya adalah karena Allah adalah Maha Baik dan Dia tidak mau
menerima, kecuali yang baik saja. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا ... (رواه مسلم)
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah ta’ala adalah Maha Baik,
tidak menerima kecuali yang baik, ...” (HR. Muslim).
Dengan demikian, ketika seseorang tidak
terbersit sedikitpun untuk menghadiri majelis ilmu sedangkan majelis ilmu itu
adalah taman-taman surga, hal
ini juga merupakan indikasi bahwa hatinya kotor oleh berbagai kemaksiatan yang
telah dia lakukan, sehingga Allah-pun tidak berkenan dengan kehadirannya di
majelis yang sangat mulia tersebut.
√ Lalu bagaimana solusinya ketika situasi
seperti uraian di atas menimpa seseorang (ketika seseorang mengalami situasi
seperti uraian di atas)?
Saudaraku,
Dalam kondisi seperti ini, maka yang
bersangkutan harus bersegera datang kepada Allah untuk bertaubat kepada-Nya. Dia harus kembali kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya. Dan dia juga harus mengikuti dengan sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan Allah
sebelum datang
azab dari-Nya dengan tiba-tiba.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا
مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾
”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kalian berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. Az Zumar. 53).
وَأَنِيبُوا
إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا
تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah (kalian) kepada-Nya sebelum datang kepadamu
azab kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”. (QS. Az Zumar. 54).
وَاتَّبِعُوا
أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم
مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً
وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٥٥﴾
“Dan ikutilah sebaik-baik apa
yang telah diturunkan kepadamu
(Al Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang kepadamu azab dengan
tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”, (QS. Az Zumar. 55).
Semoga bermanfaat.
NB.
*)
Yang dimaksud dengan udzur syar'i, yaitu udzur
(alasan) yang dibenarkan agama (artinya ada dalil yang mendasarinya).