Assalamu’alaikum wr. wb.
Terkait honor
dari pihak yayasan yang dirasakan rendah pada sebagian perguruan tinggi serta
tunjangan/hak-hak dosen lainnya yang acapkali tidak diberikan tepat waktu,
beberapa dosen telah mendiskusikannya via WhatsApp di “Grup WA Dosen Indonesia”.
Ibu Fulanah (nama
samaran, mahasiswi S3/dosen Bahasa Inggris di Jakarta): Kenapa ya, bahkan bagi
kalangan terdidik sekali pun, komplain itu artinya lupa Tuhan dan nggak
bersyukur? Lagian kalau komplain atau diskusi tentang keprihatinan dilarang,
jadi maunya gimana? Mau bilang hidup berlimpah gitu? Ini ni makanya profesi
kita nggak diperhatiin. Kayaknya tabu banget bilang kita ini gaji sedikit.
Ujung-ujungnya mroyek di belakang, kayak aku. Habis kalau nggak mroyek, manalah
cukup. Padahal ini krusial lho untuk diobrolin. Kok malah sok gengsi dan jadi
penasihat dadakan yang salah kaprah.
Ibu Nafilah (nama
samaran, dosen di Jakarta): Mirip dengan kasus di kampus tempat saya ngajar. Kalau
ada yang komplain tentang kurangnya honor yang diterima, ada saja yang
nyeletuk: syukuri saja. Atau kalau ada tunjangan belum turun-turun juga, ada juga
yang bilang: syukuri saja. Padahal kan komplain itu bukan berarti tidak bersyukur,
tapi menuntut hak.
Ibu Fulanah: Ya, aku
juga ada yang gitu. Ada rekan dosen yang link-nya tidak begitu luas. Kebetulan
dia juga tipe yang tidak mudah "menjual" secara supel. Beberapa kali
aku bantu buka jalan, tapi petinggi kampus yang aku sambungkan kurang srek dengannya. Akhirnya, ya berdiam di kampusku yang
PTS kecil ini saja dengan gaji minim, belum serdos.
Pak Fulan (nama
samaran, mahasiswa S3 di Spanyol/dosen Fakultas Teknik di Pontianak): Mungkin
Pak Imron bisa menjelaskan bersyukur itu (seperti apa) dalam hal mencari rejeki
buat keluarga?
Tanggapan
Saudaraku,
Aku sangat setuju dengan
pendapat Ibu Fulanah, Ibu Nafilah serta bapak/ibu dosen lainnya bahwa komplain
itu bukan berarti tidak bersyukur, tapi menuntut hak. Firman Allah ta’ala:
وَلَمَنِ انتَصَرَ بَعْدَ ظُلْمِهِ فَأُوْلَـــٰــئِكَ مَا
عَلَيْهِم مِّن سَبِيلٍ ﴿٤١﴾
“Dan sesungguhnya
orang-orang yang membela diri sesudah teraniaya, tidak ada suatu dosapun atas
mereka”. (QS. Asy Syuura. 41).
Sedangkan terkait rasa
syukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita tersebut,
terdapat tiga hal yang tidak boleh kita tinggalkan, yaitu: (1) senantiasa
memuji Allah atas segala nikmat yang telah diberikan, (2) mengakui bahwa semua
nikmat itu datangnya dari Allah, dan (3) mempergunakannya untuk taat kepada
Allah semata.
1. Senantiasa memuji
Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.
Saudaraku,
Perhatikan penjelasan
Al Qur’an dalam surat Az Zumar ayat 73 – 74 berikut ini:
وَسِيقَ
الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّىٰ إِذَا جَاؤُوهَا
وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَـــٰمٌ عَلَيْكُمْ
طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَـــٰـلِدِينَ ﴿٧٣﴾
“Dan orang-orang yang
bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula).
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka
dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan
(dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu
kekal di dalamnya". (QS. Az Zumar. 73).
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ
الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الْأَرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ
حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَـــٰمِلِينَ ﴿٧٤﴾
“Dan mereka
mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada
kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan)
menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka surga
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal”. (QS. Az Zumar. 74).
Dari surat Az Zumar
ayat 73 tersebut diperoleh penjelasan bahwa orang-orang yang bertakwa kepada
Allah akan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan. Terhadap nikmat tersebut,
mereka (ayat 74) mengucapkan: اَلْحَمْدُ ِللهِ “Segala
puji bagi Allah” yang telah memenuhi janji-Nya sebagaimana penjelasan Al Qur’an
dalam surat Al Baqarah ayat 25:
وَبَشِّرِ الَّذِين آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ
أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ ...﴿٢٥﴾
“Dan sampaikanlah
berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya ...” (QS. Al
Baqarah. 25)
Saudaraku,
Dari uraian di atas,
nampaklah bahwa terhadap segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah, kita
harus senantiasa memuji-Nya dengan mengucapkan: اَلْحَمْدُ
ِللهِ
“Segala
puji bagi Allah”atau اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam”.
2. Mengakui bahwa
semua nikmat itu datangnya dari Allah.
Saudaraku,
Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat Asy Syuura ayat 4
serta surat Maryam ayat 64:
لَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ ﴿٤﴾
“Kepunyaan-Nyalah apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar”. (QS. Asy Syuura. 4).
وَمَا
نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا
وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا ﴿٦٤﴾
“Dan tidaklah kami
(Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang
ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”. (QS. Maryam. 64).
Dari kedua ayat
tersebut diperoleh penjelasan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi ini
serta segala apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita
dan apa-apa yang ada di antara keduanya, semuanya adalah milik Allah SWT, tak
terkecuali segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Oleh
karena itu, janganlah mengingkari kenyataan ini.
Saudaraku,
Dengan mengakui bahwa
semua nikmat itu datangnya dari Allah, maka terhadap (nikmat) apapun yang saat
ini telah kita miliki, tentunya tidak ada sedikitpun alasan/kesempatan bagi
kita untuk menyombongkan diri. Karena sesungguhnya semuanya itu adalah milik-Nya
semata. Sedangkan kita hanyalah insan yang lemah yang tidak bisa berbuat
apa-apa tanpa pertolongan-Nya, tanpa nikmat yang datang dari-Nya.
... وَخُلِقَ الإِنسَـــٰـنُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾
“..., dan manusia
dijadikan bersifat lemah”. (QS. An Nisaa’. 28).
3. Mempergunakannya
untuk taat kepada Allah.
Saudaraku,
Sebagai perwujudan
rasa syukur kita kepada Allah, hendaknya terhadap semua nikmat tersebut kita
pergunakan semata-mata hanya untuk taat kepada-Nya saja. Demikianlah perintah
Allah kepada kita, sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat
254:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَـــٰــكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ
يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَـــٰــعَةٌ
وَالْكَـــٰــفِرُونَ هُمُ الظَّـــٰــلِمُونَ ﴿٢٥٤﴾
“Hai orang-orang yang
beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual
beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa`at*.
Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al Baqarah. 254).
Sedangkan dalam surat
Al An’aam ayat 162 – 163, diperoleh penjelasan sebagai berikut:
قُلْ إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَـــٰـــلَمِينَ
﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
﴿١٦٣﴾
(162) Katakanlah:
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam”, (163) “tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (QS. Al An’aam. 162 – 163).
Kesimpulan
Saudaraku,
Menuntut hak itu
tidak sama dengan tidak bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan
Allah kepada kita. Aku melihat, ini adalah dua perkara yang tidak berkaitan.
(Wallahu ta'ala a'lam).
Semoga bermanfaat.
NB.
*) Yang dimaksud
dengan syafa`at ialah: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfa’at bagi
orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar